Pengertian Purposive Sampling : Tujuan dan Langkahnya

Pengertian Purposive Sampling – Seorang peneliti dalam mengerjakan sebuah penelitian tentu mempertimbangkan kiat apa yang akan dipakai dalam pendataan data.

Salah satu kiat dalam pemungutan data ialah teknik purposive sampling atau teknik pemungutan sampel. Maka dari itu, sebelum mengerjakan penelitian betapa lebih baiknya anda mempelajari kiat purposive sampling.

Purposive sampling adalah salah satu unsur teknik pendataan data pada penelitian kuantitatif. Teknik ini ialah salah satu kiat sampling yang bisa diterapkan dalam penelitian.

Pengertian Purposive Sampling

Purposive sampling (juga dikenal sebagai judgement, selective atau subyektif sampling) merupakan teknik pemungutan sampel di mana peneliti mengandalkan penilaiannya sendiri saat memilih anggota populasi guna berpartisipasi dalam penelitian.

Sementara itu menurut keterangan dari Notoatmodjo, purposive sampling adalahpengambilan sampel yang didasarkan sebuah pertimbangan, contohnya sifat populasi dan ciri yang sebelumnya sudah diketahui.

Tak melulu itu menurut keterangan dari Arikunto, Purposive sampling adalahteknik pemungutan sampel yang tidak menurut aturan (acak), daerah, ataupun strata. Pengambilan sampel ini menurut adanya pertimbangan pada destinasi tertentu.

Kemudian menurut keterangan dari Sugiyono, pengertian purposive sampling ini yaitu kiat penentuan sampel penelitian melewati proses pertimbangan yang matang. Dengan begitu, hasilnya bakal representatif.

Secara umum, purposive sampling ialah metode pemungutan sampel non-probabilitas dan ini terjadi saat “elemen yang dipilih guna sampel dipilih menurut evaluasi peneliti.

Para peneliti tidak jarang percaya bahwa mereka dapat mendapat sampel yang representatif dengan memakai penilaian yang tepat, yang bakal menghemat masa-masa dan uang”.

Alternatifnya, cara purposive sampling barangkali terbukti efektif ketika melulu sejumlah orang yang dapat bermanfaat sebagai sumber data primer sebab sifat desain penelitian, maksud dan destinasi penelitian.

Misalnya, untuk riset yang meneliti pengaruh dari tragedi individu seperti kematian family terhadap kinerja manajer tingkat senior, peneliti dapat memakai penilaiannya sendiri guna memilih manajer tingkat senior yang bisa berpartisipasi dalam wawancara yang mendalam.

Pengertian Purposive Sampling menurut Para Ahli

Ada banyak pendapat para ahli mengenai pengertian teknik purposive sampling. Beberapa pendapat para ahli di antaranya dapat dibaca di bawah ini.

1. Dana P. Turner (2020)

Purposive sampling dipakai ketika seorang peneliti hendak menargetkan seorang pribadi dengan ciri khas minat dalam sebuah penelitian.

2. Bernard (2002), Lewis & Sheppard (2006)

Purposive sampling atau dapat disebut dengan penghakiman sampel merupakan suatu kiat yang disengaja oleh peneliti dari seorang informan menurut kualitas yang dipunyai informan. Teknik ini adalahnonacak kiat yang tidak memerlukan teori atau himpunan yang mendasari jumlah informan.

3. Notoatmodjo (2010)

Teknik purposive sampling yaitu teknik pemungutan sampel yang didasarkan atas sebuah pertimbangan, laksana ciri-ciri atau sifat-sifat sebuah populasi.

4. Sugiyono (2010)

Purposive sampling yakni suatu teknik pemungutan sumber data dengan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

5. Winarno (2013)

Teknik purposive sampling dipakai karena adanya pertimbangan tertentu. Sampel yang dipakai atau dipungut bukan menurut strata, acak (acak), atau daerah, akan namun didasarkan pada sebuah tujuan.

6. Arikunto (2006)

Teknik purposive sampling merupakan teknik memungut data dengan tidak berdasar random atau acak, tetapi menurut adanya pertimbangan-pertimbangan untuk menjangkau target atau konsentrasi tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat para berpengalaman di atas, bisa ditarik simpulan bahwa teknik pemungutan sampel ini ialah suatu kiat dalam pemungutan data dari suatu populasi yang didasarkan dengan adanya target atau destinasi tertentu dalam sebuah penelitian.

Purposive sampling pun sering dinamakan dengan judgemental sampel yang menghakimi atau terfokus. Dalam pemakaian teknik ini, peneliti memakai saat penelitiannya memerlukan responden yang spesifik dan cocok dengan keinginannya. Namun, narasumber dalam kiat purposive sampling belum pasti mewakili populasi penelitian.

Penelitian-penelitian kualitatif seringkali menerapkan kiat purposive sampling ini. Bisa disebutkan bahwa, kiat purposive sampling paling tepat dipakai dalam riset kualitatif dikomparasikan dengan riset kuantitatif.

Dalam penelitian kualitatif yang memakai purposive sampling, hasil yang diperoleh atau sampel lebih baik guna menghindari adanya generalisasi terhadap populasi dalam penelitian.

Tujuan Purposive Sampling

Teknik purposive sampling dalam suatu riset mempunyai tujuan-tujuan atau target tertentu. Tujuan dari purposive sampling ialah untuk memilah-milah atau guna menilai sebuah sampel dalam riset menurut kriteria yang ditentukan secara eksklusif oleh peneliti.

Sampel-sampel yang dipungut oleh seorang peneliti dengan kriteria-kriteria atau ciri-ciri yang sudah ditentukan sebelumnya.

Teknik pemungutan sampel ini dipakai untuk menuntaskan atau memecahkan suatu persoalan dalam suatu penelitian. Di samping itu, kiat ini bisa menguraikan persoalan secara lebih jelas dan menyerahkan nilai yang representatif.

Harapannya, peneliti memakai teknik ini agar dapat menjangkau tujuan yang lebih spesifik dan diharapkan peneliti.

Pengambilan sampel dalam teknik pemungutan sampel ini ini menurut evaluasi atau amatan seorang peneliti tentang hal-hal dan ciri-ciri apa saja yang sehubungan dengan penelitiannya guna dijadikan sampel.

Maka dari itu, teknik pemungutan sampel ini memakai latar belakang pengetahuan dari sampel untuk menghitung menurut populasi yang ada agar mendapatkan sampel yang cocok dan akurat untuk mengisi tujuan dari sebuah penelitian.

Jenis-jenis Purposive Sampling

Setelah memahami tujuan dari purposive sampling, ada sejumlah jenis teknik pemungutan sampel ini yang mesti dipahami. Jenis purposive sampling dapat dipecah menurut jenisnya kasus, di antaranya seperti di bawah ini.

1. Sampel Homogen

Jenis sampel pada sampel homogen ini berfokus pada satu kumpulan tertentu atau kumpulan yang sama (homogen). Karakteristik pada sampel ini dipilih sebab memiliki keserupaan atau ciri-ciri yang sama. Contohnya ialah adanya keserupaan budaya, usia, pekerjaan, dan sebagainya.

2. Sampel Heterogen (Maksimum)

Jenis sampel pada sampel heterogen ini bergantung atau berfokus pada evaluasi dari peneliti guna menyeleksi data yang pelbagai karakteristiknya (heterogen).

Pada sampel ini bertujuan untuk menambah tidak sedikit wawasan tentang suatu gejala yang diteliti. Contohnya saat peneliti hendak mencari tahu pendapat seseorang dan penilaiannya tentang Pemindahan Ibu kota Indonesia.

3. Kasus Ekstrim (Menyimpang)

Jenis sampel pada permasalahan ekstrim ini memungut sampel dari kasus-kasus yang jarang terjadi atau tidak umum dalam masyarakat.

Pada jenis ini, destinasi dari mengkaji permasalahan ini ialah supaya dapat mengetahui tentang permasalahan yang lebih tertata menurut kasus-kasus yang menyimpang. Contohnya saat seorang peneliti hendak mengetahui pandangan seseorang tentang LGBTQ.

4. Kasus Khusus (Tipikal)

Jenis sampel pada permasalahan ini yaitu berasal dari permasalahan normal dan rata-rata. Pengambilan jenis sampel pada permasalahan ini hendak mengkaji kasus-kasus yang rata-rata atau biasa dari sebuah populasi.

Contohnya ialah ketika seorang peneliti hendak mengetahui akibat kurikulum edukasi pada murid yang biasa-biasa atau rata-rata.

5. Purposive Sampling Total

Jenis sampel pada permasalahan ini dipungut dari semua populasi atau total dari populasi dengan destinasi tertentu yang mempunyai kesamaan. Contohnya ialah peneliti hendak mengetahui permasalahan dengan penyelidikan yang relatif kecil.

6. Kasus Kritis

Jenis sampel pada permasalahan ini dipungut atau berfokus pada kasus-kasus yang mengharukan atau amat penting, sampai-sampai sangat diperlukan dalam penelitian.

Contohnya yakni ketika seorang peneliti hendak mengetahui suatu permasalahan penting guna mengungkap wawasan atau menemukan perspektif dan hasil yang baru.

7. Purposive Sampel Expert (Ahli)

Jenis sampel pada permasalahan ini, kiat sampel ini dilaksanakan saat peneliti memerlukan seorang berpengalaman atau expert dalam bidang tertentu yang jarang dipunyai oleh orang lain.

Contohnya merupakan ketika peneliti hendak mengetahui persoalan dalam teknologi informatika, maka peneliti memungut subjek para berpengalaman di bidang informatika.

Langkah-langkah dalam Purposive Sampling

Sebelum mengerjakan suatu penelitian, seorang peneliti mesti menempuh langkah-langkah untuk melanjutkan tahap pemungutan sampel yang memakai teknik pemungutan sampel ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut.

  1. Pertama, seorang peneliti mesti menilai atau memutuskan tujuan riset yang dilakukan.
  2. Kedua, sesudah menilai destinasi dari suatu penelitian, peneliti menilai kriteria-kriteria yang menyokong tercapainya destinasi penelitian. Kriteria-kriteria tersebut diputuskan secara spesifik guna menghindarkan keadaan bingung atau hal-hal umum dalam populasi.
  3. Ketiga, peneliti menilai populasi yang menurut spesifikasi dari riset yang dilakukan.
  4. Keempat, paling tidak sampel dalam penelitian pantas dan mengisi kriteria-kriteria yang diinginkan dari penelitian.

Syarat Purposive Sampling

Ada sejumlah hal yang mesti diacuhkan pada penentuan sampel dalam teknik pemungutan sampel ini. Syarat-syarat menilai sampel pada teknik pemungutan sampel ini dapat dipelajari di bawah ini.

  1. Penentuan ciri khas populasi secara seksama dan teliti dalam riset atau anggota populasi yang mengisi kriteria dicocokkan dengan keperluan peneliti.
  2. Pengambilan sampel menurut ciri-ciri, karakteristik, dan sifat-sifat tertentu yang menurut pokok dalam populasi yang mengisi tujuan penelitian.
  3. Memilih sampel menurut individu, kelompok, wilayah melewati pertimbangan tertentu menurut latar belakang yang dikehendaki peneliti.
  4. Sampel yang dipungut dari subyek benar-benar adalahtermasuk yang berisi ciri-ciri terbanyak dari populasi atau dominan.

Rumus Purposive Sampling

Purposive sampling dalam riset eksploratori dan kualitatif mesti menyimak rumus penghitungan. Di bawah ini ialah rumus yang perlu dicerna dalam teknik pemungutan sampel ini.

  1. Pertama, pemungutan sampel pada teknik pemungutan sampel ini memakai sampel yang tidak sedikit menjadi kian baik hasil yang didapatkan.
  2. Kedua, ukuran tidak sedikit dari sampel bergantung pada dalil yang dipakai oleh seorang peneliti tersebut, sudahkah cocok dengan kriteria, ciri-ciri, dan sebagainya.
  3. Ketiga, latar belakang sampel dalam populasi memiliki ciri khas yang cocok dengan penelitian.

Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling

Seperti halnya kiat pada umumnya, purposive sampling pun memiliki keunggulan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangannya seperti apa? Baca dan pahami sampai habis ya!

1. Kelebihan Purposive Sampling

  • Tujuan penelitian gampang tercapai sebab sampel cocok dengan yang dibutuhkan
  • Proses dalam kiat purposive sampling efisien
  • Teknik pemungutan sampel efektif dalam mengeksplorasi situasi mempunyai sifat antropologis, sampai-sampai dapat mendapatkan guna dari pendekatan yang intuitif
  • Satu-satunya kiat yang cocok dengan sumber data primer, sehingga menyerahkan kontribusi pada riset yang terbatas data atau populasinya
  • Teknik ini guna mudah dilaksanakan para peneliti.

2. Kekurangan Purposive Sampling

  • Jumlah sampel dalam purposive sampling tidak memastikan representasi dari populasi penelitian
  • Tidak bisa digeneralisasi pada simpulan yang mempunyai sifat statistik
  • Bukan tergolong dari kiat acak sampling
  • Tidak terlampau populer dalam studi-studi tertentu, contohnya pada bisnis
  • Kurang dapat dalam menggeneralisasi hasil penelitian
  • Rentan terjadi kekeliruan dalam riset yang berasal dari evaluasi peneliti.

Contoh Purposive Sampling

Contoh gampang dalam penerapan kiat ini pada penelitian memakai metode kohort ialah sebagai berikut: bilamana peneliti akan menganalisis dengan judul “Pengaruh konsumsi tablet besi sekitar hamil terhadap kadar hemoglobin pasca melahirkan.

”Maka peneliti memutuskan kriteria eksklusif sebagai kriteria populasi (ibu hamil) yang bisa dijadikan sampel, yaitu bilamana ibu itu tidak mempunyai sekian banyak jenis penyakit anemia.

Alasannya diputuskan kriteria tersebut ialah karena kadar hemoglobin tidak hanya diakibatkan oleh konsumsi tablet besi, tetapi oleh sekian banyak penyebab lainnya yang fundamental seperti penyakit anemia megaloblastik, anemia aplastik atau sekian banyak jenis anemia lainnya.

Contoh diatas mengindikasikan pada kita, bahwa ditetapkannya kriteria tersebut ialah agar tidak terjadi bias hasil penelitian. Sehingga hasil riset dengan memakai teknik purposive itu dapat lebih menyerahkan hasil yang representatif.

Demikianlah penjelasan tentang Purposive Sampling dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :