Pengertian Sastra : Fungsi, Jenis, Unsur, Teori dan Alirannya

Pengertian Sastra – Sastra memiliki makna dalam bahasa yang estetis atau terorganisasi secara baik, dan gaya penyajiannya begitu unik sehingga mengesankan hati pembaca.

Berbagai ciri khas dalam keaslian, konten, keunggulan, pengerjaan, ekspresi, dan keindahan. Karya sastra itu merupakan esai dan keutamaan dalam mencatat bahasa yang estetis dan sarat estetika.

Pengertian Sastra

Berdasarkan keterangan dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sastra merupakan karya tulis yang bila dikomparasikan dengan trulisan biasa lainnya, memiliki sekian banyak cirri keunggulan, keaslian, keartistikan, keindahan, isi dan ungkapan.

Karya sastra sendiri adalah karangan yang mempunyai nilai kebajikan berupa artikel dengan bahasa yang estetis penuh estetika. Sastra sendiri pun memberikan pengetahuan dan wawasan umum tentang manusia, sosial, intelek, dengan gaya yang khas dan unik.

Di mana pembaca sastra bisa menginterpretasikan teks sastra cocok dengan pengalamanan dan wawasannya, Semua pulang ke pembaca dan penikmat.

Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, shastra yakni teks yang berisi instruksi alias pedoman. Pedoman sendiri juga dapat disebut sebagai ajaran. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sendiri lebih merujuk ke kata kesustraan yang berarti jenis artikel dengan makna keindahan.

Seperti yang diungkapkan bahwa susastra dengan awalan su yang dengan kata lain baik atau indah. Sedangkan kata kesustraan dengan imbuhan ke-an ialah hal. Sehingga dapat diputuskan bahwa kesustraan ialah tentang artikel yang estetis penuh estetika.

Namun, akhir-akhir ini sastra sendiri merasakan pembiasan pada istilahnya. Seperti istilah sastra dengan sastrawi. Di mana sastra lebih condong pada teksnya, sementara sastrawinya lebih condong pada nuansa abstraknya. Jadi, dapat dikatakan bahwa sastrawan ialah orang yang menggeluti dunia sastrawi, bukan sastra.

Seperti yang diungkapkan oleh Wallek dan Warren bahwa sastra ialah sebuah karya seni yang mempunyai cirri-ciri ciptaan, kreasi, bukan imitasi, emosi spontan, otonom, koheren, keselarasan, sintesis bertentangan, dan ungkapan dalam keseharian.

Pengertian Sastra Menurut Para Ahli

Berikut merupakan definisi sastra menurut beberapa para ahli:

1. Mursal Esten

Mursal Esten (Esten, 1978: 9) berasumsi bahwa Sastra ialah pengungkapan dari kenyataan artistik dan imajinatif sebagai pengejawantahan kehidupan insan dan masyarakat umumnya, melewati bahasa sebagai medium dan mempunyai efek positif terhadap kehidupan manusia.

2. Terry Eagleton

Sastra adalahkarya tulisan estetis (belle letters) yang mencatatkan sesuatu dalam format bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangpendekan dan diputarbalikan, dijadikan aneh atau teknik penggubahan indah lainnya melewati alat bahasa (Eagleton, 2010: 4).

3. Atar Semi

Suatu format dan hasil kegiatan seni kreatif yang objeknya (atau subjeknya) merupakan manusia dan kehidupannya dengan memakai bahasa sebagai medium (1988: 8 ).

4. Panuti Sudjiman

Sastra adalah karya lisan atau artikel yang memiliki sekian banyak ciri kelebihan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapanya (1990 : 68).

5. Ahmad Badrun

Berdasarkan keterangan dari Ahmad Badrun, Kesusastraan yaitu kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan simbol-simbol beda sebagai perangkat untuk membuat sesuatu yang mempunyai sifat imajinatif (1983: 16).

Sejarah Kemunculan Sastra

Ilmu ini sebetulnya sudah lumayan tua. Cikal bakalnya muncul saat filsuf Yunani, Aristoteles (384-322 sM) lebih dari 2000 tahun yang lalu sudah menulis kitab yang berjudul Poetica (bahasa Yunani) yang berarti: puisi, penulis, pembuat. Tulisan ini memuat mengenai drama tragedi dan teori literatur pada umumnya.

Selanjutnya, istilah Poetica dalam kesusastraan dinamakan dengan beragam istilah. Misalnya, W.H. Hudson menyebutnya dengan The Study of Literature (studi literatur). Literature sendiri berasal dari bahasa latin literatura yang berarti belajar, mencatat atau tata bahasa.

Rene Wellek dan Austin Warren menamainya dengan Theory of Literature (teori literatur/ sastra). Sedangkan Andre Lefevere, menyebutnya dengan Literary Knowledge atau pengetahuan literatur. Sedangkan A. Teeuw memakai istilah Literary Scholarship yang berarti ilmu sastra.

Fungsi Sastra

Sastra memiliki faedah yang pelbagai dalam kehidupan manusia. Amir (2010) mengungkapkan bahwa sejumlah fungsi sastra, yaitu faedah hiburan, pendidikan, keindahan, moral, dan religius.

Karya ini tidak melulu memberikan perasaan senang untuk pembaca, namun menyerahkan pendidikan pun melalui nilai-nilai ekstrinsik yang terdapat di dalamnya.

1. Hiburan (Reaktif)

Karya sastra bisa menghibur pembacanya. Menimbulkan tawa dalam kisah yang kocak, menyerahkan hiburan intelegen dengan melewati kandungan wawasan barunya, membangunkan sensitifitas kemanusiaan melalui cerita tragedi, menginspirasi dari cerita seseorang, dsb.

2. Pendidikan (Didaktif)

Mendidik ialah sifat alamiah dari karya yang diciptakan dengan sarat perhatian terhadap isi dan format dasarnya. Sehingga dapat menyerahkan informasi, pengetahuan, wawasan atau kearifan (wisdom) baru yang bisa dihubungkan dengan kehidupan.

3. Keindahan (Estetis)

Seperti puisi, karyanya dapat melulu memberikan keindahan atau nilai indah yang dikatakan oleh Penulisnya. Sehingga, keindahan atau usulan pemikirannya yang kreatif bisa dinikmati dan menggugah penikmat/pembacanya.

Fungsi ini pun dapat mengajar kreatifitas Pembacanya. Karena mereka memiliki celah untuk menyerahkan interpretasi dan pendapat pribadinya dari sekian banyak kata yang dirangkai oleh sang Penulis.

4. Sosial

Sastra bisa menggugah pembacanya guna menjadi lebih sadar terhadap isu-isu sosial yang tengah terjadi di dunia.

Melalui perumpamaan atau gambaran realita, artikel ini pun dapat mengkritik tanpa main hakim sendiri (judging), sebab tidak mengarahkannya langsung pada pihak atau pribadi yang bersangkutan.

5. Sejarah

Sejarah telah terlalu tidak jarang ditunggangi oleh kepentingan dari pihak yang diunggulkan pada masanya. Sehingga sejarah bisa menjadi paling tidak objektif dan memihak. Sastra bisa menjadi saksi bisu sekaligus pengomentar terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar Penulisnya.

Jenis-jenis Sastra

Terdapat sejumlah jenis dalam sastra, diantaranya merupakan sebagai berikut:

1. Prosa

Prosa ialah suatu format seni sastra yang dicerminkan dengan melewati pemakaian bahasa yang bebas dan tidak terbelenggu oleh ritme, sajak, diksi, soliditas atau aturan dan pedoman sastra lainnya.

Bentuk prosa tersebut sendiri memiliki dua jenis, yaitu novel dan romantis. Romansa tergolong dalam sebuah cerita yang mengisahkan karakter dengan teknik keseluruhan semenjak lahir sampai akhir hayatnya, sementara novel melulu menceritakan beberapa dari kehidupan karakter yang mengolah takdirnya.

2. Puisi

Puisi merupakan sebuah jenis karya sastra yang dapat dicerminkan dengan sebuah diksi atau ucapan-ucapan pilihan dan sudah ditandai oleh diskusi yang padat namun indah.

Biasanya, puisi bisa mendorong kecenderungan seseorang untuk menambah dalam kesadaran dengan melewati bahasa yang memiliki ritme dan arti khusus.

3. Drama

Drama yaitu sebuah format dalam sastra yang diterangkan dalam bahasa yang bebas dan panjang dan disajikan dalam dialog atau monolog. Drama mempunyai dua makna, yaitu drama dalam format drama atau naskah yang sudah dipentaskan.

Terdapat sejumlah macam dalam drama, diantaranya yaitu sebagai berikut:

  • Komedi, ialah sebuah kisah yang berisi humor dan lelucon yang bisa menghibur semua penonton tersebut.
  • Opera atau Musikal, merupakan sebuah drama yang diiringi musik guna pelengkap peragaan seni tersebut.
  • Tragedi Komedi, yaitu sebuah kisah yang berganti-ganti antara kendala dan lucu atau humor.
  • Tragedi, yakni sebuah kisah yang sudah berisi kendala atau kesusahan guna karakter.

Unsur Karya Sastra

Karya sastra dibentuk oleh dua bagian yang menyusunnya, yaitu:

1. Unsur Intrinsik

Yaitu bagian yang merangkai sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur sebuah karya sastra, seperti:

  • Tema dan Amanat

Tema ialah persoalan yang menempati tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang paling menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.

Amanat merupakan pemecahan yang diserahkan oleh pengarang untuk persoalan didalam karya sastra. Amanat biasa dinamakan makna. Makna niatan merupakan makna yang diniatkan oleh pengarang untuk karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan merupakan makna yang termuat dalam karya sastra tersebut.

  • Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan pelaku dalam karya sastra. Tokoh utama merupakan tokoh yang sangat urgen dalam memungut peranan dalamkarya sastra. Tokoh datar (flash character) merupakan tokoh yang melulu menunjukan satu segi, contohnya baik saja atau buruk saja.

Tokoh bulat (round character) merupakan tokoh yang menunjukkan sekian banyak segi baik buruknya, keunggulan dan kelemahannya.

Dari segi kejiwaan terdapat 2 tokoh, Tokoh introvert merupakan pribadi tokoh itu yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert merupakan pribadi tokoh itu ditentukan oleh kesadarannya.

Ada pula figur Protagonis yaitu figur yang digemari pembaca atau penikmat sebab sifatnya, figur antagonis yaitu figur yang tidak digemari pembaca atau penikmat sebab sifatnya.

Penokohan atau perwatakan merupakan tehnik atau cara-caranya memperlihatkan tokoh. Cara analitik, ialah teknik penampilan figur secara langsung melewati uraian pengarang, penulis menguraikan ciri-ciri tokoh itu secara langsung.

Cara dramatik, ialah teknik menampilkan figur tidak secara langsung namun melalui cerminan ucapan, perbuatan, dan komentar atau evaluasi pelaku atau figur lain dalam sebuah cerita.

  • Alur dan Pengaluran

Alur disebut juga plot, yaitu susunan peristiwa yang mempunyai hubungan sebab dampak sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alu memiliki sejumlah bagian berikut.

  1. Awal, yaitu penulis mulai mengenalkan tokoh – tokoh.
  2. Tikaian, yakni terjadinya konflik salah satu tokoh – figur pelaku.
  3. Puncak, yaitu ketika puncak konflik salah satu tokoh – tokoh.
  4. Leraian, yaitu ketika peristiwa konflik semakin reda dan pertumbuhan alur mulai terungkap
  5. Akhir, yaitu ketika seluruh peristiwa atau konflik sudah terselesaikan.

Pengaluran, yakni tekhnik atau cara-cara memperlihatkan alur. Berdasarkan keterangan dari kualitasnya, dipisahkan menjadi, alur erat, yakni alur yang tidak memungkinkan adanya persimpangan cerita, dan alur longgar, yakni alur yang memungkinkan adanya persimpangan cerita.

Berdasarkan keterangan dari kuantitasnya, alur tunggal merupakan alur yang melulu satu dalam karya sastra, alur ganda merupakan alur yang lebih dari satu.

Dari segi masa-masa ada alur lurus yakni alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari mula sampai akhir cerita, alur tidak lurus yakni alur yang melukiskan tidak urut dari mula sampai akhir cerita, alur tidak lurus dapat menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik(flashback) atau gabungan keduanya.

  • Latar dan Pelataran

Latar disebut pun setting, yaitu lokasi atau masa-masa terjadinya peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam suatu karya sastra. Latar material merupakan lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana figur berada.

Latar sosial merupakan lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.Pelataran ialah teknik atau tekhnik memperlihatkan latar.

  • Pusat Pengisahan

Pusat Pengisahan merupakan sudut pandang suatu kisah dikisahkan oleh pencerita. Pencerita ialah pribadi yang dibuat pengarang untuk mengucapkan cerita.

Dua pusat pengisahan, pencerita sebagai orang kesatu dalam cerita, seringkali sebagai aku. Pencerita sebagai orang ketiga tidak tercebur dalam cerita, ia duduk sebagai seorang pengamat atau dalang serba tahu.

2. Unsur Ekstrinsik

Yaitu bagian yang menyusun karya sastra dari luar sastra tersebut sendiri. Bagi pendekatan diperlikan ilmu-ilmu kerabat laksana sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

Teori Sastra

Berikut ini terdapat sejumlah teori-teori sastra, yang terdiri atas:

1. Teori Psikoanalisis Sastra

Teori sastra psikoanalisis memandang bahwa karya sastra sebagai symptom (gejala) dari pengarangnya.

Dalam pasien histeria gejalanya hadir dalam format gangguan-gangguan fisik, sementara dalam diri sastrawan gejalanya hadir dalam format karya kreatif.

Oleh sebab itu, dengan anggapan semacam ini, tokoh-tokoh dalam suatu novel, contohnya akan diperlakukan seperti insan yang hidup di dalam lamunan si pengarang.

Konflik-konflik kejiwaan yang dirasakan tokoh-tokoh tersebut dapat di anggap sebagai pencerminan atau representasi dari konflik kejiwaan pengarangnya sendiri.

Akan namun harus diingat, bahwa pencerminan ini dilangsungkan secara tanpa disadari oleh si penulis novel tersebut sendiri dan tidak jarang kali dalam format yang telah terdistorsi, laksana halnya yang terjadi dengan mimpi.

Dengan kata lain, ketaksadaran penulis bekerja melalui kegiatan penciptaan novelnya. Jadi, karya sastra sebetulnya adalahpemenuhan secara tersembunyi atas hasrat pengarangnya yang terkekang (terepresi) dalam ketaksadaran.

2. Teori Sastra Struktural

Studi (kajian) sastra struktural tidak memperlakukan suatu karya sastra tertentu sebagai objek kajiannya.

Yang menjadi objek kajiannya ialah sistem sastra, yakni seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang menata hubungan sekian banyak unsur dalam teks sastra sampai-sampai unsur-unsur tersebut sehubungan satu sama beda dalam borongan yang utuh.

Meskipun konvensi yang menyusun sistem sastra itu mempunyai sifat sosial dan terdapat dalam kesadaran masyarakat tertentu, tetapi studi sastra struktural berpikir bahwa konvensi itu dapat dilacak dan dideskripsikan dari analisis struktur teks sastra tersebut sendiri secara otonom, terpisah dari penulis ataupun realitas sosial.

Analisis yang cermat dan lengkap terhadap relasi-relasi sekian banyak unsur yang membina teks sastra dirasakan akan menghasilkan sebuah pengetahuan mengenai sistem sastra.

3. Teori Sastra Feminis

Teori sastra feminisme menyaksikan karya sastra sebagai gambaran realitas sosial patriarki. Oleh sebab itu, destinasi penerapan teori ini ialah untuk merombak anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui cerminan atau citra wanita dalam karya sastra.

Dengan demikian, pembaca atau peneliti akan menyimak teks sastra dengan kesadaran bahwa dirinya ialah perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki sampai-sampai dia bakal jeli menyaksikan bagaimana teks sastra yang dibacanya tersebut menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis.

Di samping itu, studi sastra dengan pendekatan feminis tidak terbatas melulu pada upaya merombak anggapan-anggapan patriarki yang terdapat dalam teknik penggambaran perempuan melewati teks sastra, namun berkembang guna mengkaji sastra wanita secara khusus, yaitu karya sastra yang diciptakan oleh kaum perempuan, yang dinamakan pula dengan istilah ginokritik.

Di sini yang diupayakan ialah penelitian mengenai kekhasan karya sastra yang diciptakan kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan.

Para sastrawan wanita juga dianalisis secara khusus, contohnya proses kreatifnya, biografinya, dan pertumbuhan profesi sastrawan perempuan.

Penelitian-penelitian semacam ini kemudian ditunjukkan untuk membina suatu pengetahuan mengenai sejarah sastra dan sistem sastra kaum perempuan.

4. Teori Sastra Struktural

Teori resepsi pembaca berjuang mengkaji hubungan karya sastra dengan resepsi (penerimaan) pembaca. Dalam pandangan teori ini, makna suatu karya sastra tidak dapat dicerna melalui teks sastra tersebut sendiri, melainkan melulu dapat dicerna dalam konteks pemberian arti yang dilaksanakan oleh pembaca.

Dengan kata lain, arti karya sastra melulu dapat dicerna dengan menyaksikan dampaknya terhadap pembaca.

Karya sastra sebagai akibat yang terjadi pada pembaca berikut yang terdapat dalam definisi konkretisasi, yakni pemaknaan yang diserahkan oleh pembaca terhadap teks sastra dengan teknik melengkapi teks tersebut dengan pikirannya sendiri.

Tentu saja pembaca tidak dapat mengerjakan konkretisasi sebebas yang dia kira sebab sebenarnya konkretisasi yang dia kerjakan tetap berada dalam batas horizon harapannya, yakni seperangkat anggapan bareng tentang sastra yang dipunyai oleh generasi pembaca tertentu. Horizon asa pembaca tersebut ditentukan oleh tiga hal, yaitu

  • kaidah-kaidah yang terdapat dalam teks-teks sastra tersebut sendiri
  • pengetahuan dan empiris pembaca dengan sekian banyak teks sastra
  • kemampuan pembaca menghubungkan karya sastra dengan kehidupan nyata

Butir ketiga ini ditentukan pula oleh sifat indeterminasi teks sastra, yakni kesenjangan yang dipunyai teks sastra terhadap kehidupan real.

Teori resepsi sastra berpikir bahwa pemahaman kita mengenai sastra bakal lebih kaya andai kita menempatkan karya tersebut dalam konteks keragaman horizon asa yang disusun dan disusun kembali dari zaman ke zaman oleh sekian banyak generasi pembaca.

Dengan begitu, dalam pemahaman anda terhadap sebuah karya sastra terdapat dialog antara horizon asa masa sekarang dan masa lalu.

Jadi, saat kita menyimak suatu teks sastra, anda tidak melulu belajar mengenai apa yang disebutkan teks itu, namun yang lebih urgen kita pun belajar mengenai apa yang anda pikirkan mengenai diri anda sendiri, harapan-harapan kita, dan bagaimana benak kita bertolak belakang dengan benak generasi beda sebelum kita. Semua ini terdapat dalam horizon asa kita.

Aliran Sastra

Berikut ini terdapat sejumlah aliran dalam sastra, yaitu sebagai berikut:

1. Supernaturalisme dan Naturalisme serta Idealisme dan Materialisme

Istilah-istilah naturalis, materialis, dan idealis, ialah istilah-istilah yang dipakai di kalangan ilmu filsafat sebagai sebuah paham, pandangan, atau pandangan hidup hidup yang kesudahannya di kalangan ilmu sastra adalahaliran yang dianut seseorang dalam menghasilkan karyanya.

Masalah aliran sebagai pokok pandangan hidup, berangkat dari paham yang diajukan para filosof dalam menghadapi kehidupan alam semesta ini.

Tafsiran yang mula-mula diserahkan oleh insan terhadap alam ini terdapat dua macam, yakni supernatural dan natural.

Penganut paham-paham tersebut disebut supernaturalisme dan naturalisme. Paham supernatural menyampaikan bahwa di dalam alam ini ada wujud-wujud yang mempunyai sifat gaib yang mempunyai sifat lebih tinggi atau lebih kuasa daripada alam nyata yang menata kehidupan alam sampai-sampai menjadi alam yang ditempati kini ini.

Kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan keyakinan yang sangat tua usianya dalam sejarah pertumbuhan kebudayaan insan yang berpangkal pada paham supernaturalisme dan masih dianut oleh sejumlah masyarakat di muka bumi ini.

Sebagai lawan dari paham supernatural ialah naturalisme yang menampik paham supernatural. Paham ini menyampaikan bahwa gejala-gejala alam yang tampak ini terjadi sebab kekuatan yang ada di dalam alam tersebut sendiri yang bisa dipelajari dan dengan demikian bisa diketahui.

Paham ini pun mengemukakan bahwa dunia sama sekali bergantung pada materi, kebendaan, dan gerak. Kenyataan pokok dalam kehidupan dan akhir kehidupan ialah materi, atau kebendaan.

2. Idealisme dan Aliran Lainnya dalam Karya Sastra

Dalam aliran idealisme ada aliran romantisme, simbolisme, ekspresionisme, mistisisme, dan surealisme.

Aliran idealisme ialah aliran di dalam filsafat yang menyampaikan bahwa dunia ide,dunia cita-cita, dunia harapan ialah dunia utama yang dituju dalam pemikiran manusia.

Dalam dunia sastra, idealisme berarti aliran yang mencerminkan dunia yang dicita-citakan, dunia yang diangan-angankan, dan dunia asa yang masih abstrak yang jauh jangka masa-masa pencapaiannya.

Aliran romantisme ini menekankan untuk ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudan pemikiran penulis sehingga pembaca tersentuh emosinya setelah menyimak ungkapan perasaannya.

Simbolisme yaitu aliran kesusastraan yang penyajian tokoh-tokohnya bukan insan melainkan binatang, atau benda-benda lainnya laksana tumbuh-tumbuhan yang disimbolkan sebagai perilaku manusia.

Aliran ekspresionisme ialah aliran dalam karya seni, yang mementingkan curahan batin atau curahan jiwa dan tidak mementingkan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang nyata.

Surealisme ialah aliran di dalam kesusastraan yang tidak sedikit melukiskan kehidupan dan percakapan alam bawah sadar, alam mimpi.

3. Realisme dan Aliran Lainnya dalam Karya Sastra

Realisme ialah aliran dalam karya sastra yang berjuang melukiskan sebuah objek laksana apa adanya Pengarang berperan secara objektif.

Impresionisme berarti aliran dalam bidang seni sastra, seni lukis, seni musik yang lebih mengkhususkan kesan tentang sebuah objek yang dicermati dari pada wujud objek tersebut sendiri.

Aliran naturalisme ialah aliran yang menyampaikan bahwa gejala alam yang nyata ini terjadi sebab kekuatan alam tersebut sendiri yang berinteraksi sesamanya. Kebenaran pembuatan alam ini bersumber pada kekuatan alam (natura).

Determinisme merupakan aliran dalam kesusastraan yang adalahcabang dari naturalisme yang menekankan untuk takdir sebagai unsur dari kehidupan insan yang ditentukan oleh bagian biologis dan lingkungan.

Takdir yang dirasakan manusia bukanlah takdir yang ditentukan oleh yang Mahakuasa tetapi takdir yang datang menimpa nasib seseorang karena hal keturunan dan hal lingkungan yang mempengaruhinya.

4. Eksistensialisme dalam Karya Sastra

Eksistensialisme, Aliran ini ialah aliran di dalam filsafat yang hadir dari rasa ketidakpuasan terhadap dikotomi aliran idealisme dan aliran materialisme dalam memaknai kehidupan ini.

Kata keberadaan berasal dari kata exist, bahasa Latin yang diturunkan dari kata ex yang berarti ke luar dan sistere berarti berdiri.

Jadi keberadaan berarti berdiri dengan ke luar dari diri sendiri. Pikiran laksana ini dalam bahasa Jerman dikenal dengan dasei.

Dengan ia ke luar dari dirinya, insan menyadari eksistensi dirinya, ia berada sebagai aku atau sebagai individu yang menghadapi dunia dan memahami apa yang dihadapinya dan bagaimana menghadapinya.

Dalam menyadari keberadaannya, insan selalu memperbaiki, atau membina dirinya, ia tidak pernah berlalu dalam membina dirinya.

Demikianlah penjelasan tentang Sastra dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :