Pengertian Hadits, Sejarah, Klasifikasi, Kegunaan dan Kritiknya

Pengertian Hadits – Memahami definisi hadits, dapat membantu mengetahui peran hadits dalam Islam. Pengertian hadits dapat menjadi pedoman dan tuntunan untuk umat Islam dalam kehidupannya. Hadits adalah bagian dalam hukum agama dan pedoman moral sesudah Al-Qur’an.

Pengertian hadits sangat sehubungan dengan ucapan dan tindakan Rasulullah SAW. Pengertian hadits menjadi pelengkap dan penyempurna umat Islam dalam memaknai doktrin agama. Inilah pentingnya mempelajari hadits.

Pengertian Hadits

Pengertian hadis ialah segala yang disandarkan untuk Nabi Muhammad SAW, yang menjadi andalan umat Islam sampai saat ini.

Ajaran agama Islam memiliki buku suci AlQuran sebagai tuntunan hidup. Hadis sebagai sumber hukum kedua sesudah AlQuran.

Keberadaan hadis, menjadi pelengkap dan menyempurnakan agar umat tidak salah paham dalam memaknai masing-masing ayat atau doktrin agama.

Saat umat mempertanyakan urusan baru dan belum ada di AlQuran serta hadis, maka dipungut dari Ijma’. Kemudian berlanjut baru diterangkan dan diperkuat dengan adanya Qiyas.

Ajaran Islam tidak memaksa, bila dicerna lebih mendalam dan memaknai definisi hadis sebenarnya. Semua berpulang kepada diri sendiri, bagaimana menyikapi sekian banyak masalah.

Keberadaan hadis, ijma’ dan qiyas sebagai pedoman dalam mengetahui syariat Islam cocok firman Allah SWT dalam AlQuran.

Sejarah Hadits

Hadits sebagai buku mengandung berita mengenai sabda, tindakan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Sabda dan tindakan ini dikoleksi para kawan Nabi yang selanjutnya dikatakan kepada kawan lain.

Masa pembentukan Hadits tiada beda masa kerasulan Nabi Muhammad tersebut sendiri, merupakan lebih tidak cukup 23 tahun.

1. Masa Pembentukan

Pada masa ini Hadits belum ditulis, dan melulu berada dalam pikiran atau hafalan semua sahabat saja. perode ini dinamakan al wahyu wa at takwin. Periode ini dibuka sejak Muhammad diusung sebagai nabi dan rasul sampai wafatnya (610M-632 M).

Pada ketika ini Nabi Muhammad sempat tidak mengizinkan penulisan Hadits supaya tidak tercampur dengan periwayatan Al Qur’an.

Namun, setelah sejumlah waktu, Nabi Muhammad SAW membolehkan penulisan Hadits dari sejumlah orang kawan yang mulia, laksana Abdullah bin Mas’ud, Abu Bakar, Umar, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, dan lainnya.

2. Masa Penggalian

Masa ini dibuka sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini Hadits belum ditulis ataupun dibukukan, kecuali yang dilaksanakan oleh sejumlah sahabat laksana Abu Hurairah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, dan lainnya.

Seiring dengan pertumbuhan dakwah, mulailah berlahiran persoalan baru umat Islam yang mendorong semua sahabat saling bertukar Hadits dan mencari dari sumber-sumber utamanya.

3. Masa Penghimpunan

Masa ini ditandai dengan sikap semua sahabat dan tabi’in yang mulai menampik menerima Hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan status kekhalifahan yang bergeser ke bidang syari’at dan ‘aqidah dengan timbulnya Hadits palsu.

Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz sekaligus sebagai salah seorang tabi’in menyuruh penghimpunan Hadits.

Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Hadits yang terhimpun belum diceraikan mana yang adalahHadits marfu’ dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu’.

4. Masa Pendiwanan dan Penyusunan

Abad 3 H adalah masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan Hadits. Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan Hadits terus dilanjutkan sampai dinyatakannya bahwa pada masa ini sudah selesai mengerjakan pembinaan maghligai Hadits.

Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya ialah masa membetulkan susunan buku Hadits laksana menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk mempermudah mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab Hadits abad ke-4 Hijriyah.

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para ulama hadits untuk menilai keandalan dan kualitas suatu hadits.

Sistem ini membantu umat Islam dalam memahami sejauh mana suatu hadits dapat diandalkan sebagai sumber ajaran Islam.

Klasifikasi hadits umumnya dilakukan berdasarkan dua aspek utama, yaitu sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadits). Berikut adalah beberapa kategori utama dalam klasifikasi hadits:

Berdasarkan Sanad (Rantai Perawi):

  1. Hadits Sahih (Sahih):
    • Merupakan hadits yang memiliki sanad yang kuat dan tidak terdapat cacat atau kelemahan di dalamnya.
    • Semua perawi dalam sanadnya adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan memiliki integritas tinggi.
  2. Hadits Hasan (Hasan):
    • Merupakan hadits yang memiliki sanad yang baik, tetapi tidak sekuat hadits sahih.
    • Meskipun ada beberapa kelemahan minor dalam perawinya, tetapi tidak mencapai tingkat yang membuat hadits dinyatakan lemah.
  3. Hadits Dhaif (Dhaif):
    • Merupakan hadits yang memiliki cacat atau kelemahan dalam sanadnya.
    • Kelemahan ini dapat berupa kelemahan perawi atau ketidakjelasan dalam transmisi hadits.
  4. Hadits Maudhu’ (Palsu):
    • Merupakan hadits yang diada-adakan atau palsu.
    • Biasanya disusun dengan maksud untuk memperkuat argumen atau menyebarkan informasi yang tidak benar.

Berdasarkan Matan (Teks Hadits):

  1. Hadits Mutawatir:
    • Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang sangat besar, sehingga kebenarannya tidak dapat diragukan.
    • Menyampaikan informasi yang sangat dikenal oleh masyarakat umum.
  2. Hadits Ahad (Tunggal):
    • Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mencapai tingkat mutawatir.
    • Meskipun bisa sahih, tetapi keberadaannya bergantung pada keandalan individu perawi.
  3. Hadits Mursal:
    • Merupakan hadits yang merangkum rantai perawi dengan cara melewatkan satu atau lebih perawi di tengah-tengahnya.
    • Kelemahan utama terletak pada ketidakjelasan siapa yang melewatkan atau mengeluarkan perawi tersebut.

Lainnya:

  1. Hadits Qudsi:
    • Merupakan hadits yang menceritakan perkataan atau tindakan Nabi Muhammad yang disampaikan oleh Allah, tetapi bukan bagian dari Al-Qur’an.
    • Memiliki karakteristik campuran antara wahyu dan penyampaian Nabi.
  2. Hadits Matruk (Ditinggalkan):
    • Merupakan hadits yang ditinggalkan atau diabaikan oleh para ulama karena meragukan keandalannya.

Dengan memahami klasifikasi hadits, umat Islam dapat membedakan antara hadits yang dapat diandalkan dan sahih dengan hadits yang lemah atau mungkin palsu.

Hal ini penting untuk menjaga keabsahan ajaran Islam dan mencegah penyebaran informasi yang tidak benar atau bercampur aduk dengan ajaran yang sejati.

Kegunaan Hadits

Hadits memiliki banyak kegunaan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Ajaran dan petunjuk yang terkandung dalam hadits membantu umat Islam untuk memahami dan mengimplementasikan ajaran Islam secara lebih konkret. Berikut adalah beberapa kegunaan utama hadits dalam kehidupan umat Islam:

1. Penjelasan dan Tafsir Al-Qur’an

Hadits membantu dalam memahami dan menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang mungkin memerlukan konteks atau penjelasan tambahan.

Rasulullah SAW sebagai penerima wahyu, memberikan penjelasan dan contoh konkret terhadap ajaran Al-Qur’an.

2. Pedoman Hidup

Hadits memberikan contoh nyata tentang bagaimana Rasulullah SAW menjalani kehidupan sehari-hari. Ini termasuk etika, perilaku, dan norma-norma yang harus diikuti oleh umat Islam, sehingga hadits menjadi pedoman hidup yang sangat berharga.

3. Hukum Islam

Banyak hukum Islam dan petunjuk etika diperoleh dari hadits. Hadits menyediakan rincian lebih lanjut tentang tata cara ibadah, hukum pernikahan, perdagangan, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Oleh karena itu, hadits memainkan peran kunci dalam pembentukan hukum Islam.

4. Peristiwa Sejarah

Hadits merinci peristiwa-peristiwa sejarah penting dalam kehidupan Rasulullah SAW, termasuk perang-perang yang melibatkan umat Islam, perjanjian-perjanjian, dan peristiwa penting lainnya. Ini memberikan wawasan sejarah yang mendalam tentang perkembangan Islam.

5. Pengembangan Aqidah (Keyakinan)

Ajaran hadits membantu dalam memahami keyakinan dan aqidah Islam. Hadits menjelaskan konsep-konsep dasar dalam Islam, seperti iman, takwa, dan akhirat, yang membantu umat Islam memperdalam pemahaman mereka tentang agama.

6. Ibadah dan Ritual

Tuntunan dalam menjalankan ibadah-ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji banyak ditemukan dalam hadits.

Hadits memberikan rincian yang lebih spesifik mengenai tata cara pelaksanaan dan kewajiban-kewajiban terkait dengan ibadah tersebut.

7. Etika dan Akhlak

Hadits memberikan petunjuk tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Etika dan akhlak yang baik merupakan bagian penting dalam ajaran Islam, dan hadits memberikan contoh konkret untuk diikuti.

8. Pemberdayaan Wanita

Hadits memberikan pandangan dan petunjuk yang mendukung hak-hak wanita dalam Islam. Sejumlah hadits menyoroti pentingnya perlakuan yang adil terhadap wanita dan memberikan hak-hak mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Melalui kegunaan hadits ini, umat Islam dapat meresapi dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Hadits menjadi sumber inspirasi dan petunjuk yang mengarahkan umat Islam untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.

Kritik Terhadap Hadits

Meskipun hadits dianggap sebagai sumber ajaran Islam yang penting, ada beberapa kritik dan pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah cendekiawan Islam.

Beberapa kritik terhadap hadits melibatkan isu-isu keandalan, interpretasi, dan peran budaya. Berikut adalah beberapa kritik umum terhadap hadits:

1. Kekhawatiran Terhadap Kebenaran dan Keandalan:

  • Beberapa kritikus menyatakan kekhawatiran terhadap kebenaran dan keandalan hadits. Meskipun para ulama telah berusaha untuk menyaring hadits-hadits yang sahih, tetap ada ketidakpastian terkait dengan keandalan transmisi dan perawi hadits.

2. Pengaruh Budaya dan Konteks Sosial:

  • Beberapa kritikus berpendapat bahwa budaya dan konteks sosial pada masa transmisi hadits dapat memengaruhi interpretasi dan pemahaman terhadap ajaran Islam. Beberapa hadits mungkin mencerminkan norma-norma budaya pada saat itu.

3. Perdebatan tentang Sanad dan Matan:

  • Ada perdebatan terkait keandalan sanad (rantai perawi) dan matan (teks hadits). Beberapa hadits mungkin memiliki sanad yang kuat tetapi matan yang diragukan, atau sebaliknya.

4. Perbedaan Pemahaman:

  • Pemahaman dan interpretasi terhadap hadits bisa bervariasi di antara para ulama dan komunitas Islam. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan pendapat dalam hal-hal seperti hukum Islam dan praktek ibadah.

5. Hadits Ahad dan Keterbatasan Rantai Perawi:

  • Hadits ahad (tunggal) yang tidak mencapai tingkat mutawatir dapat menjadi sumber ketidakpastian. Kritikus berpendapat bahwa keterbatasan jumlah perawi dalam rantai perawi ahad dapat meningkatkan risiko kesalahan atau pemalsuan.

6. Kritik Terhadap Pembukuan Hadits:

  • Proses pengumpulan dan penulisan hadits oleh para ulama terkadang disoroti. Beberapa kritikus berpendapat bahwa ada risiko adanya distorsi atau pengaruh pribadi dalam penulisan hadits.

7. Pertanyaan Etika Terhadap Beberapa Perawi:

  • Beberapa perawi hadits memiliki latar belakang atau tindakan tertentu yang dapat menimbulkan pertanyaan etika. Misalnya, apakah perawi tersebut memiliki motif tertentu atau apakah mereka terlalu mempengaruhi hadits dengan pandangan pribadi mereka.

8. Ketidakjelasan Makna:

  • Beberapa hadits memiliki makna yang tidak jelas atau ambigu, dan hal ini dapat memunculkan interpretasi yang berbeda di kalangan umat Islam.

Meskipun ada kritik terhadap hadits, penting untuk diingat bahwa para ulama hadits telah bekerja keras untuk menyaring dan menguji hadits dengan berbagai metode kritik.

Sementara kritik dapat mendorong pemahaman yang lebih mendalam, umat Islam secara luas tetap menghormati hadits sebagai sumber penting ajaran Islam dan menggunakannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Penghormatan dan Kewajiban Terhadap Hadits

Penghormatan dan kewajiban terhadap hadits merupakan prinsip fundamental dalam Islam. Umat Islam dihimbau untuk memperlakukan hadits dengan penuh kehormatan dan menghargainya sebagai sumber ajaran Islam yang penting. Berikut adalah beberapa aspek terkait penghormatan dan kewajiban terhadap hadits:

1. Iman pada Hadits sebagai Sumber Hukum:

  • Salah satu rukun iman dalam Islam adalah iman kepada kitab-kitab Allah, yang meliputi Al-Qur’an dan hadits. Oleh karena itu, mengakui keabsahan dan menerima hadits sebagai sumber hukum adalah bagian dari iman seorang Muslim.

2. Memahami Konteks dan Kedalaman Ajaran:

  • Umat Islam dihimbau untuk memahami hadits dalam konteksnya dan memahami kedalaman ajaran yang terkandung di dalamnya. Hal ini mencakup pemahaman terhadap situasi sejarah, budaya, dan sosial pada saat hadits diriwayatkan.

3. Penerimaan Terhadap Hadits Sahih:

  • Hadits sahih dianggap sebagai sumber ajaran yang paling kuat. Oleh karena itu, umat Islam memiliki kewajiban untuk menerima dan mengikuti hadits sahih sebagai pedoman hidup.

4. Menghindari Penyimpangan dan Penolakan Hadits:

  • Menolak atau menyimpang dari ajaran hadits yang sahih dianggap sebagai tindakan serius. Penghormatan terhadap hadits membutuhkan sikap hati-hati dan kepatuhan terhadap petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam hadits.

5. Penghormatan terhadap Para Perawi Hadits:

  • Para perawi hadits, terutama para sahabat Rasulullah SAW, dihormati sebagai orang-orang yang telah menyampaikan warisan keislaman. Menghormati dan meyakini integritas perawi adalah bagian dari penghormatan terhadap hadits.

6. Pelibatan dalam Ilmu Hadits:

  • Studi dan pemahaman ilmu hadits menjadi kewajiban bagi seorang Muslim yang ingin mendalami ajaran Islam. Umat Islam dihimbau untuk belajar dan memahami metode-metode penelitian hadits untuk memastikan keandalan dan keabsahan suatu hadits.

7. Menggunakan Hadits sebagai Panduan Hidup:

  • Hadits tidak hanya dipahami secara teoretis, tetapi juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menerapkan ajaran hadits dalam praktek sehari-hari menjadi bagian dari kewajiban dan penghormatan terhadap hadits.

8. Menjaga dan Meneruskan Warisan Hadits:

  • Umat Islam memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan hadits dan meneruskannya kepada generasi selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan menyebarkan hadits, mengajarkannya kepada anak-anak, dan mendukung upaya-upaya yang mendukung penelitian hadits.

9. Bersikap Adil dalam Menilai Hadits:

  • Ketika terdapat perbedaan pendapat di antara ulama tentang status suatu hadits, umat Islam dihimbau untuk bersikap adil dan mempertimbangkan argumen-argumen yang diajukan oleh para ahli hadits.

Penghormatan dan kewajiban terhadap hadits menciptakan landasan kuat bagi praktik keagamaan dan kehidupan sehari-hari umat Islam.

Dengan memahami, menghormati, dan mengikuti ajaran hadits, umat Islam dapat menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW dan nilai-nilai agama Islam.

Kesimpulan

Hadits adalah warisan berharga yang memberikan pandangan mendalam tentang kehidupan, ajaran, dan tindakan Rasulullah SAW.

Sebagai pelengkap Al-Qur’an, hadits menjadi petunjuk praktis yang membimbing umat Islam dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam.

Oleh karena itu, memahami, menghormati, dan mengimplementasikan ajaran-ajaran hadits menjadi suatu keharusan bagi umat Islam yang ingin menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama mereka.

Demikianlah penjelasan tentang Hadits dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :