Pengertian Ideologi – Pancasila sebagai ideologi negara mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita warga negara Indonesia. Pancasila dikenal bukan hanya sebagai dasar pembentukan negara, tetapi juga sebagai ideologi negara.
Namun sebagian masyarakat masih belum memahami arti pancasila sebagai ideologi negara yang sebenarnya. Apakah Anda mengetahui dan memahaminya? Jika belum, mari cari tahu apa artinya ideologi, berikut penjelasannya.
Pengertian Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “ilmu tentang gagasan”.
Ideologi dapat dipandang sebagai visi global, sebagai cara melihat sesuatu, secara umum (Ideologi dalam Kehidupan Sehari-hari) dan arah filosofis tertentu (Ideologi Politik), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat.
Fokus utama ideologi adalah membawa perubahan melalui proses berpikir normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (bukan sekedar pembentukan ide) yang diterapkan pada urusan publik, menjadikan konsep ini sebagai inti dari politik.
Setiap pemikiran politik secara implisit mengikuti sebuah ideologi, bahkan jika tidak ditetapkan sebagai sistem pemikiran eksplisit.
Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli
Berikut adalah definisi ideologi menurut beberapa para ahli:
1. Soerjanto Poespowardoyo
Ideologi adalah suatu kompleks ilmu pengetahuan dan berbagai nilai yang pada umumnya menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami alam semesta dan bumi secara utuh serta menentukan sikap dasar agar dapat memupuknya. Berdasarkan keyakinan ini, seseorang mempersepsikan apa yang dianggap baik dan tidak baik.
2. Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu visi atau sistem nilai yang komprehensif dan menyeluruh tentang bagaimana cara yang benar, yaitu dipandang benar secara moral bahkan benar, mengatur perilaku kolektif dalam berbagai aspek kehidupan.
3. Louis Althuser
Menurutnya, ideologi adalah ide yang spekulatif, namun ideologi tersebut bukanlah ide yang salah karena ide spekulatif tidak dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu realitas, melainkan untuk menyampaikan gambaran tentang bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya.
Memang setiap orang membutuhkan ideologi karena setiap orang harus memiliki keyakinan dalam menjalani hidupnya.
4. Karl Marx
Karl Marx memahami bahwa ideologi ini bertentangan dengan pemahaman ideologis yang dianjurkan oleh Destutt de Tracy.
Menurut Karl Marx, ideologi adalah kesadaran palsu. Mengapa begitu? Karena ideologi merupakan hasil pemikiran yang dihasilkan oleh pemikir, meskipun kesadaran pemikir pada hakikatnya ditentukan oleh adanya suatu kepentingan.
Menurut Karl Marx, kepercayaan spekulatif dalam bentuk agama yang bermoral atau bahkan politik, bahkan ketika ideologi spekulatif dipandang sebagai fakta yang dapat menyembunyikan atau bahkan melindungi kepentingan kelas sosial pemikir.
Ideologi negara dapat diartikan sebagai instrumen untuk kebaikan masyarakat. Karena ideologi negara bertumpu pada kepentingan rakyat, maka gagasan ini ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Macam-macam Ideologi
Ideologi dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Ideologi Sosialisme
Ideologi sosialisme adalah ideologi yang menekankan kesetaraan atau pemerataan derajat di antara orang-orang. Ideologi sosialisme adalah bahwa orang tidak bisa hidup sendiri. Gotong royong atau kerja sama akan meningkatkan kehidupan bermasyarakat.
Ideologi sosialisme memperjuangkan masyarakat di mana semua orang hidup dan dapat bekerja sama dalam kebebasan dan solidaritas dengan hak yang sama.
Tujuannya adalah untuk mengorganisir pekerja dan memastikan distribusi yang adil dari hasil yang dicapai untuk memberikan perdamaian dan kesempatan bagi semua.
2. Ideologi Pancasila
Ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang dalam proses yang panjang.
Pada awalnya kausalitas bersumber dari nilai-nilai bangsa Indonesia yaitu dari adat istiadat dan agama masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup berbangsa.
Ideologi Pancasila didasarkan pada fitrah manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu, dalam ideologi Pancasila, kebebasan individu diakui, tetapi dalam hidup berdampingan hak dan kebebasan orang lain juga harus diakui secara kolektif untuk mengakui hak-hak masyarakat.
Manusia menurut Pancasila memiliki kedudukan kodrati sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, nilai-nilai ketuhanan senantiasa memeriahkan kehidupan manusia di negara dan bermasyarakat. Kebebasan manusia dalam kerangka demokrasi tidak melampaui esensi nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai ketuhanan juga diwujudkan dalam wujud moral dalam ekspresi kebebasan manusia.
3. Ideologi Islam
Dalam kitab al-fiqru al-islamiy, Muhammad Ismail menyatakan bahwa Islam bukan hanya suara tapi juga mabda. Mabda ‘(ideologi) secara etimologis berarti pemikiran dasar (cabang pemikiran) yang dibangun di atasnya.
Dalam bukunya, Asusnan Nahdhah Ar-Rasyidah menjelaskan bahwa al-mabda ‘adalah pemikiran dasar (fikrah raisiyah) dan perilaku standar dasar (al-qaidah al-HAMyah), dari segi logika, al-mabda’ adalah pemahaman dan dasar pemikiran. setiap regulasi.
Islam adalah Mabda (ideologi) dalam kerangka Aqidah (pemikiran global tentang manusia, alam semesta dan kehidupan / gagasan dasar) Islam. Begitu pula dengan norma Alquran yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadits.
4. Ideologi Komunis
Ideologi komunis yang diprakarsai oleh Karl Marx melihat bahwa esensi, kebebasan, dan hak individu tidak ada.
Ideologi komunisme didasarkan pada keyakinan bahwa manusia pada dasarnya hanyalah makhluk sosial. Visi absolut lebih bersifat komunitas daripada individualitas.
menurut komunisme, ideologi hanya untuk masyarakat secara keseluruhan. Etika ideologi komunis terdiri dari mendirikan barang hanya untuk kepentingan untuk kepentingan seluruh kelas sosial. Atas dasar ini komunisme sebenarnya anti demokrasi dan hak asasi manusia.
5. Ideologi Liberal
Pada akhir abad ke-18 terjadi revolusi ilmu pengetahuan di Eropa, khususnya Inggris, yang kemudian berkembang menjadi revolusi teknologi dan industri. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan orientasi masyarakat di segala bidang kehidupan.
Liberalisme berkembang dari akar rasionalisme, pemahaman yang memandang akal sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialisme yang memandang materi sebagai nilai tertinggi, empirisme yang dilandasi kebenaran fakta empiris, individualisme, nilai-nilai individu dan kebebasan sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan negara mempertimbangkan.
Menurut liberalisme, seseorang adalah orang yang lengkap, utuh, dan mandiri dari orang lain, sehingga berpotensi menimbulkan konflik.
Untuk itu, manusia harus menciptakan perlindungan bersama berdasarkan kepentingan bersama. Dalam kehidupan masyarakat umum yang disebut negara, kebebasan individu merupakan elemen fundamental sebagai landasan demokrasi.
Dimensi Ideologi
Dimensi ideologi merupakan ideologi yang telah menjadi keyakinan dalam kehidupan sosial yang dapat pudar atau luntur seiring berjalannya waktu dan bergantung pada ketahanan ideologi tersebut. Ideologi ini akan mampu bertahan dari perkembangan jaman jika memiliki tiga dimensi yaitu:
1. Dimensi Fleksibilitas
Dimensi fleksibilitas adalah kemampuan ideologis untuk mempengaruhi dan beradaptasi dengan pertumbuhan atau perkembangan masyarakat.
Mempengaruhi berarti berkontribusi pada proses pembangunan, sedangkan adaptasi berarti masyarakat mampu menemukan tafsir nilai-nilai inti suatu ideologi yang sejalan dengan realitas baru yang muncul dan yang harus mereka hadapi.
2. Dimensi Idealisme
Dimensi idealisme adalah tingkat atau kualitas idealisme yang terkandung dalam ideologi atau nilai intinya.
Kualitas inilah yang menentukan kemampuan ideologi untuk memberikan harapan kepada berbagai golongan atau kelompok dalam masyarakat, untuk hidup berdampingan secara lebih baik dan juga membangun masa depan yang lebih baik.
3. Dimensi Realita
Dimensi realitas ini mengacu pada kemampuan ideologi untuk merefleksikan realitas yang hidup dalam masyarakat yang pertama kali muncul, setidaknya realitas tersebut pada saat-saat pertama kelahirannya.
Fungsi Ideologi
Fungsi ideologi adalah membentuk jati diri, ciri suatu kelompok atau bangsa. Ideologi cenderung “memisahkan” satu bangsa dari bangsa lain. Ideologi bekerja untuk mempersatukan sesama warga suatu bangsa.
Sebagai gagasan tentang kebaikan bersama dalam masyarakat dan negara, ideologi dianggap yang terbaik. Ideologi secara fungsional disosialisasikan melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan beragama, dan sistem politik.
Perkembangan Ideologi
Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang berbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh dasar filsafat apa yang dianut, karena sesungguhnya ideologi itu bersumber kepada suatu filsafat.
1. Perkembangan Ideologi di Negara Timur
Di timur, yaitu di dunia Islam, situasinya hampir sama dengan di barat. Hampir sama bukan berarti sama. Ketimpangan dapat ditemukan setidaknya dalam dua hal pertama waktu, kedua sifat dominasi mereka. Tatkala akal sedang kalah total di Barat, akal sedang dihargai sama dengan hati di Timur.
Sudah hampir waktunya. Mengenai hakikat pemerintahan, akal dihormati di Timur, tetapi tidak sampai pada titik di mana ia mendominasi cara hidup yang membuat umat Islam meninggalkan agama dan menerima materialisme atau ateisme.
Sementara di Barat, aturan nalar begitu besar sehingga beberapa orang mengadopsi materialisme atau ateisme, sementara hati, tatkala mendominasi, menentang akal secara total.
Di Timur, pikiran dan hati telah berjalan seiring sejak kedatangan Islam, terutama dari 800 hingga 1200. Ini adalah tahun-tahun para filsuf Islam rasional besar seperti Al-Kindi (769-873), Al-Razy (863-925)) , Al-Farabi (870-950), Ibn Sina (980-1037), Al-Ghazali (1059-1111) dan Ibn Rushd (1126-1198). Saat pikiran berkembang, jalan hati (rasa) juga berkembang. Inilah cara mistisisme atau tashawwuf dalam Islam.
Tokohnya termasuk Zunnun al-Mishri (wafat 860), Husain ibn Manshur al-Hallaj (858-922) dan Muhyiddin ibn ‘Arabi (1165-1240).
Ada banyak perbedaan antara pemikiran rasional dan perasaan dalam Islam, tetapi ini membuat Muslim tidak sepenuhnya secara intelektual atau seratus persen didominasi hati.
Hal ini bisa terjadi karena Alquran memberi tempat pada pikiran dan hati atau menghormati mereka (Prof. Dr. Ahmad Tafsir: 2000). Karenanya ideologi di dunia Timur selalu didasarkan pada Alquran.
2. Perkembangan Ideologi di Negara Barat
Perkembangan ideologi di negara barat sangat dipengaruhi oleh ajaran para filsuf besar Yunani kuno, Roma kuno, Abad Pertengahan, Renaisans dan zaman modern sekarang ini. Di dunia barat, pikiran dan hati selalu memperjuangkan supremasi, untuk mengatur jalan hidup manusia.
Singkatnya, dari Thales hingga kaum Sofis dari alasan kemenangan, dari Socrates hingga Abad Pertengahan, akal dan hati keduanya telah menang, dari Descartes hingga saat alasan Kant telah menang lagi, dari Kant hingga sekarang akal dan hati tampaknya menang bersama orang barat.
Kerjasamanya tidak harmonis. Oleh karena itu, asal usul gagasan mereka sangat kontradiktif, misalnya ideologi kapitalis liberal sebagai lawan komunisme sosialis. Kedua ideologi ini merupakan manifestasi dari kontradiksi tersebut.
Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
1. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak mutlak. Dapat juga diartikan bahwa nilai dan cita-cita tidak dipaksakan dari luar, tetapi pelajari dan digali dari kekayaan spiritual moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Ideologi terbuka adalah ideologi yang secara internal dapat berinteraksi dengan waktu dan dinamika.
2. Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup adalah ideologi absolut. Dengan kata lain, ideologi tertutup adalah doktrin atau pandangan dunia atau filosofi yang menentukan tujuan dan norma politik dan sosial yang diatur sebagai kebenaran yang tidak dapat lagi dipertanyakan tetapi harus diterima sebagai sesuatu, itu dilakukan. dan harus diikuti.
Contoh Ideologi
Contoh ideologi dapat dibagi menjadi enam, yaitu:
1. Liberalisme
Ide sentral liberalisme adalah kebebasan individu. Liberalisme mempromosikan kesetaraan. Hak dasar setiap individu harus dilindungi oleh negara.
2. Kapitalisme
Ide sentral kapitalisme adalah kebebasan individu untuk melakukan akumulasi kapital individu. Negara tidak boleh membatasi atau mengintervensi peran individu dalam mengumpulkan kekayaan.
3. Sosialisme
Ide sentral sosialisme adalah kesetaraan sosial, yang didasarkan pada peran dominan pemerintah atau negara dalam hubungannya dengan individu. Hak milik pribadi tidak diakui oleh sistem sosialis.
4. Marxisme
Ide sentral dari Marxisme adalah bahwa Karl Marx diposisikan sebagai poros utama. Marxisme secara konseptual diilhami oleh refleksi Marx tentang bagaimana masyarakat bekerja.
5. Nasionalisme
Ide sentral dari nasionalisme adalah bahwa tindakan individu atau kelompok harus diarahkan pada kepentingan nasional. Kerajaan nasional yang dimaksud adalah negara bangsa.
6. Feminisme
Ide sentral feminisme bertentangan dengan aturan perempuan. Ideologi feminisme berusaha mengangkat perspektif perempuan dari posisi semula yang subordinat.
Demikianlah artikel tentang Ideologi ini semoga bisa memberi manfaat dan menambah wawasan bagi kalian, terimakasih.
Baca juga artikel lainnya :
- Pengertian Aplikasi : Fungsi, Klasifikasi dan Dampak Buruknya
- Pengertian Tsunami : Sejarah, Jenis, Penyebab dan Dampaknya
- Pengertian Sholat : Hukum, Syarat, Rukun dan Manfaatnya
- Pengertian Pasar Modal : Sejarah, Fungsi, Pelaku dan Jenisnya
- Pengertian Hak dan Kewajiban : Macam dan Hubungannya
- Pengertian File : Jenis-jenis dan Penggunaanya