Pengertian Eklampsia : Penyebab, Gejala dan Komplikasinya

Pengertian Eklampsia – Eklampsia merupakan kondisi gerak-gerak atau kejang yang terjadi pada ibu yang sedang hamil dimana kondisi itu adalah efek dari penyakit ini.

Wanita hamil dengan preeklampsia atau dengan tekanan darah tinggi selama kehamilan berisiko mengalami penyakit ini.

Eklampsia jarang terjadi, tetapi jika itu terjadi harus segera diobati karena mengancam kehidupan ibu dan janin di dalam rahim. Eklampsia setelah melahirkan biasanya hanya terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan.

Pengertian Eklampsia

Eklampsia merupakan bentuk komplikasi kehamilan serius akibat preeklampsia. Dengan kata lain, eklampsia adalah suatu kondisi yang dapat diartikan sebagai tekanan darah tinggi yang menyebabkan kejang selama kehamilan.

Eklampsia ialah kondisi yang cukup langka atau jarang, tetapi kondisi ini cukup serius. Sebagian besar kasus kondisi ini biasanya terjadi pada tahap akhir kehamilan. Kasus rata-rata menyerang kehamilan pertama.

Kejang karena eklampsia tidak secara langsung disebabkan oleh gangguan otak seperti kejang atau epilepsi. Ini karena eklampsia dapat menyerang plasenta, organ yang mengangkut oksigen, darah, dan nutrisi ke janin.

Peningkatan tekanan darah dalam tubuh dapat mengurangi aliran darah, membuat plasenta tidak dapat berfungsi dengan baik.

Eklampsia adalah kelainan yang dapat ditimbulkan oleh bayi dengan berat badan turun atau masalah kesehatan lainnya. Masalah plasenta sering membutuhkan kelahiran prematur untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan anak.

Dalam kasus yang jarang terjadi, eklampsia bisa berakibat fatal. Karena komplikasi kehamilan ini dapat menyebabkan ibu atau kelahiran mati. Wanita hamil berisiko sangat tinggi terkena eklampsia jika mereka memaksakan diri selama persalinan.

Meski begitu, sebagian besar gejala penyakit ini cukup ringan. Pemantauan dan perubahan pola makan dan gaya hidup sehari-hari harus dilakukan secara rutin untuk memperbaiki kondisi ibu dan anak.

Seberapa Umum Eklampsia

Eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang tidak terlalu sering terjadi, walaupun jarang. Kondisi ini dapat mempengaruhi sekitar 1 dari 200 wanita hamil yang menderita preeklamsia.

Bahkan, ada risiko komplikasi dengan kehamilan ini, jika Anda belum pernah mengalami kejang di masa lalu. Jangan khawatir.

Dimungkinkan untuk mengurangi risiko mengembangkan penyakit ini dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Tanyakan kepada dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Penyebab Eklampsia

Sejauh ini, penyebab preeklampsia tidak diketahui secara pasti. Namun, diyakini bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan fungsi dan pembentukan plasenta. Faktor-faktor lain yang diyakini meningkatkan risiko preeklampsia dan eklampsia pada wanita hamil adalah:

  1. Pre-eklampsia dalam riwayat kehamilan sebelumnya
  2. Kehamilan pertama atau kesenjangan yang terlalu sempit antara kehamilan (kurang dari 2 tahun)
  3. Riwayat hipertensi kronis
  4. Hamil di bawah 20 atau lebih dari 35 tahun
  5. Mengalami kondisi dan penyakit tertentu seperti diabetes, penyakit ginjal, anemia sel sabit, obesitas dan penyakit autoimun seperti lupus dan sindrom antifosfolipid
  6. Beberapa kondisi dalam kehamilan, misalnya mengandung lebih dari satu janin atau kehamilan dengan program bayi tabung.

Gejala Eklampsia

Gejala utama eklampsia adalah kejang sebelum, selama atau setelah melahirkan. Preeklampsia selalu didahului oleh terjadinya eklampsia pada wanita hamil. Preeklampsia dapat terjadi pada minggu ke 20 kehamilan.

Preeklampsia ditandai dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg, penemuan protein dalam urin dan mungkin disertai pembengkakan kaki. Jika tidak ada pengobatan yang diberikan, preeklampsia dapat menyebabkan eklampsia.

Dalam beberapa kasus, eklampsia yang akan datang dapat ditunjukkan oleh:

  1. Tekanan darah meningkat
  2. Sakit kepala yang semakin buruk
  3. Mual dan muntah
  4. Nyeri perut, terutama di perut kanan atas
  5. Tangan dan kaki bengkak
  6. Kehilangan penglihatan
  7. Mengurangi frekuensi dan jumlah urin (oligouria)
  8. Peningkatan kadar protein dalam urin.

Jika terjadi secara terus menerus, maka kejang-kejang akan terjadi. Kejang akibat eklampsia dapat terjadi sebelum, selama atau setelah melahirkan.

Faktor Risiko Eklampsia

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya Eklampsia:

  1. Kehamilan berusia di atas 35 tahun
  2. Kehamilan kurang dari 20 tahun
  3. Kehamilan pertama
  4. Kehamilan kembar
  5. Diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal atau gangguan pembuluh darah lainnya
  6. Riwayat keluarga preeklampsia atau eklampsia
  7. Obesitas.

Lupus adalah kondisi lain yang diyakini sebagai faktor risiko untuk pengembangan komplikasi dari eklampsia selama kehamilan.

Komplikasi Eklampsia

Tanpa manipulasi yang tepat, eklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk terjadinya wafat pada ibu juga anak.

Selain itu, ada berbagai komplikasi yang dapat timbul karena pengaruh pengobatan persalinan atau eklampsia, yaitu:

  1. Efek samping kejang seperti lidah tergigit, patah tulang, cedera kepala, aspirasi atau penyerapan air liur atau isi lambung ke saluran pernapasan
  2. Kerusakan sistem saraf pusat, pendarahan di otak, gangguan penglihatan, bahkan kebutaan
  3. Penurunan fungsi ginjal
  4. Kerusakan hati (sindrom HELLP) dan gangguan sirkulasi seperti diseminasi koagulasi intravena (DIC)
  5. Gangguan kehamilan, misalnya pertumbuhan janin terhambat, detasemen plasenta, oligohidramnion atau bayi prematur
  6. Penyakit arteri koroner dan stroke
  7. Peningkatan risiko preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan berikutnya.

Pengobatan Eklampsia

Terjadinya kejang adalah keadaan bahaya dan akan mengalami komplikasi kehidupan wanita hamil juga anaknya. Kontraksi yaitu cara mengobati penyakit eklampsia.

Bantuan pertama untuk eklampsia adalah menghentikan serangan. Hanya ketika kejang telah diselesaikan Anda dapat memutuskan sebagai proses kerja.

Berikut adalah obat-obatannya:

1. Obat untuk Penyakit Antikejang

Suntikan magnesium sulfat secara perlahan pada penyakit. Suntikan tersebut dapat meredakan kejang otot. Magnesium sulfat diberikan dengan injeksi intravena lambat untuk memecah kram.

Dengan menerapkan terapi dan infus magnesium sulfat kemudian dilakukan selama sehari semalam bahkan jika tidak kejang dan untuk menghindari kram.

Untuk mengatasi kontraindikasi terhadap magnesium sulfat bisa diberikan obat Lorazepam atau diazepam.

Jika kejang berulang terjadi meskipun sudah diberi magnesium sulfat sebelumnya, bisa diberikan obat Fenitoin.

2. Obat Anti Hipertensi

Segera berikan magnesium sulfat, jika tekanannya lebih tinggi dari 110/160 mmHg. Suplemen labetalol atau nifedipine bisa diberikan untuk tekanan darah tinggi.

3. Obat Diuretik

Setelah kejang di obati, tahap berikut nya yaitu kelahiran bayi. Bergantung pada kondisi ibu dan usia kehamilan, proses persalinan dapat dilakukan melalui persalinan.

Apabila umur kandungan sudah cukup, Keadaan seorang ibu bisa melakukan kelahiran dengan normal dan tidak ada kondisi serius pada janinnya.

Inisiasi kelahiran dapat melalui cara suntik uterus ketika tidak ada cukup kontraksi untuk kelahiran normal. Jika ada beban suatu kandungan dan keadaan wanita tidak bisa untuk melahirkan secara normal, persalinan sesar dilakukan segera mungkin.

Apabila umur masa hamil tidak cukup untuk yang semestinya, kortikosteroid dapat disuntikkan tujuannya untuk pematangan pada bayi tersebut.

Pencegahan Eklampsia

Berikut tahap-tahap pencegahannya:

  1. Ibu hamil harus rajin mengontrol kandungan sehingga preeklampsia dapat dikenali dengan cepat
  2. Ibu hamil yang punya penyakit hipertensi sebelum masa kehamilan, mengendalikan tekanan darah dan mempertahankan kadar tingginya darah stabil dapat mengurangi risiko penyakit ini selama kehamilan
  3. Sebelum memeriksa kehamilan alagkah baiknya memeriksa berat badan terlebih dahulu.

Diagnosis Eklampsia

Berikut ini adalah diagnosis yang dapat dilakukan oleh dokter:

  1. Tes darah di laboratorium. Tes darah lengkap dapat membantu dokter mengidentifikasi komplikasi dari preeklampsia dan eklampsia, terutama sindrom HELLP dengan tanda-tanda berkurangnya hemoglobin, peningkatan enzim hati dan trombositopenia. Tes lain dari studi koagulasi termasuk waktu protrombin (PT), waktu aktivasi protrombin parsial (aPTT), fibrinogen dan D-dimer untuk mendeteksi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) yang merupakan komplikasi lebih lanjut dari preeklampsia dan eklampsia.
  2. Urinalisis. Proteinuria, protein yang ditemukan dalam urin adalah tanda paling umum dari eklampsia dan sangat berguna dalam mendiagnosis preeklampsia yang belum terdeteksi sebelumnya.
  3. Tes fungsi ginjal. Fungsi ginjal dapat ditunjukkan dengan tes kreatinin serum yang meningkat ketika kerusakan ginjal akibat preeklampsia dan eklampsia terjadi.
  4. Pemeriksaan USG. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi plasenta dan janin, memeriksa denyut jantung janin dan pertumbuhan janin. Pemindaian ultrasound dapat dilakukan segera setelah kejang untuk menilai kondisi janin jika ada tekanan janin karena kejang.
  5. Tes pencitraan lain seperti CT dan MRI dapat dilakukan jika ada kecurigaan bahwa ada komplikasi di otak, seperti pembengkakan otak (edema serebral) dan pendarahan otak akibat kejang.

Konsultasi dengan Dokter

Disarankan untuk secara teratur memeriksa kehamilan sehingga pre-eklampsia dapat dikenali lebih awal dan segera diobati sehingga komplikasi dari eklampsia tidak terjadi.

Apabila ada sanak keluarga Anda memiliki ciri-ciri sebagaimana telah dijelaskan diatas, segeralah bicarakan dengan dokter Anda.

Terutama jika Anda berisiko sangat berat dan telah didiagnosis dengan preeklamsia, dokter Anda harus memeriksa kehamilan Anda secara teratur.

Demikianlah penjelasan tentang Penyakit Eklampsia dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :