Pengertian Akulturasi : Proses, Dampak, Faktor dan Masalahnya

Pengertian Akulturasi – Di sekitar kita, ada sekian banyak macam kebudayaan yang berasal dari dua kebiasaan atau lebih yang berbeda. Meski telah bercampur, ada bagian asli yang tidak dihilangkan. Hal ini dinamakan dengan akulturasi.

Akulturasi kebudayaan ialah perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda. Hal ini terjadi dampak adanya interaksi antara kumpulan masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu dengan kumpulan masyarakat lainnya.

Proses akulturasi tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur kebudayaan dari dua atau lebih kumpulan masyarakat tadi. Kebudayaan pribumi masih dapat dilihat ciri-cirinya, serta dapat dipisahkan dan diteliti jika dikomparasikan dengan kebudayaan dari luar.

Pengertian Akulturasi

Akulturasi merupakan salah satu unsur interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi dampak interaksi sosial dalam masyarakat yang berbeda-beda suku, agama, ras, dan golongannya. Aktivitas kontak sosial antarbudaya dominan pada timbulnya proses akulturasi.

Akulturasi yaitu suatu proses sosial yang timbul ketika suatu kumpulan manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan bagian dari sebuah kebudayaan asing. Kebudayaan asing ini lambat laun diterima dan diubah tanpa menghilangkan bagian kebudayaan kelompok tersebut sendiri.

Akulturasi yakni percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Singkatnya, akulturasi ialah proses adaptasi kebudayaan dengan tetap menjaga kebudayaan lama.

Berdasarkan keterangan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat tiga definisi akulturasi yang dapat kamu pahami. Hal ini dapat dilihat secara umum, antropologi, dan secara lingusitik.

Secara umum, akulturasi ialah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi.

Sementara itu, pengertiaan secara antropologi, akulturasi merupakan proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam sebuah masyarakat, beberapa menyerap secara selektif tidak banyak atau tidak sedikit unsur kebudayaan asing itu, dan beberapa berusahan menampik pengaruh itu.

Secara linguistik, akulturasi ialah proses atau hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa salah satu anggota dua masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau bilingualisme.

Akulturasi ialah suatu proses sosial yang timbul ketika suatu kumpulan manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan bagian dari sebuah kebudayaan asing.

Kebudayaan asing ini lambat laun diterima dan diubah tanpa menghilangkan bagian kebudayaan kelompok tersebut sendiri. Singkatnya, akulturasi ialah proses adaptasi kebudayaan dengan tetap menjaga kebudayaan lama.

Pengertian Akulturasi Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat sejumlah definisi akulturasi menurut keterangan dari para ahli, yang terdiri atas:

1. Koentjaraningrat

Akulturasi merupakan proses sosial yang terjadi ketika kumpulan sosial dengan kebudayaan tertentu terkena kebiasaan asing yang berbeda.

Persyaratan proses akulturasi ialah senyawa (afinitas) bahwa penerimaan kebiasaan tanpa rasa kejutan, maka keseragaman (homogenitas) sebagai nilai baru dipahami karena tingkat dan pola kebiasaan kesamaan.

2. Gillin & Gillin

Dalam bukunya “culture Sosiology”, menyerahkan definnisi tentang akulturasi sebagai proses dimana masyarakat- masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya merasakan perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, namun dengan tidak sampai untuk percampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.

3. Harsoyo

Akulturasi yaitu fenomena yang timbul sebagai hasil andai kelompok-kelompok insan yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan menyelenggarakan kontak secara langsung dan terus-menerus yang lantas menimbulkan evolusi dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kumpulan atau kedua-duanya.

4. Krober

Akulturasi tersebut meliputi evolusi didalam kebudayaan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan lain, yang kesudahannya menghasilkan kian banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.

5. Redfield, Linton, Herskovits

Akulturasi meliputi gejala yang timbul sebagai hasil, andai kelompok-kelompok insan yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, dan menyelenggarakan kontak secara terus menerus, yang lantas menimbulkan evolusi dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kumpulan atau kedua-duanya.

6. Suyono

Akulturasi muncul dari pengamat Suyuno yang dilansir dalam kitab Rumondor (1995:208) yang sebut bahwa Akulturasi merupakan suatu proses transfer peserta dari bermacam-macam unsur kebiasaan yang saling bertemu dan berkolaborasi serta menumbuhkan proses interaksi kebiasaan yang tanpa meninggalkan kebiasaan aslinya.

7. Nardy

Mengartikan Akulturasi sebagai potongan dari proses sosial yang hadir dari sekelompok masyarakat dengan kebudayaannya dan bertemu dengan kumpulan masyarakat beda tentunya dengan kebudayaan mereka (asing) dan berbaur yang menciptakan interaksi sosial sampai-sampai lambat laun diterima oleh dan dibulatkan menjadi kebudayaan bareng tanpa menghilangkan identitas kebiasaan itu sendiri.

8. Hasyim

Akulturasi menurut Hasyim pun merujuk ke perpaduan dua kebiasaan dalam kehidupan yang berlangsung seienteng sertai tenang dan tetap melestarikan unsur kebiasaan aslinya.

Hasyim menambahkan bilalau proses akulturasi ini dilangsungkan ketika sekelompok masyarakat yang tengah mengemban transmigrasi menyelenggarakan interaksi dengan warga orisinil yang lantas secara tidak banyak demi tidak banyak meleburkan dua kebiasaan dan tetap menjaga kebiasaan aslinya.

9. Lauer

Pendapat Lauer terpapar Akulturasi lebih ke pembentukan pola gres dari hasil penyatuan dua kebiasaan yang diakibatkan kesamaan lebih tidak sedikit didominasi kebiasaan tersebut dan interaksi baik dari masyarakat tersebut sendiri yang lantas mengarah ke masing-masing kebiasaan dengan tetap mempertahankan kemurnian nilainya.

Proses Akulturasi

Setiap insan memeroleh sebuah proses budaya. Proses sosialisasi dan pendidikan kebiasaan yang ditanamkan menjadi perilaku dan jati diri yang telah melakat pada sistem saraf di masing-masing individu.

Dengan proses belajar ini insan harus berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama, proses ini diperoleh pada setiap pribadi yang disebut enkulturasi.

Budaya dan pribadi mempunyai hubungan dalam proses enkulturasi sampai-sampai manusia dapat menyesuaikan diri dengan keadaan.

Jika ada pribadi imigran atau pendatang yang masuk pada distrik pribumi, maka imigran ini belajar menyesuaikan dan membuat situasi-situasi yang relevan pada masyarakat pribumi.

Pola menyesuaikan pribadi imigran ke distrik masyarakat asli dengan adanya evolusi menyesuaikan yang baru berikut yang dinamakan akulturasi.

Ciri khas dari kebiasaan setempat tetap dijaga dan saling melengkapi dengan bagian kebudayaan asing.

Tetapi dalam prosesnya, akulturasi dapat terjadi sebab pemaksaan dan tentunya juga secara damai.

1. Akulturasi dengan Pemaksaan

Akulturasi yang dilaksanakan dengan teknik pemaksaan contohnya laksana yang dilaksanakan penjajah di Indonesia, proses penyesuaian tidak bertahan lama sebab akulturasi tersebut hilang jika penjajah juga di usir di indonesia.

2. Akulturasi dengan Damai

Akulturasi yang dilaksanakan dengan teknik damai dapat bertahan lama bila dikomparasikan dengan teknik pemaksaan. Proses penyesuaiannya paling lama dan melekat erat dalam masyarakat.

Akulturasi sendiri bisa muncul sebab adanya kontak kebudayaan dari kebudayaan asing yang lambat laun diterima oleh kebudayaan setempat tanpa menghilangkan jati diri kebudayaan aslinya.

    Dampak Akulturasi

    Pada akulturasi, tidak jarang kali terjadi evolusi dan pertumbuhan kebudayaan masyarakat setempat. Perubahan-perubahan itu dapat dominan positif maupun negatif untuk masyarakat. Dampak-dampak akulturasi ialah sebagai berikut:

    1. Adisi

    Adisi merupakan penambahan unsur-unsur kebudayaan lama dengan unsur-unsur kebudayaan baru sampai-sampai timbul evolusi struktural atau tidak sama sekali.

    2. Sinkretisme

    Sinkretisme yaitu perpaduan unsur-unsur kebudayaan lama dengan unsur-unsur kebudayaan baru dengan tidak meninggalkan kepribadian masing-masing dan menyusun sistem kebudayaan baru.

    3. Substitusi

    Substitusi yakni unsur-unsur kebudayaan yang sudah ada atau mula-mula diganti oleh unsur-unsur kebudayaan yang baru, khususnya yang dapat mengisi fungsinya. Dalam urusan ini, bisa jadi terjadi evolusi struktural paling kecil.

    4. Dekulturisasi

    Dekulturisasi ialah tumbuhnya unsur-unsur kebudayaan yang baru guna memenuhi sekian banyak kebutuhan baru sebab perubahan situasi.

    5. Rejeksi

    Rejeksi adalah penolakan unsur-unsur evolusi yang terjadi amat cepat sehingga mayoritas orang tidak bisa menerimanya. Hal ini dapat memunculkan penolakan, bahkan penentangan atau gerakan kebangkitan.

    Faktor Pendorong dan Penghambat Akulturasi

    Berikut ini terdapat sejumlah faktor pendorong dan penghambat akulturasi.

    1. Faktor Pendorong Akulturasi

    • Kontak dengan kebudayaan lain
    • Sistem edukasi formal yang maju
    • Sikap menghargai hasil karya seseorang dan kemauan untuk maju
    • Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang membias (deviation)
    • Sistem tersingkap pada lapisan masyarakat
    • Adanya warga yang heterogen
    • Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
    • Adanya orientasi ke masa depan.

    2. Faktor Penghambat Akulturasi

    • Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
    • Sikap masyarakat yang tradisional
    • Adanya kepentingan yang sudah tertanam dengan kuatnya.
    • Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
    • Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru
    • Adanya hambatan yang mempunyai sifat ideologis
    • Adat atau kebiasaan.

    Masalah yang Timbul dalam Akulturasi

    Dalam menganalisis akulturasi, terdapat lima kelompok masalah tentang akulturasi, yakni :

      1. Masalah tentang metode-metode guna mengobservasi, mencatat, dan melukiskan sebuah proses akulturasi dalam sebuah masyarakat.
      2. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan asing apa yang gampang diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sulit diterima oleh masyarakat penerima.
      3. Masalah tentang unsur-unsur kebudayaan apa yang gampang diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak gampang diganti atau diolah oleh unsur-unsur kebudayaan asing
      4. Masalah tentang individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sulit dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
      5. Masalah tentang ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai dampak akulturasi.

      Hal-hal Penting Mengenai Akulturasi

      Hal-hal yang usahakan diacuhkan oleh semua peneliti yang akan menganalisis akulturasi ialah :

      1. keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Bahan mengenai suasana masyarakat penerima sebetulnya adalahbahan mengenai sejarah dari masyarakat yang bersangkutan. Apabila terdapat sumber-sumber tertulis, maka bahan tersebut bisa dikoleksi dengan memakai cara yang biasa digunakan oleh semua berpengalaman sejarah. Bila sumber tertulis tidak ada, peneliti mesti mengoleksi bahan tentang suasana masyarakat penerima yang pulang sejauh barangkali dalam ruang waktu, contohnya dengan proses wawancara. Dengan demikian, seorang peneliti bisa memahami suasana kebudayaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Saat berikut yang dinamakan “titik permulaan dari proses akulturasi” atau base line of acculturation.
      2. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing. Individu-individu ini disebut pun agents of acculturation. Pekerjaan dan latar belakang dari agents of acculturation berikut yang bakal menilai corak kebudayaan dan unsur-unsur apa saja yang bakal masuk ke dalam sebuah daerah. Hal ini terjadi sebab dalam sebuah masyarakat, lagipula jika masyarakat itu ialah masyarakat yang luas dan kompleks, penduduk melulu memahami beberapa kecil dari kebudayaannya saja, seringkali yang sehubungan dengan profesi dan latar belakang penduduk tersebut.
      3. Saluran-saluran yang dilewati oleh unsur-unsur kebudayaan asing guna masuk ke dalam kebudayaan penerima. Hal ini urgen untuk mengetahui cerminan yang jelas dari sebuah proses akulturasi. Contohnya ialah apabila kita hendak mengetahui proses yang mesti dilewati oleh kebudayaan pusat guna masuk ke dalam kebudayaan daerah, maka saluran-salurannya ialah melalui sistem propaganda dari partai-partai politik, edukasi sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, dan lain-lain.
      4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terpapar pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi. Kadang, unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima tiap golongan-golongan dalam masyarakat berbeda-beda. Oleh sebab itu, urgen untuk memahami bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terpapar pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.
      5. Reaksi para pribadi yang terpapar unsur-unsur kebudayaan asing,Terbagi menjadi 2 reaksi umum, yakni reaksi “kolot” dan reaksi “progresif”. Reaksi “kolot” ialah reaksi menampik unsur-unsur kebudayaan asing, yang pada kesudahannya bakal mengakibatkan pengunduran diri pihaknya dari fakta kehidupan masyarakat, pulang ke kehidupan mereka yang telah kuno. Reaksi “progresif” ialah reaksi yang bertentangan dengan”kolot”, reaksi yang menerima unsur-unsur kebudayaan asing.

      Contoh Akulturasi

      Berikut ini terdapat sejumlah contoh Akulturasi, yaitu:

      1. Kereta Singo Barong (Cirebon)

      Kereta Singa Barong, yang diciptakan pada tahun 1549, adalahrefleksi dari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini adalahperwujudan tiga hewan yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh fauna burak.

        Belalai gajah adalah persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga menggambarkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak menyeluruh dengan sayapnya, menggambarkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.

        Kereta ini diciptakan oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Pahatan pada kereta tersebut memang rinci dan rumit.

        Mencirikan kebiasaan khas tiga negara kawan itu, pahatan wadasan dan megamendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina.

        Dalam kereta itu, tiga kebiasaan (Buddha, Hindu, dan Islam) dicerminkan menjadi satu dalam trisula di belalai gajah.

        2. Keraton Kasepuhan Cirebon

        Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan sekian banyak macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun kebiasaan lokal yang telah ada sebelumnya, yakni Hindu dan Jawa.

        Semua unsur atau unsur kebiasaan di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut. Pengaruh Eropa terlihat pada tiang-tiang bergaya Yunani.

          Arsitektur gaya Eropa lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk separuh lingkaran yang ada pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan).

          Pengaruh gaya Eropa lainnya ialah pilaster pada dinding-dinding bangunan, yang menciptakan dindingnya lebih unik tidak datar.

          Gaya bangunan Eropa pun terlihat jelas pada format pintu dan jendela pada bangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta pemakaian jalusi sebagai ventilasi udara.

          Bangsal Prabayasa bermanfaat sebagai lokasi menerima tamu-tamu agung. Bangunan itu ditopang oleh tiang saka dari kayu.

          Tiang saka itu diberi dekorasi motif tumpal yang berasal dari Jawa. Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas menonjol ialah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian sangat depan perumahan keraton. Seluruh bangunannya tercipta dari konstruksi batu bata seperti umumnya bangunan candi Hindu.

          Kesan bangunan gaya Hindu tampak kuat khususnya pada pintu masuk mengarah ke kompleks tersebut, yakni berupa gapura berukuran sama atau simetris antara unsur sisi kiri dan kanan seolah dibelah.

          Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi dekorasi tempelan porselen dari Belanda berukuran kecil 110 x 10 cm berwarna biru (blauwe delft) dan berwarna merah kecoklatan.

          Pada unsur tengahnya diberi tempelan piring porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada piring itu melukiskan seni lukis Cina dengan kiat perspektif yang bertingkat. Secara keseluruhan, warna keraton itu didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami.

          Warna emas yang dipakai pada sejumlah ornamen menggambarkan kemewahan dan kemuliaan dan warna merah menggambarkan kehidupan ataupun surgawi.

          Bangunan Keraton Kasepuhan menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolis maupun kebiasaan lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan kebiasaan bangsa Indonesia.

          Demikianlah penjelasan tentang Akulturasi dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

          Baca juga artikel lainnya :