Pengertian Profitabilitas – Dalam bisnis, proses transaksi finansial memang mesti sering kali dievaluasi dengan berbagai rumus supaya nantinya dapat dijadikan alat pengambil keputusan perusahaan selanjutnya.
Nah, di antara alat yang dipakai untuk menilai keefektifan kinerja perusahaan masing-masing periode akuntansi yaitu rasio keuangan.
Dalam ilmu akuntansi, rasio ini yakni sebuah komparasi yang dilaksanakan untuk mengejar seberapa besar keterampilan perusahaan dalam meraih deviden dari penghasilan tertentu.
Pengertian Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan salah satu dari lima unsur rasio keuangan yang wajib dipunyai perusahaan. Yuk, kenali lebih dalam tentang rasio itu di sini.
Rasio profitabilitas ialah metrik finansial yang dipakai oleh analis dan investor guna mengukur dan mengevaluasi keterampilan perusahaan guna menghasilkan deviden (laba) relatif terhadap pendapatan, aset neraca, ongkos operasi, dan ekuitas pemegang saham sekitar periode masa-masa tertentu.
Rasio ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan memakai asetnya guna menghasilkan laba dan nilai untuk pemegang saham.
Rasio atau nilai yang lebih tinggi seringkali dicari oleh mayoritas perusahaan, sebab ini seringkali berarti bisnis berkinerja baik dengan menghasilkan pendapatan, laba, dan arus kas.
Rasio ini paling bermanfaat ketika diteliti dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau dikomparasikan dengan periode sebelumnya.
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Ada lima jenis rasio profitabilitas yang perlu untuk Anda pahami yaitu:
1. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin atau yang biasa dinamakan marjin laba kotor merupakan laba kotor yang didapatkan oleh perusahaan. Laba kotor didapatkan dari hasil penjualan produk.
Kemudian, laba itu akan disalin dalam laporan finansial perusahaan. Laporan itu nantinya mengukur efisiensi ongkos produksi.
Semakin besar gross profit margin maka semakin baik pula kegiatan operasional. Selain bermanfaat untuk laporan keuangan, juga bermanfaat untuk audit operasional. Contoh penghitungan gross profit margin:
- (Laba kotor : total pendapatan) x 100%
- (45.000.000: 77.000.000) x 100&%
Maka, gross profit margin-nya yaitu 58%.
2. Net Profit Margin
Net Profit Margin atau yang biasa dinamakan marjin laba bersih yaitu laba bersih yang diperoleh perusahaan sesudah dikurangi pajak.
Laba bersih didapat dari hasil penjualan produk. Namun, sekali lagi, patut disalin bahwa laba itu dari pengurangan pajak.
Semakin tinggi net profit margin maka semakin baik pula kegiatan operasional perusahaan. Sebagai misal inilah penghitungan net profit margin:
- (Laba bersih sesudah pajak : penghasilan penjualan bersih) x 100%
- (280.000.000: 1.054.000.000) x 100%
Maka, net profit margin-nya yaitu 26%.
3. Rasio Pengembalian Aset
Rasio Pengembalian Aset ialah rasio profitabilitas yang dipakai untuk memahami keuntungan perusahaan berhubungan sumber daya atau total aset. Sehingga, dari situ bakal terlihat tepat guna atau tidak suatu perusahaan bisnis.
Cara penghitungan rasio pengembalian aset (ROA) merupakan:
- ROA: Laba bersih : total aset
- ROA: 200.000.000: 5.000.000 = 40%.
4. Rasio Pengembalian Ekuitas
Rasio ini dipakai untuk mengetahui laba perusahaan dari investasi yang ditetapkan persentase. ROE merupakan nama lain dari rasio pengembalian ekuitas. Cara menghitungnya dari laba bersih sesudah pajak dipecah dengan ekuitas pemegang saham.
Cara penghitungan rasio pengembalian ekuitas (ROE) yakni:
- ROE: Laba bersih sesudah pajak : ekuitas pemegang saham
- ROE: 400.000.000 : 900.000.000 = 44%.
5. Rasio Pengembalian Penjualan
Rasio Pengembalian Penjualan yaitu rasio profitabilitas yang memperlihatkan laba perusahaan sesudah menghitung ongkos variabel produksi.
Seperti: honorarium pekerja dan bahan baku sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio pengembalian penjualan atau yang biasa dinamakan ROS, teknik menghitungnya dari laba sebelum pajak dan bunga dipecah penjualan.
Cara penghitungan rasio pengembalian penjualan (ROS) merupakan:
- ROS: Laba sebelum pajak dan bunga : penjualan
- ROS: 250.000.000 : 1.000.000.000 = 2,5%.
Baca juga: Pengertian TIK
Fungsi Rasio Profitabilitas
Ada sejumlah fungsi rasio profitabilitas yang perlu Anda ketahui yaitu:
- Memuat informasi yang urgen dengan mencocokkan periode sebelumnya dan periode sekarang.
- Mengetahui hasil akhir dari kepandaian laporan finansial perusahaan. Sehingga, memahami apakah ada evolusi dalam pendaftaran kas.
- Memantau efektivitas dan efisiensi manajemen dalam menciptakan laporan tentang keuntungan perusahaan.
- Mengetahui tren industri sehingga dapat menarik benang merah yang bermanfaat untuk deviden perusahaan.
Manfaat Rasio Profitabilitas
Manfaat rasio profitabilitas yakni dapat mengindikasikan efisiensi manajemen. Hal ini disaksikan dari laba yang timbul dari penjualan dan investasi. Hal-hal ini tertera dalam laporan finansial perusahaan.
Semakin besar nilai rasio, situasi perusahaan dirasakan semakin baik. Rasio yang tinggi mencerminkan laba semakin tidak sedikit dan perusahaan semakin efisien. Hal ini bisa diketahui melewati tingkat pemasukan serta arus kas.
Rasio profitabilitas ini menyajikan informasi yang penting. Informasi itu disandingkan dengan rasio periode kemudian dan rasio kompetitor.
Dengan begitu, dibutuhkan pengamatan tren industri untuk memutuskan keputusan berfungsi bersangkutan tingkat profitabilitas perusahaan.
Rasio ini akan mengindikasikan hasil akhir dari seluruh kepandaian yang berhubungan keutangan dan keputusan operasional oleh manajemen.
Terakhir, trader saham bisa menilai apakah rasio profitabilitas sebuah perusahaan pantas membuatnya menginvestasikan dananya atau tidak. Jika tidak, maka investor itu tidak akan melakukan pembelian saham.
Baca juga: Pengertian Koloid
Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
- Profitabilitas diprovokasi oleh jenis perusahaan, perusahaan yang berorientasi memasarkan barang guna dikonsumsi atau suatu jasa lazimnya mempunyai keuntungan yang lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang.
- Umur, perusahaan yang sudah lama berdiri lebih mempunyai keuntungan yang lebih stabil dikomparasikan perusahaan yang belum lama berdiri.
- Skala ekonomi yang dipunyai perusahaan.
- Harga buatan yang dikeluarkan perusahaan, bilamana perusahaan memiliki ongkos produksi yang relatif lebih murah seringkali akan mendapatkan deviden yang lebih baik dan stabil dikomparasikan dengan yang harga produksinya tinggi.
- Perusahaan yang melakukan pembelian bahan buatan menurut kelaziman atau habitual basis, lazimnya mendapatkan deviden yang lebih baik dan stabil.
- Profitabilitas juga diprovokasi oleh hasil produk yang dihasilkan, perusahaan yang memproduksi keperluan pokok ingin lebih stabil keuntungannya dikomparasikan yang memproduksi barang modal.
Kekurangan Rasio Profitabilitas
Sejauh ini, rasio itu dapat dijadikan sebagai pegangan dalam menunjukkan performa perusahaan. Namun, seperti teori-teori lain, profitabilitas pun memiliki kelemahan seperti:
- Ada keterbatasan teknis dalam penghitungan rasio ini.
- Sulitnya menghitung profitabilitas bilamana data tidak cukup.
- Terkadang data tidak cocok satu sama lain sampai-sampai rasio juga tidak valid.
- Bisa terjadi windows dressing—perusahaan mengerjakan modifikasi sampai-sampai performa saham tampak menarik.
- Perbedaan standar akuntansi yang digunakan pada masing-masing perusahaan.
- Terlepas dari sekian banyak kekurangan dari rasio ini, pada dasarnya, perhitungan laba perusahaan dengan memakai rasio itu masih dipakai oleh nyaris semua perusahaan dan dapat menghasilkan hitungan yang valid.
Baca juga: Pengertian Jual Beli
Contoh Soal Rasio Profitabilitas
Kita sudah memahami dengan jelas pengertian, tujuan, manfaat, fungsi, dan jenis-jenis dari rasio profitabilitas pada tulisan di atas.
Saatnya anda membahas sekian banyak contoh dari soal rasio profitabilitas supaya nantinya dapat menghitung rasio itu dengan lebih baik. Berikut ini misal soal rasio profitabilitas perusahaan :
Sebuah perusahaan mempunyai penghasilan bersih selama Rp 25.000.000. Sedangkan laba bersih yang dipunyai perusahaan sesudah pajak yakni sekitar Rp 1.200.000. Berapakah Net Margin Profitnya?
- Jawab : NPM = Laba bersih sesudah pajak / pendapatan bersih.
- NPM = Rp 1.200.000 / Rp 25.000.000 X 100%
- NPM = 4,8 %
Sebuah perusahaan menginvestasikan uang sejumlah Rp 30.000.000 pada perusahaan lain. Setelah itu perusahaan itu mendapatkan pendapatan sebesar 500 unit produk dengan deviden sekitar 40.000.000. Berapakah Return of Investment nya?
Jawab : ROI = Laba atas investasi – investasi mula / investasi X 100%
- ROI = (Rp 40.000.000 – Rp 30.000.000) / Rp 30.000.000 X 100%
- ROI = Rp 10.000.000 / Rp 30.000.000 X 100%
- ROI = 33,33 %.
Demikianlah penjelasan tentang Profitabilitas dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.