Pengertian Ilmu : Syarat, Ciri, Kelahiran dan Klasifikasinya

Pengertian Ilmu – Pada zaman canggih saat ini, manusia tidak bakal dapat menambah kesejahteraannya tanpa memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedemikian kompleksnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan keterikatannya dengan insan tidak dapat dicungkil dan mengakibatkan mau tidak mau insan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan tidak sedikit manfaat dan mempermudah pekerjaan dan kegiatan sehari-hari masyarakat. Kemajuan teknologi menghasilkan modernitas yang ditandai dengan perkembangan ekonomi, mobilitas sosial, perluasan atau ekspansi budaya.

Di mana melalui peradaban teknologi komunikasi pun makin modern dan murah. Terlepas dari manfaatnya untuk kehidupan manusia, ternyata masih tidak sedikit yang belum memahami pengertian tentang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Padahal mengetahui pengertiannya lebih dulu adalah langkah mula yang urgen untuk memahami peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih mendalam dan lebih baik.

Pengertian Ilmu

Kata Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris: science; dalam bahasa Arab: العِلْـمُ) mempunyai pengertian “usaha-usaha sadar guna menyelidiki, mengejar dan menambah pemahaman insan dari sekian banyak segi fakta dalam alam manusia”.

Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang berasaskan fakta dan telah dibentuk dengan baik. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), namun merangkumi sekumpulan pengetahuan menurut teori-teori yang disepakati dan bisa secara sistematik diuji dengan seperangkat cara yang dinyatakan dalam bidang ilmu tertentu.

Pengertian secara ilmiah yang sangat sering digunakan, ilmu ialah kumpulan pengetahuan sistematis yang adalah produk dari kegiatan penelitian dengan cara ilmiah.

Pengetahuan adalahakuisisi terendah yang didapatkan dari rangkaian empiris tanpa melalui pekerjaan penelitian yang lebih intensif.

Namun, pada dasarnya ilmu dan pengetahuan tersebut berbeda. Perbedaan tampak dari sifat sistematisnya dan teknik memperolehnya.

Dalam perkembangannya, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sementara dalam makna material dua-duanya mempunyai perbedaan.

Segi-segi ini dibatasi supaya dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu menyerahkan kepastian dengan memberi batas lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu didapatkan dari keterbatasannya.

Dengan kata beda “Ilmu” bertolak belakang dengan “ilmu pengetahuan”. Demikian pun “pengetahuan” yang bertolak belakang dengan “ilmu pengetahuan”.

Istilah “pengetahuan” paling luas maknanya. Oleh sebab itu, ekstra kata “ilmu” bisa mempersempitnya.

Ilmu pengetahuan ialah produk dari epistemologi, dengan kata beda ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, andai ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan dinyatakan sebagai suatu ilmu.

Ilmu pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus-menerus hingga menjelaskan gejala yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sampai-sampai dapat dicek atau dikaji secara kritis dengan destinasi untuk mengetahui hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sampai-sampai dapat pun memperoleh hasil yang logis.

Ilmu pengetahuan adalah usaha yang mempunyai sifat multidimensional, sampai-sampai dapat didefinisikan dalam sekian banyak cara dan tidak baku.

Ilmu Pengetahuan dalam makna lainnya ialah suatu sistem dari sekian banyak pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilaksanakan secara teliti dengan memakai suatu cara tertentu.

Jadi, ilmu ialah segala proses pekerjaan terhadap suatu suasana dengan teknik menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sampai-sampai menghasilkan pengetahuan baru untuk manusia tersebut sendiri.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Menurut Para Ahli

Selain definisi ilmu pengetahuan secara umum, masih Banyak pendapat dan pandangan para berpengalaman yang berbeda-beda dalam mendefinisikan apa tersebut ilmu pengetahuan. Diantaranya ialah sebagai berikut:

1. Mohammad Hatta

Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan atau studi yang tertata tentang kegiatan hukum umum, sebab dampak dalam suatu kumpulan masalah yang sifatnya sama baik disaksikan dari kedudukannya maupun hubungannya.

2. Dadang Ahmad S

Ilmu pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus sampai dapat menjelaskan gejala dan eksistensi alam tersebut sendiri.

3. Minto Rahayu

Ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan yang telah dibentuk secara sistematis dan berlaku umum.

4. Syahruddin Kasim

Ilmu pengetahuan yakni pancaran hasil metabolisme ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi gejala fitrawi melewati dimensi hati, akal, nafsu yang rasional empirik dan hakiki dalam menyatakan hasanah alam semesta demi guna menyempurnakan tanggung jawab kekhalifahan

5. Helmy A. Kotto

Ilmu pengetahuan merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus hingga menjelaskan gejala dan eksistensi alam tersebut sendiri.

6. Asle Montagu

Ilmu pengetahuan adalah sebagai pengetahuan yang dibentuk dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman, studi dan eksperimen yang telah dilaksanakan dipakai guna menilai esensi prinsip mengenai hak yang sedang dipelajari.

7. V. Afayanev

Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan insan tentang alam, masyarakat dan pikiran.

8. Mappadjantji Amien

Ilmu pengetahuan yaitu sesuatu yang bermula dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan semesta yang mempunyai paradigma, objek pengamatan, metode, dan media komunikasi menyusun sains baru dengan destinasi untuk mengetahui semesta guna memanfaatkannya dan mengejar diri untuk mencari potensi fitrawi untuk mengenal Allah.

9. Prof Sondang Siagian

Ilmu pengetahuan adalah suatu objek, ilmiah yang mempunyai sekelompok prinsipol, dalil, rumus, yang melewati percobaan yang sistematis dilaksanakan berulang kali sudah teruji kebenarannya, dalil-dalil, prinsip-prinsip dan rumus-rumus mana yang bisa diajarkan dan dipelajari.

10. Drs. S. Abu Bakar

Ilmu pengetahuan yakni suatu pendapat atau buah pikiran, yang mengisi persyaratan dalam ilmu pengetahuan terhadap sebuah bidang masalah tertentu.

Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan

Berdasarkan keterangan dari NS. Asmadi, syarat-syarat ilmu pengetahuan ialah sebagai berikut:

  1. Logis atau Masuk Akal, cocok dengan kaidah ilmu pengetahuan yang dinyatakan kebenarannya.
  2. Objektif, cocok menurut objek yang dikaji dan didukung dari kenyataan empiris.
  3. Metodik, didapatkan dari teknik tertentu dan tertata yang dirancang, dicermati dan terkontrol.
  4. Sistematik, dibentuk dalam satu sistem satu dengan saling sehubungan dan menyatakan sehingga satu kesatuan.
  5. Berlaku umum atau universal, berlaku guna siapapun dan dimanapun, dengan tata teknik dan variabel.
  6. eksperimentasi yang lama guna hasil yang sama.
  7. Kumulatif berkembang dan tentatif, ilmu pengetahuan selalu meningkat yang muncul sebagai ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan yang salah mesti diganti dengan yang benar dinamakan sifat tentatif.

Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan

Ciri-ciri ilmu pengetahuan ialah sebagai berikut:

  1. Empiris merupakan menurut proses pemantauan dan eksperimen untuk mendapat pengetahuan.
  2. Sistematis ialah berbagai data pengetahuan yang tersusun utuh dan menyeluruh dapat menjelaskan objek yang dikajinya.
  3. Objektif merupakan ilmu pengetahuan yang secara ideal bisa diterima oleh seluruh pihak dari prasangka perseorangan dan kesenangan pribadinya.
  4. Analitis ialah menguraikan permasalahan menjadi bagian-bagian mendetail sehingga dapat berjuang membeda-bedakan pokok permasalahan peranan dan bagiannya.
  5. Verifikatif ialah ilmu pengetahuan yang bisa dikaji kebenarannya.

Van Melsen (1985) menyampaikan ada delapan ciri yang menadai ilmu pengetahuan, yaitu:

  1. Ilmu pengetahuan secara metodis mesti menjangkau suatu borongan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam riset (metode) maupun mesti (susunan logis).
  2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena urusan tersebut erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan.
  3. Universalitas ilmu pengetahuan.
  4. Objektivitas, dengan kata lain setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka- prasangka subjektif.
  5. Ilmu pengetahuan mesti bisa diverifikasi oleh seluruh peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena tersebut ilmu pengetahuan mesti bisa dikomunikasikan.
  6. Progresivitas dengan kata lain suatu jawaban ilmiah baru mempunyai sifat ilmiah sungguh-sungguh, bila berisi pertanyaan-pertanyaan baru dan memunculkan problem-problem baru lagi.
  7. Kritis, dengan kata lain tidak terdapat teori yang definitif, masing-masing teori terbuka untuk suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
  8. Ilmu pengetahuan mesti dapat dipakai sebagai perwujudan kebertauan antara teori dengan praktis.

Kelahiran dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah dilangsungkan secara mendadak, tetapi terjadi secara bertahap. Oleh sebab untuk mengetahui sejarah pertumbuhan ilmu inginkan tidak inginkan harus mengerjakan pembagian atau klasifikasi 3 secara periodik, sebab setiap periode menampilkan karakteristik tertentu dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan.

Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu untuk peradaban Yunani. Oleh karena itu periodisasi pertumbuhan ilmu disini dibuka dari kemajuan Yunani dan diselesaikan pada zaman kontemporer.

1. Zaman Pra Yunani Kuno

Pada zaman ini ditandai oleh keterampilan :

  • Know how dalam kehidupan keseharian yang didasarkan pada pengalaman.
  • Pengetahuan yang menurut pengalaman tersebut diterima sebagai kenyataan dengan sikap receptive mind, penjelasan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
  • Kemampuan mengejar huruf dan sistem bilangan alam telah menampakkan pertumbuhan pemikiran insan ke tingkat abstraksi.
  • Kemampuan menulis, berhitung, merangkai kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
  • Kemampuan meramalkan sebuah peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. (Rizal Muntazir, 1996).

2. Zaman Yunani Kuno

Zaman Yunani Kuno di anggap sebagai zaman keemasan filsafat, sebab pada masa ini orang memiliki kemerdekaan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.

Yunani pada masa itu dirasakan sebagai gudang ilmu dan filsafat, sebab bangsa Yunani pada masa tersebut tidak lagi meyakini mitologi-mitologi.

Sikap berikut yang menjadi cikal akan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis berikut menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir familiar sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa tersebut antara beda Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, Aristoteles.

3. Zaman Abad Pertengahan

Zaman Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya semua teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini nyaris semua ialah para teolog, sehingga kegiatan ilmiah berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Semboyan yang berlaku untuk ilmu pada masa ini ialah Ancilla Theologia atau abdi agama.

4. Zaman Renaissance

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan pulang pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan saat kebudayaan Abad Pertengahan mulai pulang menjadi suatu kebudayaan modern.

Manusia hendak mencapai peradaban atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan canggih sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.

Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini ialah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal laksana Roger Bacon, Copernicus, Johannes Kepler, Galileo Galilei.

5. Zaman Modern ( 17 – 19 M)

Zaman canggih ditandai dengan sekian banyak penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman canggih sesungguhnya telah dirintis semenjak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, figur yang familiar sebagai bapak filsafat modern.

Rene Descartes pun seorang berpengalaman ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang 4 datar.

Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan guna hidup). J.J Thompson dengan temuannya elektron.

6. Zaman Kontemporer (abad 20 – dan seterusnya)

Fisikawan terkenal abad keduapuluh ialah Albert Einstein. Ia mengaku bahwa alam tersebut tak berhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi pun tak berubah kedudukan totalitasnya atau mempunyai sifat statis dari masa-masa ke waktu. Einstein percaya akan keabadian materi.

Ini berarti bahwa alam semesta itu mempunyai sifat kekal, atau dengan kata beda tidak mengakui adanya pembuatan alam. Disamping teori tentang fisika, teori alam semesta, dan lain-lain maka Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan sekian banyak teknologi canggih.

Macam-macam Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan bisa digolongkan 3 kelompok yaitu :

  1. Ilmu Alamiah (natural sciences) ialah ilmu yang mengkaji mengenai keteraturan-keteraturan dalam alam semesta dengan memakai metode ilmiah. Seperti : Ilmu fisika, kimia, biologi, dan lain-lain.
  2. Ilmu Sosial (social science) merupakan ilmu yang mengkaji mengenai keteraturan-ketetaturan dalam hubungan antar insan satu dengan insan yang lainnya. Seperti: Ilmu sosiologi, ekonomi, antropologi, dan lain-lain.
  3. Ilmu Budaya (Humanities) yaitu ilmu yang mengkaji mengenai masalah-masalah insan dan kebiasaan yang mempunyai sifat manusiawi. Seperti: Ilmu bahasa, agama, kesenian, dan lain-lain.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan menurut keterangan dari para berpengalaman diantaranya ialah dari filsuf Auguste Comte, Karl Raimund Popper, Thomas S Kuhn dan Habermas berbeda-beda.

1. Auguste Comte

Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan tersebut sendiri, yang mengindikasikan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang sangat umum bakal tampil terlebih dahulu.

Kemudian disusul dengan gejala-gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau perumahan dan semakin konkret. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan menurut keterangan dari Auguste Comte inilah ini :

  • Ilmu pasti (matematika)
  • Ilmu perbintangan (astronomi)
  • Ilmu alam (fisika)
  • Ilmu kimia
  • Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
  • Fisika sosial (sosiologi).

2. Karl Raimund Popper

Mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan insan dapat dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world), yakni dunia 1, 2, dan 3. Popper mengaku bahwa dunia 1 merupakan fakta fisis dunia, sedang dunia 2 ialah kejadian dan fakta psikis dalam diri manusia, dan dunia 3 yakni segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan insan dan hasil kerjasama antara dunia 1, dan dunia 2, serta semua bidang kebudayaan, seni, metafisik, agama, dan beda sebagainya.

Berdasarkan keterangan dari Popper dunia 3 itu melulu ada sekitar dihayati, yakni dalam karya dan riset ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, menyimak buku, dalam inspirasi yang sedang mengalir dalam diri semua seniman, dan peminat seni yang mengumpamakan adanya sebuah kerangka.

Sesudah penghayatan itu, semuanya langsung ‘mengendap’ dalam format fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni, dan beda sebagainya. Semua tersebut adalahbagian dari dunia 1.

Dalam pergaulan insan dengan saldo dunia 3 dalam dunia 1 itu, maka dunia 2 lah yang menciptakan manusia dapat membangkitkan pulang dan mengembangkan dunia 3 tersebut. 5 Berdasarkan keterangan dari Popper dunia 3 tersebut mempunyai kedudukannya sendiri.

Dunia 3 berdaulat, dengan kata lain tidak semata-mata begitu saja terbelenggu pada dunia 1, namun sekaligus tidak terikat pun pada subyek tertentu.

Maksudnya dunia 3 tidak terbelenggu pada dunia 2, yakni pada orang tertentu, pada sebuah lingkungan masyarakat maupun pada periode sejarah tertentu.

3. Thomas S. Kuhn

Berpendapat bahwa pertumbuhan atau peradaban ilmiah mempunyai sifat revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya.

Revolusi ilmiah tersebut kesatu-tama menyentuh distrik paradigma, yaitu teknik pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah konkret.

Berdasarkan keterangan dari Kuhn teknik kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat dicerminkan ke dalam tahap-tahap ini :

  • Tahap pertama, paradigma ini menuntun dan mengarahkan kegiatan ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Dalam etape ini semua ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing kegiatan ilmiahnya. Selama menjalankan kegiatan ilmiah tersebut para ilmuwan menjumpai sekian banyak fenomena yang tidak dapat dijelaskan dengan paradigma yang dipergunakan sebagai tuntunan atau arahan kegiatan ilmiahnya itu, ini disebut anomali. Anomali ialah suatu suasana yang menunjukkan adanya ketidakcocokan antara fakta (fenomena) dengan paradigma yang dipakai.
  • Tahap kedua, menumpuknya anomali memunculkan krisis keyakinan dari semua ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai dicek dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai terbit dari jalur ilmu normal. Tahap ketiga, semua ilmuwan dapat kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dengan memperluas dan mengembangkan sebuah paradigma tandingan yang dipandang dapat memecahkan masalah dan membimbing kegiatan ilmiah berikutnya. Proses pergantian dari paradigma lama ke paradigma baru berikut yang disebut revolusi ilmiah.

4. Jurgen Habermas

Pandangan Jurgen Habermas mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan paling bersangkutan dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses untuk realitas, dan destinasi ilmu pengetahuan tersebut sendiri.

Ignas Kleden mengindikasikan pandangan Habermas mengenai ada tiga pekerjaan utama yang langsung memprovokasi dan menilai format tindakan dan format pengetahuan manusia, yaitu:

  • Kerja. Kerja dituntun oleh kepentingan yang mempunyai sifat teknis.
  • Komunikasi. Interaksi dituntun oleh kepentingan yang mempunyai sifat praktis.
  • Kekuasaan. Kekuasaan dituntun oleh kepentingan yang mempunyai sifat emansipatoris.
  • Ketiga kepentingan ini memprovokasi pula proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yakni ilmu-ilmu empiris-analitis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik).

Demikianlah penjelasan tentang Ilmu dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :