Pengertian Agoraphobia : Gejala, Penyabab, Faktor dan Diagnosisnya

Pengertian Agoraphobia – Situasi atau tempat yang bisa menyebabkan fobia pada tiap orang berbeda-beda. Ada yang merasa takut di suatu kondisi atau situasi, seperti keramaian, ada juga yang merasa takut pada hal-hal yang lebih spesifik, seperti darah atau hewan tertentu.

Penderita agoraphobia akan merasa takut dan cemas berlebihan pada beberapa tempat dan kondisi, seperti tempat umum, ruangan tertutup, keramaian, dan kondisi yang membuatnya sulit mendapatkan pertolongan.

Biasanya, penderita agoraphobia membutuhkan kerabat atau teman untuk menemaninya ke tempat umum.

Pengertian Agoraphobia

Agoraphobia merupakan salah satu jenis gangguan cemas pada manusia, di mana penderitanya merasa ketakutan yang berlebih dan menghindari tempat atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan membuatnya malu, terjebak, atau tidak berdaya.

Situasi-situasi ini termasuk ketika transportasi massal digunakan dalam jumlah atau dalam antrian. Ruang terbuka seperti jembatan dan tempat parkir, serta ruang tertutup seperti toko dan bioskop juga menyebabkan kekhawatiran agorafobia.

Sebagian besar gangguan agorafobik ini terjadi setelah orang tersebut mengalami satu atau lebih serangan panik.

Jika terpaksa ke tempat umum, penderita agoraphobia merasa perlu untuk ditemani oleh orang yang mereka percayai, seperti anggota keluarga atau teman dekat, karena mereka tidak merasa aman.

Agoraphobia adalah rasa takut yang berlebihan terhadap suatu tempat atau keadaan di mana jalan keluar sulit dicapai atau pertolongan sulit didapat.

Dalam situasi seperti itu, serangan panik dapat terjadi. Sebagai aturan, menyerang anak muda dan dewasa terutama wanita. Agoraphobia seringkali dianggap sebagai rasa takut terhadap ruang terbuka. Namun, ini tidak selalu terjadi.

Agoraphobia menyebabkan seseorang menghindari tempat atau keadaan tertentu karena mereka malu, panik, merasa tidak berdaya dan terjebak dan merasa sulit untuk mendapatkan bantuan.

Gejala Agoraphobia

Gejala yang dirasakan penderita agoraphobia dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Gejala Fisik

Biasanya hanya muncul ketika penderita dalam situasi atau lingkungan yang memicu rasa cemas. Gejala fisik agoraphobia adalah detak jantung dan pernapasan cepat, perasaan panas dan keringat, tidak nyaman, nyeri dada, kesulitan menelan, diare, gemetar, pusing, tinnitus, dan pingsan.

2. Gejala Kognitif

Yaitu perasaan atau pikiran penderita yang dapat berhubungan dengan gejala fisiknya. Beberapa gejala kognitif agorafobia termasuk perasaan takut bahwa serangan panik akan mengancam jiwa dan membuatnya terlihat seperti orang idiot.

Dalam kasus serangan panik orang yang terkena memiliki perasaan bahwa ia tidak dapat melarikan diri dari situasi tersebut. Mereka yang terkena dampak juga takut kehilangan akal sehat dan kendali diri serta menjadi pusat perhatian sesama manusia.

3. Gejala Perilaku

Misalnya menghindari situasi yang rawan menimbulkan serangan panik, seperti berada di dalam transportasi umum, antrean, atau dalam keramaian.

Seperti dalam angkutan umum, dalam antrian atau dalam kerumunan. Korban juga menghindari keluar atau bisa meninggalkan rumah untuk waktu yang lama dan menuntut seseorang yang dia percayai menemaninya ke mana-mana.

Penyebab Agoraphobia

Penyebab pasti dari agoraphobia hingga kita belum diketahui secara pasti. Namun, diyakini terkait dengan riwayat gangguan panik, gangguan kecemasan yang disertai dengan panik dan situasi yang dapat memicu kecemasan berlebihan.

Gangguan panik itu sendiri mungkin terkait dengan riwayat keluarga dan adanya peristiwa traumatis atau stres terkait sebelumnya. Ada beberapa faktor yang diketahui meningkatkan risiko agorafobia, seperti:

  1. Fobia lain seperti claustrophobia dan fobia sosial
  2. Gangguan kecemasan lainnya seperti gangguan obsesif-kompulsif
  3. Riwayat pelecehan fisik dan seksual
  4. Masalah penyalahgunaan zat
  5. Sejarah keluarga.

Faktor Risiko Agoraphobia

Agoraphobia adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan atau kecemasan terhadap situasi atau tempat yang sulit untuk melarikan diri atau mendapatkan bantuan, jika terjadi serangan panik atau gejala yang memicu kecemasan.

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan agoraphobia. Perlu dicatat bahwa keberadaan faktor risiko ini tidak selalu menyebabkan agoraphobia, dan beberapa individu dengan agoraphobia mungkin tidak memiliki faktor risiko tertentu.

Faktor risiko agoraphobia melibatkan kombinasi faktor genetik, psikologis, dan lingkungan. Berikut adalah beberapa faktor risiko yang umumnya terkait dengan agoraphobia:

1. Sejarah Keluarga dan Genetik

  • Riwayat Keluarga: Jika ada riwayat gangguan kecemasan atau agoraphobia dalam keluarga, individu tersebut mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.
  • Faktor Genetik: Kecenderungan untuk mengembangkan gangguan kecemasan, termasuk agoraphobia, dapat memiliki dasar genetik. Jika ada anggota keluarga yang menderita gangguan kecemasan, risiko seseorang dapat meningkat.

2. Pengalaman Traumatik atau Stresor Berat

  • Trauma: Pengalaman trauma atau kejadian stresor berat, seperti kecelakaan, pelecehan, atau kejadian traumatis lainnya, dapat meningkatkan risiko agoraphobia.
  • Kondisi Lingkungan: Kondisi lingkungan yang tidak stabil atau pengalaman hidup yang sulit dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan gangguan kecemasan.

3. Riwayat Serangan Panik

  • Riwayat Serangan Panik: Individu yang pernah mengalami serangan panik mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan agoraphobia. Kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya serangan panik di tempat atau situasi tertentu dapat memicu atau memperkuat agoraphobia.

4. Faktor Psikologis

  • Kepribadian yang Cenderung Cemas: Individu dengan kepribadian yang cenderung cemas atau neurotik mungkin lebih rentan terhadap gangguan kecemasan, termasuk agoraphobia.
  • Kognisi yang Rentan: Cara individu menilai dan mengatasi stres atau situasi sulit dapat mempengaruhi risiko agoraphobia. Pola pikir yang rentan terhadap kecemasan dan ketakutan dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan ini.

5. Penyakit Kesehatan Terkait Kecemasan

  • Gangguan Kesehatan Mental Lain: Adanya gangguan kesehatan mental lain, seperti gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, atau depresi, dapat meningkatkan risiko agoraphobia.
  • Kesehatan Fisik: Beberapa kondisi medis tertentu atau masalah kesehatan fisik tertentu juga dapat berkontribusi pada pengembangan agoraphobia.

6. Kurangnya Dukungan Sosial

  • Isolasi Sosial: Kurangnya dukungan sosial atau isolasi sosial dapat memperburuk gejala agoraphobia dan meningkatkan risiko kekambuhan.

Penting untuk diingat bahwa agoraphobia bersifat kompleks, dan kombinasi berbagai faktor ini dapat berinteraksi untuk meningkatkan risiko.

Jika seseorang merasa mengalami gejala agoraphobia atau memiliki faktor risiko yang memprihatinkan, konsultasi dengan profesional kesehatan mental dapat membantu dalam diagnosis dan perencanaan perawatan yang sesuai.

Diagnosis Agorafobia

Diagnosis agorafobia biasanya dibuat oleh profesional kesehatan mental, seperti psikiater, psikolog, atau terapis. Proses diagnosis melibatkan evaluasi menyeluruh terhadap gejala, riwayat medis, dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kondisi seseorang. Berikut adalah langkah-langkah dan kriteria yang biasanya digunakan dalam proses diagnosis agorafobia:

1. Evaluasi Klinis

  • Wawancara Klinis: Profesional kesehatan mental akan melakukan wawancara dengan individu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang gejala yang dialami, lamanya gejala tersebut, dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari.
  • Riwayat Medis: Informasi mengenai riwayat medis, termasuk riwayat keluarga, penggunaan obat-obatan, dan riwayat kesehatan mental sebelumnya, akan dievaluasi.

2. Kriteria Diagnostik

  • Agorafobia umumnya didiagnosis berdasarkan kriteria yang tercantum dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” (DSM-5), yang digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk membuat diagnosis gangguan mental.
  • Kriteria untuk agorafobia mencakup kecemasan yang signifikan terhadap dua atau lebih situasi agorafobia, seperti menggunakan transportasi umum, berada di tempat umum atau kerumunan, berada di luar rumah sendirian, atau berada di dalam ruangan tertutup.
  • Kriteria juga mempertimbangkan kecemasan yang berkepanjangan dan menyebabkan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau fungsi sosial.

3. Pemeriksaan Fisik

  • Meskipun agorafobia adalah gangguan mental, pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab fisik dari gejala yang dialami, seperti masalah kesehatan fisik atau efek samping obat-obatan.

4. Penilaian Fungsi Sosial dan Pribadi

  • Profesional kesehatan mental akan mengevaluasi sejauh mana agorafobia mempengaruhi fungsi sosial, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari individu.

5. Pembeda dengan Gangguan Lain

  • Agorafobia perlu dibedakan dari gangguan mental lain, seperti gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, atau gangguan obsesif-kompulsif. Pemahaman yang mendalam tentang gejala dan konteks individu sangat penting untuk diagnosis yang akurat.

6. Kerja Sama Tim

  • Dalam beberapa kasus, diagnosa dapat melibatkan kerja sama tim, termasuk melibatkan dokter umum, spesialis kesehatan mental, atau profesional lainnya untuk menyediakan perawatan yang holistik.

7. Pemantauan dan Evaluasi Lanjutan

  • Diagnosis agorafobia perlu diperbarui secara berkala, terutama saat individu menjalani perawatan. Pemantauan dan evaluasi lanjutan akan membantu memastikan efektivitas perawatan dan memodifikasi pendekatan perawatan jika diperlukan.

Setelah diagnosis dibuat, profesional kesehatan mental dapat merencanakan perawatan yang sesuai, termasuk pendekatan terapi kognitif perilaku, obat-obatan, atau kombinasi keduanya.

Penting bagi individu yang mengalami gejala agorafobia untuk mencari bantuan profesional agar dapat memahami kondisinya dan mendapatkan perawatan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Cara Mengatasi Agoraphobia

Pemberian obat dan psikoterapi merupakan langkah penanganan agoraphobia. Umumnya, dokter memberikan antidepresan atau obat-obatan untuk mengatasi kecemasan.

Obat antidepresan yang diberikan dokter untuk kondisi ini biasanya mengandung hormon serotonin untuk merangsang perasaan bahagia dan mood positif.

Di antara antidepresan lain seperti sertraline dan fluoxetine. Obat untuk mengatasi gangguan kecemasan seperti benzodiazepine adalah obat penenang yang hanya digunakan sementara untuk mengurangi gejala.

Konsumsi kedua jenis obat tersebut dapat menimbulkan efek samping, berupa sensasi fisik yang tidak nyaman atau bahkan gejala serangan panik lainnya.

Karena itu, pastikan bahwa Anda hanya mengkonsumsi ini jika direkomendasikan oleh dokter dan jangan ragu untuk menghubungi dokter Anda segera jika Anda memperhatikan ini setelah minum obat.

Penanganan lainnya ialah psikoterapi yang dilakukan oleh seorang psikiater untuk membantu pemulihan pasien dengan agorafobia.

Psikoterapi bertujuan untuk mempelajari keterampilan dasar yang diperlukan untuk mengelola gejala kecemasan.

Salah satu terapi yang dilakukan ialah terapi perilaku kognitif yang mengajarkan agorafobia tentang pola pikir dan situasi pemahaman yang dapat memicu kecemasan dan panik, sehingga mereka dapat menyadarinya dan menghindarinya atau mengurangi gejala yang terjadi. Terapi perilaku kognitif membutuhkan sekitar 10-20 kali sesi pertemuan.

Beberapa hal yang akan Anda pelajari dari terapi kognitif untuk membantu mengatasi agoraphobia adalah :

  1. Menguasai teknik untuk mengatasi stres dan relaksasi
  2. Bayangkan penyebab kecemasan, dari yang ringan sampai yang paling mengerikan. Teknik ini disebut sebagai desensitisasi sistemik dan terapi paparan
  3. Memahami dan mengendalikan gangguan stres dan peristiwa stres.

Selain itu, sejumlah tips bisa dilakukan untuk mengatasi agoraphobia adalah melalui perubahan pola hidup. Lakukan olahraga secara teratur yang akan menjadi hobi Anda untuk menghilangkan stres dan meningkatkan mood positif.

Begitu juga saat mengonsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah-buahan. Yang tidak kalah penting adalah istirahat yang tepat, perbaikan dalam pola pikir dan juga dukungan moral anggota keluarga dan kerabat terdekat.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kamu mengalami keluhan yang sesuai dengan gejala agoraphobia, seperti: panik atau gelisah karena kecemasan berlebihan dalam situasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, segera hubungi dokter Anda.

Demikianlah penjelasan tentang Agoraphobia dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :