Studi Kasus Cedera Pergelangan Tangan pada Atlet Tenis dan Penanganannya

Pukulan Terlarang: Mengurai Cedera Pergelangan Tangan Atlet Tenis dan Jalur Pemulihannya

Pergelangan tangan, bagi seorang atlet tenis, adalah pusat kekuatan dan presisi. Namun, intensitas gerakan berulang, torsi ekstrem, dan beban kejut menjadikannya area rentan cedera. Studi kasus ini menyoroti perjalanan seorang atlet tenis profesional dalam menghadapi cedera pergelangan tangan dan proses penanganannya.

Kasus: Ketika Forehand Menjadi Sakit

Seorang atlet tenis muda berperingkat nasional, sebut saja Rio, mulai merasakan nyeri tajam pada pergelangan tangan dominannya saat melakukan pukulan forehand dan backhand topspin. Awalnya diabaikan sebagai kelelahan otot, nyeri tersebut kian memburuk hingga membatasi gerakannya, bahkan saat tidak bermain. Rasa nyeri terkonsentrasi di sisi ulnaris (sisi kelingking) pergelangan tangan, disertai sensasi "klik" dan kelemahan saat menggenggam raket.

Diagnosis: Mengungkap Akar Masalah

Rio segera berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi olahraga. Melalui pemeriksaan fisik yang cermat, tes provokasi gerakan, dan pencitraan lanjutan (MRI), didiagnosis bahwa Rio mengalami cedera Kompleks Fibrokartilago Triangular (TFCC) parsial dan tenosinovitis ekensor karpi ulnaris (ECU). TFCC adalah struktur kompleks yang menstabilkan pergelangan tangan dan sering cedera akibat gerakan rotasi dan beban aksial berulang, sangat umum pada tenis. Tenosinovitis ECU adalah peradangan pada selubung tendon yang membungkus otot ECU, yang juga sangat aktif dalam gerakan pergelangan tangan tenis.

Penanganan: Dari Istirahat Hingga Penguatan

Penanganan Rio dilakukan secara bertahap dan komprehensif:

  1. Fase Akut (Konservatif): Rio diinstruksikan untuk mengistirahatkan total pergelangan tangannya menggunakan brace khusus. Pemberian obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dan terapi es untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
  2. Fisioterapi Awal: Setelah nyeri akut mereda, fisioterapi dimulai dengan fokus pada pemulihan rentang gerak pasif dan aktif tanpa beban. Latihan lembut untuk mengurangi kekakuan dan meningkatkan sirkulasi.
  3. Penguatan Progresif: Secara bertahap, program penguatan otot-otot pergelangan tangan dan lengan bawah dimulai, dimulai dari isometrik, lalu menggunakan beban ringan. Fokus pada stabilitas dinamis dan kontrol neuromuskular.
  4. Rehabilitasi Spesifik Tenis: Latihan fungsional meniru gerakan tenis tanpa bola, lalu dengan bola secara bertahap (mini-tenis, servis ringan). Pentingnya modifikasi teknik pukulan dengan bantuan pelatih untuk mengurangi stres pada pergelangan tangan yang cedera.
  5. Injeksi: Dalam kasus Rio, karena nyeri persisten, injeksi kortikosteroid lokal dipertimbangkan untuk meredakan peradangan di sekitar tendon ECU. Operasi adalah opsi terakhir jika terapi konservatif gagal total, terutama untuk TFCC yang signifikan.

Kembali ke Lapangan dan Pencegahan

Proses pemulihan Rio memakan waktu beberapa bulan, dengan pengawasan ketat. Kembali ke lapangan dilakukan bertahap, dimulai dari latihan ringan hingga intensitas penuh, memastikan tidak ada nyeri berulang.

Studi kasus Rio menggarisbawahi pentingnya:

  • Deteksi Dini: Jangan abaikan nyeri persisten.
  • Diagnosis Akurat: Memastikan jenis cedera untuk penanganan yang tepat.
  • Pendekatan Multidisiplin: Kolaborasi dokter, fisioterapis, dan pelatih.
  • Program Rehabilitasi Komprehensif: Kesabaran dan kepatuhan adalah kunci pemulihan total.
  • Pencegahan: Pemanasan memadai, teknik yang benar, penggunaan raket yang sesuai, dan penguatan otot-otot inti serta lengan bawah adalah langkah preventif terbaik untuk menjaga pergelangan tangan atlet tenis tetap prima.
Exit mobile version