Pengertian Hiperpireksia – Hiperpireksia merupakan penyakit yang ditandai oleh perubahan suhu tubuh normal. Kenaikan suhu ini dapat diperkirakan saat suhu tubuh melebihi 36-37 derajat Celcius atau sekitar 98-100 derajat Fahrenheit. Ini adalah prediksi medis yang perlu dipertimbangkan.
Ketika demam terjadi, seseorang merasakan kedinginan karena dinginnya sistem kekebalan yang mencoba melindungi mereka dari infeksi. Jika kenaikan suhu terlalu tinggi, ini menyebabkan masalah serius dan bahkan mengalami komplikasi.
Pengertian Hiperpireksia
Hiperpireksia merupakan penyakit demam, tetapi istilah ini sering digunakan untuk kondisi demam yang sangat tinggi yang mencapai lebih dari 41,1 derajat Celcius.
Kondisi ini dapat terjadi pada seseorang yang mengalami demam tinggi dengan berbagai penyebab. Kondisi ini dapat dianggap darurat dan merupakan salah satu tanda demam berbahaya pada anak yang membutuhkan perawatan medis.
Mungkin istilah demam sering dialami oleh kita manusia. Tidak demikian dengan istilah hyperthermia atau hyperpireksia. Faktanya, untuk beberapa alasan, demam, hipertermia, dan hiperpirasi keduanya menunjukkan gejala peningkatan suhu tubuh.
Agar suhu tubuhnya harus diturunkan, ia bisa kembali normal. Di bawah ini adalah beberapa penjelasan tentang keadaan hiperpirasi yang perlu diketahui.
Hiperpireksia ialah peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh normal adalah antara 36,5 dan 37 derajat Celcius. Demam dapat disebabkan oleh respons tubuh terhadap kuman atau infeksi. Demam juga bisa disebabkan oleh kekurangan cairan tubuh.
Penyebab Hiperpireksia
Pada orang yang mengalami penyakit Hiperpireksia, otak akan memerintahkan suhu tubuh bagian kanan dalam untuk naik. Biasanya penyebabnya adalah infeksi, tetapi ada juga kasus Hiperpireksia yang tidak disebabkan oleh infeksi.
Tubuh kemudian merespons perintah otak untuk menaikkan suhu tubuh. Berikut adalah beberapa penyebab umum Hiperpireksia:
1. Infeksi
Infeksi bekerja menyerang tubuh manusia, demam yang sangat tinggi dapat terjadi. Beberapa jenis infeksi demam disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri seperti Roseola, Rubeola, Enterovirus dan Malaria.
2. Pendarahan Intrakranial
Selain infeksi, hiperpirasi juga dapat disebabkan oleh Intrakranial atau pendarahan di otak yang secara medis disebut pendarahan intrakranial. Pendarahan ini dapat terjadi karena trauma, stroke, atau kecelakaan yang mempengaruhi fungsi area otak untuk mengatur suhu tubuh.
3. Sepsis
Sepsis adalah reaksi terhadap infeksi atau peradangan yang terjadi dalam tubuh dan dapat mengancam jiwa. Sepsis ini dapat menyebabkan kerusakan atau kelainan organ, sehingga kemungkinan terjadinya hiperpireksia. Namun, kasus ini jarang terjadi.
4. Anestesi
Anestesi atau pembiusan dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan suhu tubuh di atas normal, terutama jika Anda memiliki kelainan otot.
5. Sindrom Kawasaki
Sindrom Kawasaki atau Kawasaki fever adalah penyakit yang menyebabkan peradangan anak-anak di arteri. Sehingga sindrom ini dapat menyebabkan demam tinggi, bahkan Hiperpireksia jika tidak segera diobati atau diatasi.
Gejala Hiperpireksia
Gejala Hiperpireksia bervariasi dan beragam antara pasien satu dengan pasien lainnya. Namun, beberapa gejala awal yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut:
- Peningkatan suhu tubuh
- Pusing atau sakit kepala
- Berkeringat sangat ekstrem
- Kram otot
- Mual
- Kelelahan
- Sakit kepala meningkat
- Muntah
- Sakit perut
- Kulit menjadi pucat, dingin dan lembab
- Kebingungan atau penurunan konsentrasi
- Penurunan buang air kecil (bahkan urin) tidak keluar
- Meningkatkan kebingungan ekstrim
- Kejang-kejang
- Pupil melebar
- Kesadaran hilang
- Merasa hangat, kering, dan kulit memerah
- Koneksi cepat dari denyut nadi
- Bernapas menjadi cepat.
Pengobatan Hiperpireksia
Hiperpireksia terjadi karena beberapa alasan, penyebab kenaikan suhu itu sendiri dapat diatasi. Dalam kasus infeksi, perawatan harus dilakukan untuk mengatasi infeksi.
Sedangkan untuk pendarahan, perawatan perlu dilakukan untuk mengobati perdarahan dan sebagainya. Jika penyebabnya bisa diatasi, suhu tubuh bisa diturunkan.
Tetapi ada juga kasus-kasus hiperpireksia yang memerlukan perawatan langsung, seperti melakukan:
- Mandi air dingin
- Hidrasi cair
- Mengkonsumsi obat panas tubuh.
Hal-hal di atas perlu dilakukan berdasarkan kondisi masing-masing pasien. Jika dirawat dengan tidak tepat, hiperpirasi dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, bahkan kematian.
Namun, perawatan dan pengobatan yang tepat dapat dengan aman menurunkan suhu tubuh. Oleh karena itu, perawatan dan pengobatan harus benar-benar dilakukan oleh tim medis yang ahlinya.
Jenis-jenis Hiperpireksia
Demam melampaui kenaikan suhu tubuh. Karena ada berbagai karakteristik demam yang bisa menjadi pertanda kondisi tertentu dalam tubuh. Berikut jenis-jenis nya:
1. Hiperpireksia Persisten
Sebagian besar hiperpireksia hilang dengan sendirinya setelah 1-3 hari, namun hiperpireksia persisten dapat bertahan atau terjadi hingga 14 hari.
Jenis hiperpireksia ini umumnya stabil pada suhu 38 hingga 38,5 derajat Celcius. Biasanya, hiperpireksia persisten disebabkan oleh infeksi kronis seperti TBC paru atau bronkitis.
2. Hiperpireksia Continous
Jenis hiperpireksia ini biasanya terjadi selama 1 hingga 24 jam. Suhu pasien tetap di atas batas normal selama sehari atau lebih, tetapi suhu tidak berubah terlalu drastis. Dr. Nabila mengatakan pemicunya bisa karena alergi, flu, atau batuk.
3. Hiperpireksia Intermiten
Hiperpireksia jenis ini, suhu tiba-tiba naik dan kemudian kembali ke suhu normal. Jenis hiperpireksia ini dapat terjadi pada orang dengan malaria, kala azar, piemia atau sepsis.
4. Hiperpireksia Remiten
Berbeda dengan hiperpireksia intermiten, hiperpireksia remiten adalah hiperpireksia yang tidak dapat lagi kembali ke suhu normal.
Suhu tetap di atas normal pada siang hari dan berfluktuasi lebih dari 1 derajat Celcius dalam 24 jam. Jenis hiperpireksia ini dapat terjadi dengan penyakit seperti endokarditis dan brucellosis.
5. Hiperpireksia Pel-Ebstein
Hiperpireksia ini secara khusus terkait dengan limfoma Hodgkin. Karakteristik hiperpireksia ini adalah hiperpireksia tiba-tiba naik, tetap tinggi selama seminggu, lalu tiba-tiba turun secara normal dan berlanjut pada minggu berikutnya. Pola ini bisa diulang.
Namun, hiperpireksia jenis ini masih diperdebatkan mengenai pola karakteristiknya. Karena dalam beberapa kasus pola demam Pel-Ebstein selalu berbeda.
6. Hiperpireksia
Hiperpireksia dengan suhu tubuh di atas 41,1 derajat Celcius. Gejala yang menyertai biasanya meningkat atau detak jantung tidak teratur, kram, pernapasan cepat, kejang, kebingungan atau perubahan status mental, kehilangan kesadaran dan koma.
Penyebabnya bisa beragam, mulai dari infeksi, keracunan hingga penyakit seperti tumor atau tumor. Hyperpyreksia dianggap darurat medis. Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan organ dan kematian.
Diagnosis Hiperpireksia
Hiperpireksia didiagnosis dengan mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer akurat untuk demam.
Karena hiperpirasi itu sendiri bukan penyakit, tetapi hanya gejala dari penyakit atau kondisi tertentu, dokter akan mencari tahu penyebab demam tinggi itu sendiri. Hanya dengan demikian tahap pengobatan dan pengobatan yang tepat akan ditentukan.
Dokter dapat melakukan tes darah dan pencitraan untuk mengetahui apakah ada kemungkinan infeksi atau perdarahan di otak. Tergantung pada kondisi masing-masing pasien, tes lanjutan lainnya juga dapat dilakukan.
Suhu Tubuh Normal
Pada orang dewasa yang sehat, suhu normal dapat ditemukan di empat bagian tubuh: rektum atau anus / rektum, mulut (oral), telinga (otik) atau ketiak (aksila).
Kisaran suhu dubur normal adalah 34,4 hingga 37,8 ° C, sedangkan suhu oral normal adalah 33,2 hingga 38,2 ° C. Di sisi lain, suhu telinga normal adalah 35,4-37,8 ° C dan suhu ketiak normal adalah 35,5-37,0 ° C.
Namun, penting untuk dicatat bahwa suhu tubuh normal tergantung pada faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, usia, tingkat aktivitas dan faktor lainnya.
Suhu tinggi tidak selalu berarti demam. Misalnya, ketika seseorang berolahraga, suhu tubuh cenderung meningkat, tetapi masih dianggap normal.
Namun, pada beberapa orang, kisaran suhu normal sudah bisa dianggap demam. Oleh karena itu penting untuk mencatat suhu dasar seseorang sebelum menyebutnya demam.
Demikianlah penjelasan tentang Hiperpireksia dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.
Baca juga artikel lainnya :
- Pengertian CSS : Fungsi, Macam, Keuntungan dan Cara Kerjanya
- Pengertian Cerita Fantasi : Unsur, Struktur dan Jenisnya
- Pengertian Budidaya : Tujuan, Manfaat dan Contohnya
- Pengertian Basis Data : Komponen, Tujuan dan Tahapannya
- Pengertian Gemfibrozil : Efek, Manfaat, Interaksi dan Caranya
- Pengertian Gelombang Laut : Manfaat, Penyebab dan Prosesnya