Pengertian Curah Hujan – Curah hujan yang turun ke bumi tidak lepas dari suatu proses alami berkelanjutan, yaitu siklus hidrologi.
Siklus hidrologi yang juga dikenal dengan siklus air, adalah proses yang diawali oleh menguapnya air ke atmosfer. Kemudian air dalam bentuk gas akan membentuk awan.
Selanjutnya, air dalam bentuk awan akan kembali turun ke bumi. Air yang turun ke bumi ini dikenal sebagai hujan, baik berbentuk hujan air, hujan salju atau hujan es.
Sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki musim kemarau dan penghujan yang dikatakan seimbang.
Adanya dua jenis musim ini memberi pengaruh terhadap kelangsungan hidup berbagai makhluk hidup di Indonesia.
Oleh sebab itu, pentingnya mengerti dan memahami kondisi curah hujan setiap musim sangat diperlukan agar kegiatan berjalan lancar, khususnya dalam bidang pangan.
Pengertian Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh dalam periode waktu tertentu, yang diukur dengan satuan ketinggian di atas permukaan lantai horisontal, yang diyakini bebas dari infiltrasi, limpasan, atau penguapan.
Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat diartikan jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Curah hujan adalah jumlah air yang dikumpulkan pada permukaan yang rata selama periode waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan).
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama periode waktu tertentu, diukur dalam milimeter (mm) tingginya di atas permukaan horizontal.
Curah hujan juga dapat diartikan sebagai tingkat air hujan yang dikumpulkan di lokasi yang dangkal, tidak menguap, tidak menyerap dan tidak mengalir.
Pengertian curah hujan dapat juga dikatakan sebagai air hujan yang memiliki ketinggian tertentu, yang dikumpulkan dalam alat pengukur hujan, tidak tenggelam, tidak mengalir dan tidak menyerap (tidak ada kerugian).
Ketinggian air yang jatuh biasanya dinyatakan dalam milimeter. Hujan dalam 1 (satu) milimeter berarti di atas area seluas satu meter persegi yang tempat dangkal dapat menampung air hujan hingga satu milimeter atau satu liter tingginya.
Faktor Jumlah Curah Hujan
Perbedaan curah hujan di satu tempat dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Faktor-faktor yang mengendap meliputi topografi suatu daerah, kemiringan lereng, arah angin dan pergerakan angin. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Topografi Suatu Wilayah
Topografi adalah penampilan alam di suatu tempat. Topografi disesuaikan dengan kondisi permukaan bumi.
Wilayah dengan fitur topografi yang berbeda ditandai oleh fungsi pada peta dengan kontur untuk peta topografi dan warna berbeda untuk peta umum.
Hubungan antara topografi suatu daerah dengan jumlah curah hujan adalah yang tertinggi di suatu wilayah, iklim yang terjadi di wilayah tersebut akan lebih dingin. Iklim yang sejuk sering membawa hujan.
2. Tingkat Kecuraman Lereng
Ketinggian kecuraman mempengaruhi presipitasi. Ini karena indikator hujan mengukur air berdasarkan air yang jatuh sebagai indikator kepadatan hujan. Di lereng curam, lebih banyak air jatuh sehingga presipitasi bisa mengalir lebih kuat.
3. Arah Angin
Arah angin menentukan tingkat hujan. Arah angin adalah hembusan angin. Curah hujan di suatu daerah disebabkan oleh angin dari segala arah. Hembusan angin berkontribusi pada curah hujan.
4. Perjalanan Angin
Perjalanan angin yang dimaksud berbeda dengan arah angin. Arah angin adalah hembusan angin. Sementara perjalanan angin adalah kedatangan angin dari tempat X ke tempat Y, perjalanan angin menjadi faktor penting bagi intensitas curah hujan, karena perjalanan angin membawa awan yang mengandung massa air.
Pengukuran Curah Hujan
Curah hujan diukur menggunakan alat yang bernama rain gauge. Pengukur hujan adalah wadah berbentuk corong. Pengukuran curah hujan dengan alat pengukur hujan dilakukan pada skala 1000 meter.
Hujan yang akan dihitung dibagi menjadi 3 klasifikasi. Di bawah itu adalah jumlah curah hujan harian yang diukur dalam 24 jam dalam satu hari.
Jadi jumlah curah hujan bulanan diukur selama 30 hari dalam 1 bulan. Yang terakhir adalah curah hujan tahunan, yang diukur selama 12 bulan dalam satu tahun.
Alat Ukur Curah Hujan
Ombrometer dalah alat pengukur curah hujan yang umumnya dinamakan penakar hujan. Alat ini dipasang di luar ruangan sehingga air hujan diterima langsung dari alat ini.
Unit yang digunakan adalah milimeter (mm) dan keakuratan bacaan hingga 0,1 mm. Pembacaan dilakukan sekali sehari pada pukul 07:00. Alat pengukur hujan ini juga merupakan versi manual.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 milimeter berarti bahwa hingga satu milimeter atau hingga satu liter air dapat disimpan pada area seluas satu meter persegi di area datar.
Curah hujan didasarkan pada curah hujan termasuk curah hujan rendah antara 0 dan 21 mm per hari, curah hujan sedang antara 21 dan 50 mm per hari dan curah hujan intensif di atas 50 mm per hari.
Ombrometer ditemukan pertama kali oleh Menlo Park. Nama Menlo Park adalah julukan nama Thomas Alva Edison (lahir 11 Februari 1847 – meninggal 18 Oktober 1931 pada umur 84 tahun) adalah penemu dan pengusaha yang mengembangkan banyak peralatan penting.
Pengukur hujan (ombrometer) dalam standar Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer.
Ini dinyatakan sebagai kedalaman air yang dikumpulkan pada permukaan datar dan sekitar 0,25 mm. Unit air hujan SI adalah milimeter yang merupakan kependekan dari liter per meter persegi.
Proses Terjadinya Hujan
Proses pembentukan hujan termasuk dalam siklus air, di mana air adalah bahan utama yang mengalami siklus.
Sedangkan suhu, sinar matahari dan angin adalah elemen yang mempengaruhi curah hujan. Hujan datang melalui proses yang tidak mudah. Berikut ini adalah proses dari hujan.
1. Proses Penguapan (Evapotranspirasi)
Matahari adalah sumber energi terbesar yang terus menerus menerangi bumi. Efek dari energi matahari yang luar biasa adalah awal dari munculnya hujan di permukaan bumi. Panas yang dihasilkan oleh sinar matahari menguapkan semua benda yang mengandung air di udara.
Penguapan dapat berasal dari air (laut, danau, sungai dan lainnya), tanah dan makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan. Proses mengubah bentuk dari cair menjadi gas disebut sebagai proses penguapan.
2. Pembentukan Awan
Uap air yang dihasilkan oleh proses penguapan terus meningkat ke tingkat tertentu di atmosfer dan mengembun. Kondensasi adalah perubahan bentuk dari uap menjadi cair.
Udara terkondensasi membentuk tetesan air dalam dimensi tertentu. Kejadian kondensasi ini terjadi ketika suhu di sekitar uap air lebih rendah dari titik embun uap air.
Temperatur yang rendah menyebabkan kelembaban menjadi embun. Embun terjadi karena udara mendingin dan udara tidak dapat menyerap semua uap air. Karena itu, uap air menjadi embun.
3. Perjalanan Awan
Ketika angin bertiup, awan bergerak ke lokasi lain. Kemudian awan berkumpul dan membentuk awan yang lebih besar.
Awan yang terkumpul bergerak ke tempat yang lebih dingin dan menjenuhkan air yang terkandung. Hasilnya, warnanya menjadi semakin kelabu.
4. Hujan Turun
Awan yang jenuh membuat titik-titik air semakin berat. Akibatnya titik-titik air tidak bisa lagi dihentikan dan tetesan air jatuh di permukaan bumi, yang biasa disebut hujan.
Demikianlah penjelasan tentang Curah Hujan dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.