Bagaimana Media Massa Mempengaruhi Persepsi Politik Publik

Narasi Kekuatan: Bagaimana Media Massa Membentuk Persepsi Politik Publik

Media massa, dalam segala bentuknya—televisi, radio, surat kabar, hingga platform daring—bukan sekadar penyampai informasi. Lebih dari itu, ia adalah arsitek tak terlihat yang secara fundamental membentuk dan memengaruhi bagaimana publik memahami serta menanggapi lanskap politik. Kekuatannya terletak pada kemampuannya mengontrol narasi.

Salah satu fungsi utamanya adalah agenda-setting, yaitu menentukan isu-isu apa yang dianggap penting dan layak diperbincangkan publik. Dengan menyoroti topik tertentu secara berulang, media dapat membuat isu tersebut terasa mendesak dan relevan, memaksa publik untuk memperhatikannya, bahkan jika sebelumnya tidak.

Selain itu, framing atau pembingkaian isu adalah alat ampuh lainnya. Media tidak hanya melaporkan "apa" yang terjadi, tetapi juga "bagaimana" cerita itu disajikan. Sudut pandang, pilihan kata, gambar, dan sumber yang digunakan dapat mengarahkan interpretasi publik terhadap seorang politisi, kebijakan, atau peristiwa. Misalnya, kebijakan yang sama bisa dibingkai sebagai "penyelamat ekonomi" atau "beban rakyat" tergantung perspektif media.

Konsep gatekeeping juga krusial. Media memilih informasi apa yang akan dipublikasikan dan mana yang tidak. Keputusan ini, yang seringkali dipengaruhi oleh bias editorial, tekanan komersial, atau afiliasi politik, secara langsung membatasi cakupan informasi yang diterima publik, membentuk pandangan mereka tentang apa yang penting dan benar.

Dampaknya sangat signifikan. Persepsi publik terhadap kandidat politik, kredibilitas partai, keberhasilan atau kegagalan kebijakan pemerintah, bahkan arah ideologi bangsa, dapat sangat dipengaruhi oleh representasi media. Media bisa memperkuat polarisasi dengan hanya menyoroti pandangan ekstrem, atau sebaliknya, mendorong dialog konstruktif.

Oleh karena itu, peran media massa dalam politik adalah dwifungsi: sebagai pilar demokrasi yang menginformasikan dan mengawasi, sekaligus sebagai kekuatan yang mampu membentuk realitas politik dalam benak publik. Memahami dinamika ini adalah kunci bagi publik untuk menjadi konsumen berita yang cerdas dan kritis.

Exit mobile version