Bayang-Bayang Kekuasaan: Fenomena Preman Terminal
Terminal, sebagai gerbang utama mobilitas kota, seringkali diwarnai oleh kehadiran sosok "preman terminal". Mereka adalah individu atau kelompok yang membangun kekuasaan informal di area tersebut, seringkali melalui intimidasi, pungutan liar, dan kendali atas berbagai aktivitas di dalam maupun sekitar terminal.
Peran mereka beragam, mulai dari "mengamankan" lapak pedagang, mengendalikan arus calo tiket, hingga meminta "uang keamanan" dari sopir dan penumpang. Modus operandi umumnya melibatkan pemanfaatan celah hukum, lemahnya pengawasan, serta ikatan sosial-ekonomi yang kompleks di lingkungan terminal. Kehadiran mereka menciptakan rasa tidak aman bagi pengguna jasa terminal, meningkatkan biaya perjalanan akibat pungutan tak resmi, dan merusak citra transportasi publik.
Fenomena ini berakar pada berbagai faktor: kemiskinan dan kurangnya lapangan kerja formal yang mendorong individu mencari nafkah di sektor informal, lemahnya penegakan hukum, serta struktur sosial yang memungkinkan terbentuknya "otoritas" alternatif.
Preman terminal bukan hanya sekadar masalah kriminalitas jalanan, melainkan cerminan dari kompleksitas sosial dan ekonomi di perkotaan. Pemberantasan mereka membutuhkan pendekatan holistik: penegakan hukum yang tegas, perbaikan tata kelola terminal yang transparan, hingga program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat rentan agar tidak terjebak dalam lingkaran kekuasaan informal tersebut.