Pengertian Teks Ulasan – Sebagai manusia akademik, kita pasti harus menyimak karya-karya ilmiah, antara lain buku. Pada saat kita menyimak buku, anda harus mencerna buku itu dengan seksama supaya kita dapat mengetahui isinya.
Di pihak lain, kita butuh mengomunikasikan pemahaman kita tersebut dalam berbagai format untuk kebutuhan presentasi atau menulis, seperti proposal penelitian, laporan penelitian, tulisan ilmiah, tugas akhir, atau skripsi.
Oleh sebab itu, mahasiswa membutuhkan kemampuan mengulas buku. Untuk lebih jelasnya mari simak artikelnya dibawah ini.
Pengertian Teks Ulasan
Teks ulasan atau review text merupakan teks yang mengandung tinjauan dan evaluasi suatu karya berupa film, buku, karya sastra, dan beda sebagainya. Teks pembahasan dibuat supaya pembaca mendapat informasi yang menyeluruh tentang suatu karya, baik keunggulan maupun kekurangannya.
Dengan review, pembaca bisa mempertimbangkan apakah karya yang dijabarkan layak guna dinikmati atau tidak. Membuat teks pembahasan bukanlah urusan yang mudah. Penulis dituntut guna kritis sampai-sampai hasil ulasan itu nantinya dapat menyerahkan kontribusi yang baik untuk peradaban suatu karya.
Jenis-jenis Teks Ulasan
Jenis teks ulasan dapat disaksikan menurut isinya. Berikut sejumlah jenis teks ulasan:
1. Teks Ulasan Informatif
Teks ulasan ini memiliki cerminan singkat, padat, dan umum suatu karya. Ulasan jenis ini tidak mengucapkan isi karya secara keseluruhan, melainkan melulu menyampaikan unsur yang urgen saja serta lebih menekankan keunggulan atau kelemahan karya tersebut.
2. Teks Ulasan Deskriptif
Teks ulasan jenis ini berisi cerminan detail tiap unsur karya. Teks pembahasan ini sering dilaksanakan pada karya rekaan untuk mendapat cerminan jelas mengenai manfaat, pentingnya informasi, serta kekuatan argumentatif yang dituangkan pengarang pada suatu karya.
3. Teks Ulasan Kritis
Kemudian jenis teks ulasan ini mengandung ulasan sebuah karya yang terperinci dan mengacu pada cara atau pendekatan ilmu pengetahuan tertentu. Biasanya teks pembahasan ini ditulis secara objektif dan kritis, serta tidak berdasar pandangan subyektif dari pengarang ulasan.
Baca juga: Pengertian Studi Kasus
Kaidah Kebahasaan Teks Ulasan
Seperti teks lainnya, teks ulasan juga memiliki sejumlah kaidah kebahasaan yang khas. Berikut kaidah kebahasaan teks ulasan:
- Teks ulasan berisi penekanan mengenai faktor-faktor dari karya yang dibahas.
- Menggunakan kalimat pemikiran atau persuasif.
- Memakai kata kerja material dan kata kerja relasional.
- Terdapat pemakaian konjungsi internal dan konjungsi eksternal.
- Menggunakan pernyataan komparasi baik persamaan atau perbedaan.
Tujuan Teks Ulasan
Pengertian teks ulasan yaitu tinjauan atau ringkasan buku, novel, puisi, lagu atau film yang dimuat pada koran atau majalah.
Mengulas sebuat karya pastinya mempunyai tujan tertentu. Ada sejumlah tujuan dari dibuatnya suatu teks ulasan, yakni sebagai berikut:
- Membantu pembaca memahami isi sebuah karya.
- Memberi pandangan atau evaluasi terhadap sebuah karya.
- Memberi informasi pada publik mengenai kelayakan sebuah karya.
- Memberi informasi pada pembaca keunggulan dan kelemahan karya yang diulas.
- Memberi tahu serta menyuruh pembaca guna merenung, berpikir, juga bertukar pikiran mengenai masalah pada sebuah karya.
- Memberi pertimbangan pada pembaca, apa sebuah karya tersebut layak dinikmati atau tidak.
- Memudahkan pembaca mengetahui hubungan sebuah karya dengan karya beda yang serupa.
- Memberi pertimbangan pembaca sebelum memilih, membeli, dan merasakan suatu karya.
- Tahu komparasi karya yang dijabarkan dengan karya beda sejenisnya.
- Memberi informasi komprehensif tentang sebuah karya.
Baca juga: Pengertian Ras
Struktur Teks Ulasan
Berikut merupakan struktur dari teks ulasan.
1. Orientasi
Bagian ini menjelaskan cerminan umum dari sebuah karya atau produk, seprti informasi fundamental dan hal-hal beda yang bisa menambah cerminan umum. Di samping itu, penulis pun memberikan deskripsi menganai apa yang bakal diulas.
2. Tafsiran
Bagian ini menjabarkan topik yan diusung dengan mendetail. Pada umumnya, yang dibicarakan berupa keunggulan, keunikan, kualitas, dsb, dari karya atau produk tersebut.
3. Evaluasi
Pada unsur ini, pengarang menuangkan segala pandangannya tentang karya atau produk yang diulas. Sebelum masuk ke dalam unsur evauasi, tentunya, penulis mengerjakan tafisran yang mendalam atas karya atau produk tersebut. Hal ini diakibatkan oleh pengarang akan menyebutkan kelemahan dan kelebihannya.
4. Rangkuman
Bagian ini merupakan bagian terakhir pada teks ulasan. Pada unsur ini, pengarang sampai pada etape penulisan simpulan dari pembahasan atas sebuah karya atau produk.
Bagini ini juga seringkali ada peniaian akhir pengarang apakah karya dapat disaksikan ataukah tidak, serta begitu pun dengan produk: apakah direkomendasikan untuk digunakan ataukah tidak.
Langkah-langkah Menulis Teks Ulasan
Untuk membuat teks ulasan yang bagus, anda tentunya mesti mengekor langkah-langkahnya yang tepat, yakni sebagai berikut:
- Mencatat identitas kitab atau karya beda yang nantinya bakal diulas.
- Mencatat hal-hal urgen dan unik dalam karya yang bakal diulas.
- Menganalisis keunggulan dan kelemahan dari karya yang bakal diulas.
- Membuat benang merah bersangkutan isi serta kesan yang didapatkan setelah menyimak atau merasakan karya.
- Membuat saran guna pembaca karya.
Baca juga: Pengertian Reformasi
Contoh Teks Ulasan
Tenggelamnya Kapal Van der Wijk
Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijk atau TKVDW adalahadaptasi dari roman karya Buya Hamka yang diusung ke layar lebar dan diperankan oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce, dan Reza Rahadian.
TKVDW mulai diputar di bioskop Indonesia pada tanggal 19 Desember 2013. Film arahan Sunil Soraya ini menurut keterangan dari situs filmindonesia.or.id sukses menduduki peringkat teratas sebagai film paling tidak sedikit ditonton sepanjang tahun 2013.
Di film ini, susunan kata-kata estetis dari Buya Hamka dapat kita nikmati melewati karakter Zainuddin dan Hayati. Dikisahkan, tahun 1930, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar mengarah ke tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang.
Di antara keindahan ranah negeri Minangkabau ia bertemu Hayati (Pevita Pearce), gadis cantik jelita, bunga di persukuannya.
Zainuddin yang memendam perasaan pada Hayati mendadak menjadi pujangga dengan memberikan ucapan-ucapan yang dapat menusuk perasaan perempuan yang memiliki keelokan alami tersebut melewati rangkaian kalimat estetis yang ia karang sendiri.
Setelah disuguhi oleh alur romantisme, pemirsa kemudian disuruh untuk menginjak wilayah konflik, yaitu saat hubungan bertolak belakang budaya ini dilawan oleh semua ninik-mamak Hayati dan pun para tetua suku sebab Zainuddin dirasakan bukan seorang yang berdarah Minang.
Di samping itu, Zainuddin bukan tergolong seorang lelaki mapan sehingga dirasakan tidak sesuai untuk dijadikansebagai sandaran hidup Hayati.
Lalu, pada akhirnya semua tetua memutuskan supaya Zainuddin segera angkat kaki dari Batipuh supaya tidak bersangkutan dengan Hayati lagi.
Sebelum meninggalkan Batipuh, Zainuddin dan Hayati menyampaikan janji setia bakal menjalani hidup bareng di suatu ketika nanti. Mereka menelurkan ikrar di sebuah telaga tempat Zainuddin biasa menulis.
Tetapi sebuah fakta kembali datang untuk diri seorang Zainuddin, di tengah gelimang harta dan kemashyurannya. Dalamsebuah peragaan opera, Zainuddin pulang bertemu Hayati, kali ini bareng Aziz, suaminya.
Perkawinan harta dan keelokan bertemu dengan cinta suci yang tak lekang waktu. Pada akhirnya cerita cinta Zainuddin dan Hayati mendatangi ujian terberatnya dalam suatu tragedi pelayaran kapal Van der Wijck.
Film berdurasi 165 menit ini menyuguhkan artistik dan properti ala tahun 1930-an yang terkesan berbau kekinian, tidak cukup meyakinkan untuk menyokong suasana 1930-an. Tak lumayan sekadar mobil kuno yang masih kinclong, latar Batavia juga melulu mengambil seadanya dari setting Kota Tua.
Hal yang sangat terasa ialah alur ceritanya yang lumayan lambat diperparah lagi dengan banyaknya dialog surat-menyurat antara Zainuddin dan Hayati, seolah tidak ada teknik lain yang lebih kreatif dalam mengucapkan adegan surat menyurat. Akibatnya konflik berlangsung tidak menarik, naik sebentar setelah tersebut datar.
Backsound lagu-lagunya Nidji juga terkesan mengganggu adegan demi adegan, entah sebab warna musik pop dan instrumen musik canggih mereka atau sebab kurang pas masuk ke plot film.
Kalaupun mereka memang dipilih untuk memenuhi soundtrack, seharusnya tidak butuh dimainkan terus-menerus di sebanyak adegan. Cukup mainkan saja di end-credit supaya tidak mengganggu nuansa zaman dulunya.
Belum lagi saat di tengah-tengah film hadir musik dugem pada ketika mereka menari-nari di pesta yang terdengar laksana dugem masa kini.
Kekurangan lainnya ialah special effect kapal dapat dikatakan pas-pasan. Tenggelamnya juga tak jelas apa penyebabnya (ingat kapal Titanic, tenggelam sebab menabrak gunung es), terkesan dipaksakan seolah melulu mau terbenam saja, biar cocok judul, tidak cukup dramatis.
Pertanyaan yang mengemuka ialah mengapa kapal yang melulu muncul sekian menit jelang akhir film ini menjadi hal urgen sehingga menjadi judul? Apakah naskah yang tidak cukup mampu menerjemahkan novel aslinya?
Dengan mengesampingkan sejumlah kekurangan tadi, film ini tetap mempunyai daya tarik dari sisi dialog yang dipilih dan kostum yang rapi dari Samuel Wattimena, di samping kepopuleran semua pemainnya.
Dialog yang ingin puitis, tidak jauh bertolak belakang dari novel aslinya, menjadi penghibur bikin penonton. Tidak begitu membuat kecewa dibanding bila kita menyaksikan film dengan tema yang menonjolkan kemewahan atau hantu-hantuan yang sempat ramai di film kita.
Setidaknya film ini turut andil menumbuhkan harapan bagi pertumbuhan film Indonesia yang sempat mati suri supaya semakin berkembang lebih baik lagi. Yang pasti, pemirsa mempunyai pilihan dalam memuaskan dahaga bakal film nasional.
Demikianlah penjelasan tentang Teks Ulasan dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.