RuangPengetahuan.Co.Id – Sanering merupakan istilah lain dari devaluasi merupakan suatu kebijakan pemerintah yang dirancang untuk mengurangi nilai uang untuk mengurangi daya beli masyarakat. Istilah sanering sering disamakan dengan redenominasi, meskipun arti dari keduanya berbeda.
Sesuai dengan pengertian sanering di atas, maka kebijakan tersebut tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga negatif terhadap perekonomian Indonesia.
Efek terburuk juga memengaruhi orang-orang bisnis di sektor produk, karena minat konsumen berkurang.
Bahkan dalam kasus renovasi yang sebelumnya dilakukan di Indonesia dan berujung pada penutupan beberapa industri.
Dampak Sanering Pada Perekonomian
Jika dilihat dari pengertian sanering, seharusnya kebijakan ini dibuat untuk memperbaiki perekonomian masyarakat dan menekan laju inflasi.
Namun ternyata dalam sejarah Indonesia pada tahun 1959 terjadi gejolak ekonomi akibat kebijakan reorganisasi pemerintah Ir. Sukarno.
Singkat cerita, berdasarkan UU No 2 Prp. Th. 1959 mengatur tentang keputusan pemerintah untuk menerbitkan kebijakan sanering pada 25 Agustus 1959.
Soekarno memutuskan untuk menurunkan nilai moneter sebesar 500 rupiah (uang bergambar harimau) dan 1.000 rupiah (uang bergambar gajah) menjadi 10%, yaitu 50 rupiah dan 100 rupiah.
Tujuan munculnya kebijakan ini adalah untuk menekan laju inflasi yang terus berlangsung hingga tahun 1960-an.
Namun, di masa lalu, sistem informasi tidak semudah seperti sekarang ini, sehingga pengumuman politik pada hari pertama tidak tersebar merata di seluruh Indonesia.
Akibatnya masyarakat yang sudah mengetahui informasi tersebut berlomba-lomba untuk membelanjakan uang macan dan uang gajah secara serentak.
Hampir semua toko kelontong, pedagang sapi dan lainnya diserang oleh masyarakat untuk membelanjakan kedua jenis uang tersebut.
Tentu saja ini merupakan bentuk kepanikan masyarakat dan menyebabkan kerugian besar bagi pelaku bisnis.
Ekonomi Indonesia sangat kacau pada saat itu karena tidak ingin memiliki uang bergambar gajah dan harimau, nilainya menurun.
Parahnya, kebijakan sanering tersebut justru meningkatkan beban pemerintah dan semakin menguatkan inflasi. Pada tahun 1961, pemerintah mencatat defisit 29,7 persen dan pada 1965 terus turun menjadi 63,4 persen.
Perbedaan Sanering dan Redenominasi
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kebijakan Sanering dan Redenominasi terdapat 2 (dua) hal yang berbeda.
- Sanering adalah kebijakan pemotongan nilai uang sehingga daya beli masyarakat menurun. Tujuan dari sanering ini adalah untuk memudahkan masyarakat untuk menyelesaikan dan mengurangi uang.
- Sedangkan redenominasi adalah kebijakan menyederhanakan pecahan mata uang dengan mengurangi digit nol tanpa mengurangi nilai mata uang itu sendiri. Sebagai contoh, sebagian dari Rp1.000.000 pada Rp1000 disederhanakan dengan menghilangkan tiga nol di belakangnya. Kebijakan ini biasanya digunakan ketika ekonomi suatu negara dalam keadaan stabil dan sehat.
Contoh Sanering
Ada beberapa contoh kebijakan sanering yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Diantaranya adalah:
1. Sanering Tahun 1950
Pada tanggal 19 Maret 1950, dalam kebijakan sanering pertamakali dilakukan pemerintah Indonesia. Dikenal dengan sebutan “gunting Syarifudin”, uang kertas dibagi secara fisik dan nilainya menjadi dua bagian.
Uang kertas yang digunting adalah pecahan Rp. 5 yang secara fisik digunting dimana hanya bagian kiri nilainya Rp. 2,5. Sementara sisi kanan tagihan tidak lagi dalam bentuk nilai.
2. Sanering Tahun 1959
Pada tanggal 25 Agustus 1959, dalam kebijakan sanering kedua diberlakukan. Saat ini Rp. 1000 (Dijuluki Gajah) dalam Rp. 100 dan Rp. 500 (Dijuluki Macam) dalam Rp. 50
3. Sanering Tahun 1965
Pada tanggal 13 Desember 1965, kembali lagi dibuat kebijakan sanering yang ketiga. Saat itu Pecahan Rp. 1000 berubah nilainya menjadi Rp. 1 (uang baru).
Kelemahan Kebijakan Sanering
Belajar dari kebijakan Sanering 1959 silam, Anda dapat melihat kebijakan ini lebih banyak kerugiannya ketimbang keuntungannya.
Kemungkinan adanya kebijakan sanering di masa saat ini memang sangat kecil. Tetapi sebagai seorang pebisnis Anda harus sadar dan mengawasi perkembangan ekonomi Indonesia.
Beberapa kelemahan dan dampak sanering yang terjadi pada perekonomian negara antara lain sebagai berikut:
- Perkembangan ekonomi diabaikan.
- Nilai rupiah telah jatuh terhadap mata uang asing.
- Daya beli masyarakat menurun, sehingga kerugian meningkat.
- Masyarakat Indonesia mengalami kesulitan ekonomi, terutama masyarakat kecil.
Sanering di tahun 1959 bertujuannya untuk menekan daya beli masyarakat, yang mana justru merugikan pelaku bisnis.
Dengan cara ini, pemilik bisnis harus selalu memperbarui informasi. Jika sewaktu-waktu ada kebijakan pemerintah mengenai mata uang seperti reorganisasi, ini tidak menguntungkan.
Demikianlah artikel tentang Pengertian Sanering, Dampak, Contoh dan Kelemahannya ini semoga bisa memberi manfaat bagi kita semua, Terimakasih.
Baca Juga Artikel Lainnya >>>
- Pengertian Degradasi, Karakteristik, Penyebab dan Dampaknya
- Pengertian Geopolitik, Tujuan, Fungsi dan Latar Belakangnya
- Pengertian Modernisasi, Ciri-ciri, Contoh dan dampaknya