Pengertian Museum – Jika kita bicara mengenai masa silam, karena itu ini secara umum akan terkait dengan riwayat. Maka dari itu, seringkali bila banyak hal dengan elemen riwayat yang masih tetap ada juga didokumentasikan, misalkan saja seperti diletakkan dan dirawat. Ini secara umum akan dilaksanakan memuseumkan beberapa benda riwayat itu di lokasi tertentu.
Salah satunya hal yang terkait dengan lokasi itu ialah museum. Museum sendiri banyaknya telah ada banyak sekali di dunia atau Indonesia.
Namun, sampai sekarang ada beberapa orang yang mungkin berasa kebingungan dengan pemahaman museum. Maka dari itu, tidak ada kelirunya untuk kita untuk mengenali pengertian itu dari beberapa segi.
Pemahaman Museum
Menurut Ketentuan Pemerintahan No. 66 Tahun 2015 mengenai Museum, Museum ialah instansi yang berperan membuat perlindungan, meningkatkan, manfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya ke warga.
Pengertian museum berdasar pertemuan umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina, Austria, pada 24 Agustus 2007 mengatakan jika Museum ialah instansi yang memiliki sifat masih tetap, tidak cari keuntungan, layani warga dan perubahannya, terbuka untuk umum, yang kumpulkan, menjaga, mempelajari, mengkomunikasikan, dan memperlihatkan peninggalan budaya dan lingkungannya yang memiliki sifat kebendaan dan takbenda untuk maksud pembahasan, pendidikan, dan kesenangan.
Secara etimologis kata museum asal dari bahasa latin yakni “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani “mouseion” yang disebut kuil yang disembahkan untuk Muses (9 dewi seni dalam mitologi Yunani), dan sebagai bangunan tempat pendidikan dan kesenian, terutamanya institut untuk filosofi dan riset pada perpustakaan di Alexandria yang dibangun oleh Ptolomy I Soter 280 SM.
Museum mengurus bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang memiliki arti khusus untuk riwayat, ilmu dan pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, tehnologi, dan/atau pariwisata untuk didiskusikan dan ditampilkan ke warga umum lewat pameran tetap, temporer, dan keliling.
Umumnya museum tawarkan program dan aktivitas yang mencapai semua pengunjung, terhitung orang dewasa, beberapa anak, semua keluarga, dan tingkat karier yang lain.
Program untuk umum terbagi dalam perkuliahan atau training dengan staff pendidik, beberapa orang yang pakar, dengan film, musik atau perlihatkan tarian, dan demo dengan tehnologi.
Pemahaman Museum Menurut Beberapa Pakar
Sama seperti yang kita mengetahui, Indonesia mempunyai museum dalam jumlah yang banyak dan telah menyebar di beberapa daerah. Lebih dari itu, kita juga dapat temukan beragam tipe museum yang terdapat.
Namun, sebaiknya selainnya ketahui banyak hal itu, kita juga ketahui pemahaman museum lebih dahulu supaya lebih gampang pahami topik ini.
Kita dapat ketahui pemahaman museum dari beragam segi. Beragam pertimbangan pakar menjadi hal yang memberikan keringanan untuk kita untuk mendapatkan deskripsi yang bertambah luas mengenai museum tersebut. Berikut ialah beberapa pemahaman museum menurut beberapa pakar.
1. Douglas A. Allan
Museum sebuah gedung yang pada bagian didalamnya simpan beberapa kelompok benda yang dipakai untuk kesenangan dan riset study.
2. Advaced Dictionary
Museum ialah sebuah gedung yang memperlihatkan beberapa benda sebagai deskripsi mengenai riwayat, seni, ilmu dan pengetahuan, dan ada banyak yang lain.
3. A.C. Parker
Museum ialah sesuatu instansi yang dengan aktif menerangkan manusia, dunia, dan alam.
4. ICOM (International Council of Museum)
Museum adalah instansi non keuntungan yang mempunyai karakter tetap untuk memberikan servis pada warga dan perubahannya, yang terbuka untuk umum, yang mempunyai pekerjaan untuk kumpulkan, mempelajari, melestarikan, mengkomunikasikan, dan memperlihatkan peninggalan dari riwayat manusia.
5. Sri Soejatmi
Sebuah instansi yang mempunyai pekerjaan melestarikan dan mewarisi budaya dengan kumpulkan, mempunyai, menjaga, memperlihatkan, dan mengkomunikasikannya ke warga.
6. Moh. Amir Sutaarga
Sebuah instansi tetap yang memberikan service untuk kebutuhan warga dan kemajuannya, tidak cari keuntungan, terbuka untuk umum yang mempelajari, memiara, memperlihatkan, dan sampaikan beberapa benda pembuktian material manusia dalam lingkungannya untuk pendidikan, study, dan wisata.
7. Schouten
Bangunan sebagai tempat beberapa orang memiara dan memperlihatkan beberapa barang berharga bersejarah.
Kenapa Penting untuk Memahami Museum?
Sesudah ketahui beberapa pemahaman museum sesuai opini beberapa pakar di atas, karena itu sudah pasti ada banyak poin utama yang dapat kita bisa.
Ini termasuk juga dengan alasan khusus untuk ketahui seperti apakah pemahaman museum itu. Beberapa dasar atau argumen itu diantaranya seperti berikut.
1. Lebih Gampang Menerangkan
Kita bisa menerangkan seperti apakah pengertian museum untuk beberapa orang yang masih belum pahaminya. Disamping itu, kita juga dapat semakin gampang untuk menerangkannya dalam beberapa rincian bila memang disuruh.
2. Menambah Rekomendasi Pengetahuan
Dalam beberapa tuntutan akademis, pemahaman museum yang bermacam ini menjadi satu ulasan penting yang harus tercantum.
Maka dari itu, tidaklah aneh bila ada beberapa orang yang lengkapi referensi mereka dengan memberi beberapa pemikiran mengenai pengertian museum menurut beberapa pakar.
3. Memberikan Alternative Pengertian
Kita bisa juga memberikan alternative pengertian ke beberapa orang yang ingin pahami hal itu sesuai opini beberapa pakar, untuk mempermudah mereka dalam pahami mana pemahaman yang terbaik.
Riwayat atau Sejarah Museum
Pemahaman mengenai museum dari jaman ke jaman selalu berbeda. Ini karena museum selalu alami peralihan pekerjaan dan kewajibannya.
Museum sebagai sesuatu tanda-tanda sosial atau kultural dan ikuti riwayat perubahan warga dan kebudayaan yang memakai museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan.
Museum berakar dari kata Latin museion, yakni kuil untuk sembilan dewi Muse, beberapa anak Dewa Zeus yang pekerjaan intinya ialah melipur.
Dalam perubahannya museion jadi tempat kerja pakar-ahli berpikir jaman Yunani kuna, seperti Pythagoras dan Plato. Mereka memandang museion ialah tempat penyidikan dan pendidikan filsafat, sebagai ruang cakup pengetahuan dan kesenian.
Dalam kata tempat lain pembaktian diri pada ke sembilan Dewi Muse barusan. Museum yang paling tua sebagai pusat pengetahuan dan kesenian ada di Iskandarsyah.
Makin lama gedung museum itu, yang pada awalnya tempat penghimpunan beberapa benda dan beberapa alat yang dibutuhkan untuk penyidikan pengetahuan dan kesenian, beralih menjadi tempat kumpulkan beberapa benda yang dipandang aneh.
Perubahan ini bertambah pada era tengah. Saat itu yang disebutkan museum ialah tempat beberapa benda individu punya pangeran, bangsawan, beberapa pembuat budaya dan seni, dan beberapa pembuat ilmu dan pengetahuan. Kelompok benda (koleksi) yang terdapat menggambarkan ketertarikan dan perhatian khusus pemiliknya.
Beberapa benda hasil seni rupa ditambahkan beberapa benda di luar Eropa sebagai modal yang nantinya jadi dasar perkembangan museum-museum besar di Eropa. “Museum” ini jarang-jarang dibuka untuk warga umum karena koleksinya jadi gelaran prestise dari pemiliknya dan umumnya cuma dipertunjukkan ke beberapa famili atau beberapa orang dekat.
Museum sempat juga disimpulkan sebagai kelompok ilmu dan pengetahuan dalam karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi di jaman ensiklopedis yakni jaman setelah Renaissance di Eropa Barat, diikuti oleh aktivitas beberapa orang untuk perdalam dan meluaskan pengetahuan mereka mengenai manusia, beragam tipe flora atau fauna dan mengenai bumi dan dunia raya disekelilingnya.
Tanda-tanda berdirinya museum terlihat di akhir era ke-18 bersamaan dengan perubahan pengetahuan di Eropa. Negeri Belanda yang disebut sisi dari Eropa dalam masalah ini pun tidak ketinggal dalam usaha membangun museum.
Perubahan museum di Belanda benar-benar memengaruhi perubahan museum di Indonesia. Dimulai dengan seorang karyawan VOC yang namanya G.E. Rumphius yang pada era ke-17 sudah manfaatkan saatnya untuk menulis mengenai Ambonsche Landbeschrijving yang diantaranya memberi deskripsi mengenai riwayat kesultanan Maluku, dari sisi penulisan mengenai kehadiran kepulauan dan kependudukan.
Masuk era ke-18 perhatian pada ilmu dan pengetahuan dan kebudayaan, baik pada periode VOC atau Hindia-Belanda, semakin terang. Pada 24 April 1778 berdiri Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Instansi itu dengan status 1/2 sah, dipegang oleh dewan direksi.
Pasal 3 dan 19 Statuten pendirian instansi itu mengatakan jika salah satunya pekerjaannya ialah memiara museum yang mencakup: pembukuan (boekreij); himpunan etnografis; himpunan kepurbakalaan; himpunan prehistori; himpunan keramik; himpunan muzikologis; himpunan numismatik, pening dan cap-cap; dan naskah-naskah (handschriften), terhitung perpustakaan.
Instansi itu memiliki posisi penting tidak saja sebagai perkumpulan ilmiah, tapi juga karena beberapa anggota pengurusnya terbagi dalam beberapa tokoh penting dari lingkungan pemerintah, perbankan dan perdagangan.
Yang memikat di pasal 20 Statuten mengatakan jika benda yang sudah jadi himpunan museum atau Genootschap tidak bisa dipinjam langkah apapun itu pada pihak ke-3 dan anggota-anggota ataulah bukan anggota untuk digunakan atau diletakkan, terkecuali berkenaan perbukuan dan himpunan naskah-naskah (handschiften) sejauh ketentuan memperkenankan.
Di saat Inggris menggantikan kekuasan dari Belanda, Raffles sendiri langsung mengetuai Batavia Society of Arts and Sciences. Aktivitas perkumpulan itu tak pernah stop, bahkan juga Raffles memberikan lokasi yang dekat sama istana Gubernur Jendral yakni di samping Serasi (Jl. Majapahit No. 3 saat ini).
Sepanjang penjajahan Inggris nama instansi diganti jadi Literary Society. Tetapi saat Belanda berkuasa kembali, ditukar pada nama sebelumnya, Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschappen dan memfokuskan perhatian pada pengetahuan kebudayaan, khususnya linguistik, pengetahuan sosial, pengetahuan bangsa-bangsa, pengetahuan purbakala, dan pengetahuan riwayat.
Dalam pada itu, perubahan ilmu dan pengetahuan alam menggerakkan berdirinya lembaga-lembaga lain. Di Batavia anggota instansi semakin bertambah terus, perhatian di bagian kebudayaan berkembang dan koleksi bertambah banyaknya, hingga gedung di Jl. Majapahit jadi sempit. Pemerintahan penjajahan Belanda membuat gedung baru di Jl. Merdeka Barat No. 12 pada 1862. Karena instansi itu benar-benar berjasa dalam riset ilmu dan pengetahuan, karena itu pemerintahan Belanda memberikan gelar “Koninklijk Bataviaasche Genootschap Van Kunsten en Watenschappen”.
Instansi yang tempati gedung baru itu sudah berwujud museum kebudayaan yang lebih besar dengan perpustakaan yang komplet (saat ini Museum Nasional).
Semenjak pendirian Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen untuk pengisian koleksi museumnya sudah diprogramkan diantaranya asal dari koleksi beberapa benda monumental dan kepurbakalaan baik dari kelompok pemerintahan atau warga.
Semangat itu sudah menggerakkan untuk lakukan usaha perawatan, pengamanan, pengenalan bahkan juga riset pada warisan riwayat dan purbakala. Kehidupan kelembagaan itu sampai saat Gerakan Nasional saat ini masih aktif bahkan juga sesudah Perang Dunia I.
Warga di tempat disokong Pemerintahan Hindia Belanda menyimpan perhatian pada pendirian museum di sejumlah wilayah dari sisi yang telah berdiri di Batavia, seperti Instansi Kebun Raya Bogor yang semakin berkembang di Bogor. Von Koenigswald membangun Museum Zoologi di Bogor pada 1894.
Instansi ilmu dan pengetahuan dan kebudayaan yang namanya Radyapustaka (saat ini Museum Radyapustaka) dibangun di Solo pada 28 Oktober 1890, Museum Geologi dibangun di Bandung pada 16 Mei 1929, instansi namanya Yava Instituut dibangun di Yogyakarta pada 1919 dan dalam perubahannya pada 1935 jadi Museum Sonobudoyo.
Mangkunegoro VII di Solo membangun Museum Mangkunegoro pada 1918. Ir. H. Maclaine Pont kumpulkan benda purbakala pada sebuah bangunan yang saat ini dikenali Museum Purbakala Trowulan pada 1920. Pemerintahan penjajahan Belanda membangun Museum Herbarium di Bogor pada 1941.
Di luar Pulau Jawa, atas prakarsa Dr.W.F.Y. Kroom (pendamping residen Bali) dengan beberapa raja, seniman dan pemuka warga, dibangun sesuatu perkumpulan yang diperlengkapi museum yang diawali pada 1915 dan disahkan sebagai Museum Bali pada 8 Desember 1932.
Museum Rumah Tradisi Aceh dibangun di Nanggroe Aceh Darussalam pada 1915, Museum Rumah Tradisi Baanjuang dibangun di Bukittinggi pada 1933, Museum Simalungun dibangun di Sumatera Utara pada 1938 atas prakarsa raja Simalungun.
Setelah kemerdekaan Indonesia 1945 kehadiran museum didokumentasikan pada pembangunan bangsa Indonesia. Beberapa pakar bangsa Belanda yang aktif di museum dan lembaga-lembaga yang berdiri saat sebelum 1945, saat ini masih dibolehkan ada di Indonesia dan terus jalankan pekerjaannya.
Tetapi dari sisi beberapa pakar bangsa Belanda, banyak pula pakar bangsa Indonesia yang menekuni permuseuman yang berdiri saat sebelum 1945 dengan kekuatan yang tidak kalah dari bangsa Belanda.
Memburuknya jalinan Belanda dan Indonesia karena perselisihan Papua Barat menyebabkan beberapa orang Belanda tinggalkan Indonesia, terhitung beberapa orang simpatisan instansi itu.
Semenjak itu kelihatan proses Indonesianisasi pada beragam hal yang bau penjajahan, terhitung pada 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang ditukar jadi Instansi Kebudayaan Indonesia (LKI).
LKI membawahkan dua lembaga, yakni museum dan perpustakaan. Pada 1962 LKI memberikan museum dan perpustakaan ke pemerintahan, selanjutnya jadi Museum Pusat dan perpustakaannya. Masa 1962-1967 sebagai saat susah untuk usaha untuk rencana membangun Museum Nasional dari pojok profesionalitas, karena support keuangan dari perusahaan Belanda tidak ada.
Di tengah-tengah kesusahan itu, pada 1957 pemerintahan membuat sisi Masalah Museum. Masalah Museum ditukar jadi Instansi Masalah Museum-Museum Nasional pada 1964, dan diganti jadi Direktorat Museum pada 1966. Pada 1975, Direktorat Museum diganti jadi Direktorat Permuseuman.
Pada 17 September 1962 LKI disetop, Museum diberikan pada pemerintahan Indonesia bernama Museum Pusat di bawah pemantauan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Museum Pusat ditukar namanya jadi Museum Nasional pada 28 Mei 1979.
Penyerahan museum ke pemerintahan pusat dituruti oleh museum-museum yang lain. Yayasan Museum Bali memberikan museum ke pemerintahan pusat pada 5 Januari 1966 dan secara langsung di bawah pemantauan Direktorat Museum.
Begitu halnya Museum Zoologi, Museum Herbarium, dan museum yang lain di luar Pulau Jawa mulai diberikan ke pemerintahan Indonesia.
Semenjak museum-museum diberikan ke pemerintahan pusat, museum makin mengalami perkembangan. Bahkan juga museum baru juga banyak muncul, baik diadakan oleh pemerintahan atau oleh yayasan-yayasan swasta.
Peralihan politik karena pergerakan reformasi yang dipelopori oleh beberapa mahasiswa pada 1998, sudah mengganti tata negara Republik Indonesia. Peralihan ini memberi imbas pada permuseuman di Indonesia.
Direktorat Permuseuman diganti jadi Direktorat Riwayat dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada 2000. Pada 2001, Direktorat Riwayat dan Museum diganti jadi Direktorat Permuseuman. Struktur organisasi diganti jadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Tubuh Peningkatan Kebudayaan dan Pariwisata pada 2002.
Direktorat Purbakala dan Permuseuman diganti jadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada 2004. Pada akhirnya pada 2005, dibuat lagi Direktorat Museum di bawah Direktorat Jenderal Riwayat dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (Team Direktorat Museum)
Pengertian Museum Masa Kini
Museum tidak lagi sekedar menjadi tempat pameran masih tetap beberapa benda yang pantas mendapatkan perhatian umum, seperti warisan riwayat, seni, atau pengetahuan tertentu.
Museum sudah alami peralihan, dari awal sebelumnya konservatif, perwajahan dan tata urus museum sekarang harus dapat dijangkau milenial atau gen Z yang notabene digital native.
Ditambahkan, sepanjang 77 tahun Indonesia merdeka, ada beberapa catatan riwayat, benda warisan, beberapa foto, dan penemuan baru yang penting diproteksi dan dirawat. Semuanya akan termakan umur bila tidak diabadikan dengan digital.
Berkenaan pengertian museum sekarang ini, Wijaya menjelaskan boleh-boleh saja bila museum pada akhirnya harus menjadi lokasi yang lebih menarik dan Instagrammable.
Malah hal itu menjadi daya magnet dan motivasi untuk angkatan terbuka digital sekarang ini agar semakin mengenali riwayat dan perjalanan bangsa.
“Konsepsi museum awalnya menyeramkan dan tidak menarik, dan ini kurangi minat. Saat ini telah ada digitalisasi, dapat manfaatkan VR, audio, bahkan juga banyak berdiri museum yang semakin lebih detil, seperti Museum Polri dan Museum Multatuli di Lebak Banten,” ungkapkan Wijaya kembali.
Karena itu, seharusnya museum sekarang berbenah. Tidak lagi cuma konservatif, tetapi dapat dipasangkan dalam bermacam-macam alih bentuk tehnologi.
Saat lagi peranan menjaga dan mengkomunikasikan pesan, di zaman digital, museum benar-benar berkaitan untuk berbeda makin menarik, artistik, atau sebutkan Instagramable supaya menambahkan ketertarikan bertandang.
1. Terakses Lebih Luas
Hal seirama disingkap kurator museum, Kartum Setiawan. Menurut dia, museum seharusnya memakai pendayagunaan tehnologi agar semakin dekatkan pengunjung tua, dewasa, atau anak muda. Walaupun kesan-kesan museum simpan benda masa silam dan kuno, digitalisasi masih tetap tidak terelak.
Menurut Kartum, yang tenaga pakar di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Penelitian, dan Tehnologi, malah di saat wabah Covid-19 berjalan, museum dapat terakses lebih luas. Di periode limitasi, museum pada akhirnya didatangkan berbentuk virtual.
“Yang dahulu dua sampai 3 tahun tidak terpikir dan tidak diutamakan (datang secara virtual),” sebutkan Kartum.
Pencetus Komune Jelajahi Budaya ini menyambung, karena sedikit kelonggaran limitasi tahun kemarin, mereka sebelumnya sempat membuat acara berkunjung museum.
Tetapi, karena ketentuan limitasi berbeda kembali, faksinya harus mengadakannya dengan virtual. Pada akhirnya dia membuat dokumentasi lebih dulu, baru merepresentasikannya dengan virtual.
2. Peranan Komunitas
Museum pada akhirnya bukan hanya diatur pemerintahan, tetapi lembaga swasta dan warga mempunyai kesadaran untuk membangun dan mengurus museum.
Kastum menyebutkan, awalannya kegiatan museum terpusat pada koleksi, hingga dalam perkembangaannya, kegiatan museum dipusatkan pada warga.
Dia menjelaskan, museum seyogianya datangkan faedah untuk warga, bukan hanya tempat simpan beberapa benda sangat jarang dan mahal. “Semua museum harus mempunyai media promo,” katanya.
“Misalnya dengan terciptanya komune pencinta museum, dan terlaksananya program penghargaan pada warga yang perduli museum dengan teratur seperti Museum Award dan penyeleksian Duta Museum,” Kartum Setiawan menyambung.
Disamping itu, penting untuk merajut kerja sama dengan beragam elemen warga setiap museum, misalkan melalui komune.
Museum sekarang ini harus juga mempunyai website. Terakreditasinya museum dengan beragam rangking akan memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik kembali kerja sama antara museum bisa menjadi salah satunya jalan keluar, dan itu bukan hanya hanya nilai koleksi.
Ini harus mengikutsertakan sumber daya manusia museum tersebut, mengikutsertakan federasi karier di bagian permuseuman. Selainnya pameran, beberapa program peningkatan dapat dilaksanakan berbentuk training, seminar, dan workshop.
3. Tempat Pembelajaran dan Wisata
Kartum Setiawan menjelaskan, program pembelajaran tidak lepas dari peranan museum sebagai fasilitas pendidikan nonformal dan tempat wisata.
Pengunjung tidak harus menunjukkan jika dia sudah belajar, karena tidak ada angka dan dipandang berkenaan keuntungan yang didapat dari lawatan ke museum.
Museum sebagai instansi tidak resmi memiliki kandungan elemen penyeleksian yang bebas, baik perhatian dan tanpa perhatian pengunjung pada koleksi yang dihidangkan. Pengunjung sendiri yang tentukan maksudnya ke museum.
Disamping itu, pembelajaran yang sudah dilakukan museum dapat dilaksanakan banyak langkah. Ini terhitung lewat pemanduan pada pengunjung museum, pemutaran slide program dan audiovisual, dan Tur Terukur untuk pengunjung difabel atau berbentuk interaktif.
Museum Goes to School sempat muncul. Menurut Kartum, secara tehnis, program museum masuk sekolah hampir sama dengan program museum keliling.
Tetapi, dalam program museum masuk sekolah, sasaran warga tujuan lebih terang, yakni kelompok pendidikan yang ada dalam sesuatu lembaga.
“Topik yang diangkat juga bermacam, disamakan keperluan dan kurikulum berkaitan (evaluasi di) sekolah,” ucapnya kembali.
Pengertian Baru Museum Rawat Keberagaman dan Kebersinambungan
Museum tidak cuma tempat untuk menempatkan artefak. Museum berperan untuk melestarikan peninggalan budaya sekalian perkuat suara angkatan sekarang ini.
Sebagai ruangan pendidikan khalayak, museum perlu ikuti kondisi dunia yang tetap berbeda, khususnya tersangkut keberagaman dan kebersinambungan.
Dewan Museum Internasional/International Council of Museum (ICOM) menyarankan pengertian baru untuk museum, yang disepakati pada Pertemuan Umum ICOM ke-26 di Praha pada 24 Agustus 2022.
1. Keberagaman dan Kebersinambungan
Salah satunya langkah untuk mempromokan kebersinambungan di museum dengan mengganti pengertian yang terdapat supaya sesuai visi dunia sekarang ini.
ICOM sudah mempersiapkan pengertian baru museum semenjak 2019. Sebuah team yang terbagi dalam 20 anggota perwakilan dibuat untuk merangkum pengertian baru ini.
Sesudah lewat diskusi dan pembicaraan karena ketidaksamaan penglihatan, komite menyepakati pengertian yang diusulkan tingkat kesepakatan 92,41%. Pengertian baru museum mengeluarkan bunyi:
“Museum ialah instansi tetap nirlaba yang layani warga dalam mempelajari, kumpulkan, melestarikan, menerjemahkan, dan memperlihatkan peninggalan benda dan peninggalan tak-benda.
Terbuka untuk umum, bisa dijangkau dan inklusif, museum meraawat keberagaman dan kebersinambungan.
Museum bekerja dan berbicara dengan benar, professional dan dengan keterlibatan warga, tawarkan bermacam pengalaman untuk pendidikan, kesenangan, refleksi dan share pengetahuan.”
2. Perjalanan Kebersinambungan ICOM
ICOM mengetahui jika museum berkekuatan untuk tangani dan mempromokan kebersinambungan untuk tempat di mana komune, periset, dan khalayak bisa berjumpa.
Dalam kata lain, museum berkekuatan untuk tingkatkan kesadaran warga dan menggerakkan peningkatan pengetahuan mengenai seni dan kebersinambungan.
Dalam masalah ini, ICOM sudah lakukan beragam usaha untuk melangsungkan dialog mengenai kebersinambungan. Mereka membuat Working Grup on Sustainability (WGS) pada September 2018.
Satu tahun selanjutnya, ICOM adopsi dua resolusi mengenai kebersinambungan sepanjang Sidang Umum ke-34: pikirkan lagi praktik-praktik yang memberikan dukungan Arah Pembangunan Terus-menerus dan mengetahui, memberikan dukungan, dan bekerjasama dengan komune lokal.
Disamping itu, beberapa cabang ICOM dari penjuru dunia sudah melangsungkan acara dan publisitas dengan topik pembangunan terus-menerus.
3. Pintu Lebar Terbuka
Sepintas, peralihan pengertian kemungkinan memperlihatkan sedikit perkembangan. Tetapi, dalam pola besar, sebuah pengertian benar-benar esensial; jadi dasar berkenaan kenapa dan bagaimana kita lakukan suatu hal.sebuah hal.
Saat kita bergerak ke arah dunia di mana keutamaan peninggalan alam dan budaya dipandang dengan universal, pengertian baru mengenai museum yang diusung oleh ICOM buka adanya kemungkinan yang luas agar semakin banyak ulasan, study, dan gestur mengenai kebersinambungan dan komune di masa datang.
Demikian artikel kali ini. Semoga artikel ini dapat membantu kamu untuk mempelajari Museum lebih baik lagi. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Baca juga artikel lainnya :
- Pengertian CSS
- Pengertian Ilmu
- Pengertian Basis Data
- Pengertian Animasi
- Pengertian Majas
- Pengertian Hubungan Internasional
- Pengertian Peta
- Pengertian Pelayanan