Pengertian Konformitas – Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar kalimat-kalimat seperti, “Halah, paling dia cuma ikut-ikutan temannya.” atau “Pasti kamu milih dia, kan? Kalian kan satu geng.” Kalimat-kalimat diatas bisa menjadi petunjuk tentang apa definisi konformitas.
Nah, apa itu konformitas? Apa saja faktor yang mempengaruhinya? Dan apa alasan orang melakukan konformitas? Mari kita bahas satu-persatu.
Pengertian Konformitas
Konformitas merupakan keadaan dan pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang wujud. Beberapa contoh konfomitas adalah ketika pengunjung yang sakit, orang akan membawakan buah atau makanan lain.
Ketika hendak mengambil dollar di ATM atau menaruh uang di bank, para peziarah menunggu giliran mereka. Kekuatan pengaruh sosial pada kepatuhan terhadap peraturan terbukti secara ilmiah dalam sebuah studi oleh Solomon Asch dari tahun 1951.
Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa orang mengarah pada kepatuhan dan menemukan penilaian dari orang lain berdasarkan tekanan yang dirasakan kelompok. Studi kepatuhan lain dilakukan oleh Muzafer Sherif pada tahun 1936.
Pengertian Konformitas Menurut Para Ahli
Konformitas ini berakar dari pengaruh sosial normatif (Aronson, 1980; Deustch & Gerard, 1955; Kelley, 1952).
Dalam suatu situasi, individu merasa terdorong untuk bertindak sesuai dengan norma kelompok karena takut menarik sejumlah konsekuensi negatif dari penyimpangan ini. Berikut ini beberapa pengertian konformitas dari para ahli:
1. Baron dan Byrne, 1997
Konformitas adalah bentuk adaptasi terhadap kelompok sosial, karena kelompok sosial memiliki kebutuhan untuk adaptasi, meskipun persyaratan ini tidak terbuka
2. David W. J. & Frank P.J., 2003
Konformitas adalah perubahan perilaku karena pengaruh kelompok
3. Myers, 2008
Konformitas adalah suatu bentuk perubahan perilaku atau kepercayaan berdasarkan tekanan kelompok
4. Rashotte, 2008
Konformitas muncul ketika orang bertindak atau memberikan pendapat untuk memenuhi persyaratan tertentu atau untuk memenuhi harapan yang diinginkan oleh kelompok.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konformitas
1. Kohesivitas Dan Konformitas
Kohesivitas didefinisikan sebagai minat seseorang dalam suatu kelompok. Jika kohesi tinggi atau jika seseorang menyukai dan mengagumi kelompok tertentu, tekanan untuk patuh akan meningkat secara signifikan.
Pemandu yang harus diterima oleh orang-orang ini adalah menjadi seperti mereka ke segala arah. Sebaliknya, dengan kohesi rendah, tekanan kepatuhan juga rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kohesi memiliki dampak yang kuat pada kepatuhan.
2. Konformitas dan Ukuran Kelompok
Asch menemukan bahwa kepatuhan meningkat dengan jumlah anggota tim. Sebaliknya, penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa kepatuhan cenderung meningkat hingga delapan anggota tambahan / lebih dengan peningkatan ukuran kelompok.
Jadi, semakin besar kelompok ini, semakin besar kecenderungan seseorang untuk terlibat, bahkan jika perilaku mereka berbeda dari apa yang sebenarnya diinginkan.
3. Norma Sosial Deskriptif Dan Norma Sosial Injungtif
Norma deskriptif adalah norma yang hanya memberikan apa yang sebagian lebih besar orang lakukan pada situasi tertentu.
Aturan-aturan ini mengarah pada perilaku ketika seseorang diberi tahu apa yang umumnya dianggap efektif atau mudah beradaptasi dalam situasi tersebut. Sebaliknya, perintah menentukan perilaku apa yang tidak akan diterima dalam situasi tertentu.
Namun, arquetipo kelalaian dapat memiliki dampak yang lebih besar. Situasi ini benar karena bantuan ganti rugi cenderung menarik perhatian dari perilaku orang-orang dalam situasi tertentu ke perilaku yang seharusnya mereka miliki.
Seperti contoh melepaskan sampah sembarangan, maka mereka harus bertingkah laku untuk membuang sampah ke kawasan sampah.
Selain itu, nark0tika juga dapat memicu alasan sosial untuk melakukan hal yang benar dalam situasi tertentu, terlepas dari apa yang dilakukan orang lain.
Dasar-dasar Konformitas
1. Pengaruh Sosial Normatif
Alasan penting mengapa seseorang melakukan kepatuhan adalah bahwa seseorang mengetahui bahwa memulai kepatuhan dapat membantu mencapai persetujuan dan penerimaan yang diinginkan.
Sumber kepatuhan ini disebut sebagai pengaruh pengaturan sosial, karena pengaruh sosial ini mencakup perubahan perilaku untuk memenuhi harapan orang lain.
Misalnya, jika seseorang dan teman-teman lainnya benar-benar memahami pentingnya kesehatan, orang itu menunjukkan bahwa mereka benar-benar menyukai buah dan ikan segar dan tidak merokok, meskipun sesungguhnya jamaah tersebut tidak begitu hobi pada makanan itu.
Di situasi ini, jika seseorang mengubah perilakunya agar serasi dengan norma kelompok, boleh jadi juga dapat mengubah keyakinannya.
2. Pengaruh Sosial Informasional
Dasar dari konformitas yang 2 adalah pengaruh sosial dari informasi, yaitu Kecenderungan seseorang untuk mengandalkan penyembah lain sebagai sumber berita tentang berbagai aspek lingkungan sosial.
Salah satu contoh adalah bahwa turis Amerika yang mencari tahu cara membeli tiket kereta api di Paris, dapat memantau dengan seksama perilaku para peziarah di Paris, dapat memperhatikan di mana membeli tiket, bagaimana mereka melewati peron dan bagaimana trik mereka mencari gerbong kereta.
Dengan mengikuti langkah-langkah untuk orang lain yang jauh tahu, turis itu dapat menguasai dasar-dasar pembelian tiket kereta api di natural.
Kecenderungan untuk beradaptasi tergantung pada dua arah situasiseberapa besar kepercayaan seseorang terhadap kelompok dan seberapa yakin mereka dalam penilaian diri.
Tipe-tipe Konformitas
Allen, Kelman dan Mascovici (dalam Brehm & Kassim, 1990) mengemukakan dua jenis kepatuhan, yaitu:
1. Private Conformity (acceptance)
Yaitu perilaku kepatuhan yang terjadi tidak hanya dengan mengubah perilaku eksternal, tetapi juga dengan mengubah pola pikir. Kepatuhan adalah hasil dari pengaruh informasi.
2. Public Conformity (compliance)
Artinya, perilaku kepatuhan yang hanya bisa dicapai dengan mengubah perilaku eksternal tanpa mengubah pola pikir. Jenis perilaku ini adalah hasil dari pengaruh sosial normatif.
Faktor Pendorong Melakukan Konformitas
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan konformitas. Menurut Williams (2006), faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Ukuran Kelompok dan Tekanan Sosial
Kepatuhan meningkat dengan jumlah anggota tim. Semakin besar grup, semakin besar kecenderungan untuk berpartisipasi, bahkan jika kita dapat menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang kita inginkan.
Misalnya, di sekolah menengah, trennya memakai tas punggung. Awalnya, hanya beberapa orang yang menggunakannya, tetapi seiring berjalannya waktu hampir seluruh kelas menggunakan ransel. Mereka yang awalnya menggunakan tas bahu juga akhirnya menggunakan tas ransel.
2. Group Unanimity (adanya kebulatan suara dalam kelompok)
Hal ini juga berkaitan dengan dukungan sosial. Misalnya, sebuah kelas terdiri dari beberapa mahasiswa ketika ada kelas asistensi satu sama lain pasti akan mencocokkan jadwal.
Sebagian besar mungkin pada hari Selasa, tetapi sebagian kecil mungkin tidak pada hari itu. kemudian Perjanjian Kelas Bantuan berlangsung pada hari Selasa. Jadi sejumlah kecil yang tidak dapat melakukan hari itu dapat mengikuti dukungan dari KP lain.
3. Cohessiveness (kekompakan kelompok)
Kelompok yang lebih kohesif akan memiliki dampak terbesar pada pembentukan mentalitas dan perilaku anggota kelompok.
Misalnya, kami memiliki teman empat atau lima orang dan kami dekat dengan mereka ketika mereka membeli barang baru, jadi kami mengikutinya secara tidak langsung, bahkan dengan membeli barang yang sama.
4. Status
Orang yang memiliki status tinggi atau rendah dibandingkan dengan orang lain akan dibebaskan untuk membedakan diri dari orang lain.
Orang berstatus menengah umumnya lebih konformis. Misalnya, grup harus memiliki presiden dan anggota. Presiden bertanggung jawab atas anggota.
Jika presiden telah memberikan kepada anggotanya peraturan tentang pendisiplinan jam kerja, anggota terikat untuk mematuhi aturan.
5. Public Response
Seseorang lebih konformis ketika dia umumnya harus menjawab daripada menjawab secara individual. Misalnya dalam diskusi kelas besar.
Misalnya, kelompok pasti mempunyai ketua dan anggota. Ketua bertanggung jawab atas anggotanya.
Jika ketua memberi peraturan pada anggotanya untuk disiplin waktu untuk mengerjakan tugas maka mau tidak mau anggota harus menuruti peraturan tersebut.
6. Faktor Norma dan Informasi
Meliputi keinginan untuk disukai, rasa takut akan penolakan, keinginan untuk merasa benar. Misalnya, 4 dari 5 anggota grup senang dan 1 orang murung. Maka ia berusaha bahagia diterima oleh teman-temannya.
Faktor Pendorong Tidak Melakukan Konformitas
Pranandari (2005) menjelaskan ada pula faktor yang mendorong seseorang untuk tidak melakukan konformitas, antara lain:
1. Deindividuasi
Deindividuasi terjadi ketika seseorang ingin dibedakan dari orang lain. Orang akan menolak konformasi karena mereka tidak ingin diperlakukan seperti orang lain.
Misalnya, blackberry menjadi tren di kalangan banyak orang. Dengan fitur BlackBerry Messenger yang nyaman, banyak orang memilih untuk menggunakan BB.
Ada alasan lain mengapa orang memilih BB karena itu trendi dan mereka tidak ingin ketinggalan zaman. Namun, ada juga orang yang tidak ingin menggunakan BB karena mereka pikir BB terlalu berharga untuk tetap menggunakan ponsel mereka sendiri.
2. Merasa Menjadi Orang Bebas
Seseorang juga menolak untuk konform karena dirinya memang tidak ingin konform dengan orang lain. Menurutnya, tidak ada yang bisa memaksanya untuk mengikuti norma sosial yang ada.
Misalnya, wanita umumnya mengenakan pakaian di pesta-pesta. Orang-orang yang merasa bahwa mereka tidak ingin beradaptasi dengan orang lain merasa baik ketika mereka mengenakan pakaian, jika ia menggunakan baju lain selain dress dia akan merasa nyaman-nyaman saja walaupun pada akhirnya ia akan dilihat orang sebagai orang yang aneh.
Demikianlah penjelasan tentang Konformitas dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.