Pengertian Hiperventilasi : Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya

Pengertian Hiperventilasi – Anda mungkin pernah mengalaminya. Ketika Anda diserang rasa panik, mendadak Anda bernapas lebih cepat dan dalam.

Udara yang masuk ke paru-paru Anda terasa seperti lebih banyak dari biasanya, dan Anda tak dapat menghentikannya. Inilah yang dinamakan hiperventilasi atau napas berlebihan. Apakah ini berbahaya?

Pengertian Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan kondisi di mana seseroang bernapas dengan sangat cepat atau dengan kecepatan yang tidak wajar. Pernapasan yang sehat adalah ketika ada keseimbangan antara penghirupan oksidan dan pelepasan karbon dioksida.

Keseimbangan ini dapat terganggu jika seseorang bernapas dengan udara yang lebih kadaluwarsa daripada yang dihirup. Ini dengan cepat memicu pengurangan tingkat karbon dioksida dalam tubuh.

Kadar karbon dioksida yang terlalu rendah dalam tubuh menyebabkan penyepitan pembuluh darah yang memasok pembuluh darah ke otak.

Berkurangnya pasokan darah ke otak ini menyebabkan gejala seperti sakit kepala dan kesemutan pada jari-jari. Jika kondisinya parah, hiperventilasi dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran.

Hiperventilasi juga dikenal dengan napas yang cepat dan dalam, nafas cepat abnormal, napas berlebihan, atau pernapasan yang cepat dan dalam.

iperventilasi secara medis didefinisikan sebagai tindakan bernapas yang berlebihan, atau menghirup dan mengembuskan napas dengan cepat dan dangkal.

Namun, ada beberapa masalah medis tambahan dan opsi serius yang juga dapat menyebabkan hiperventilasi.

Hiperventilasi dapat memiliki sejumlah efek yang mengganggu pada tubuh yang bahkan dapat meningkatkan perasaan panik atau gelisah dan dengan demikian menyebabkan hiperventilasi lebih lanjut.

Dengan mempelajari lebih lanjut tentang penyebab dan gejala hiperventilasi, Anda dapat membantu memulihkan ritme pernapasan alami Anda.

Penyebab Hiperventilasi

Hiperventilasi jarang terjadi bagi sebagian orang. Terkadang hiperventilasi muncul dari reaksi panik, stres, maupun fobia.

Beberapa orang lain mungkin mengalami hiperventilasi karena keadaan emosi tertentu, seperti depresi, kecemasan atau kemarahan.

Ketika hiperventilasi sering terjadi, ini disebut sindrom hipervetilasi. Beberapa penyebab umum hiperventilasi adalah:

  1. Pendarahan
  2. Penggunaan stimulan
  3. Overdosis
  4. Hamil
  5. Infeksi paru-paru
  6. Asma atau penyakit paru-paru lainnya
  7. Serangan jantung atau penyakit jantung lainnya
  8. Ketoasidosis diabetik (komplikasi gula darah tinggi pada diabetes tipe 1)
  9. Cedera kepala
  10. Pergi ke ketinggian lebih dari 6.000 kaki.

Gejala Hiperventilasi

Hiperventilasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan tingkat ventilasi paru-paru, yang dapat menyebabkan penurunan kadar karbon dioksida (CO2) dalam darah. Berikut adalah beberapa gejala hiperventilasi:

  1. Sesak Napas: Penderitanya mungkin merasa sulit untuk bernapas dan mengalami kecepatan pernapasan yang tinggi.
  2. Pusing atau Pingsan: Hiperventilasi dapat menyebabkan penurunan kadar CO2 dalam darah, yang dapat mengakibatkan pusing atau bahkan pingsan.
  3. Kebas atau Kesemutan: Perubahan tingkat CO2 juga dapat mempengaruhi sirkulasi darah, menyebabkan kebas atau kesemutan pada tangan dan kaki.
  4. Detak Jantung Cepat: Pernapasan yang cepat dapat meningkatkan detak jantung, dan penderitanya mungkin merasa jantung berdebar.
  5. Rasa Gelisah atau Panik: Hiperventilasi seringkali dapat disertai rasa cemas, panik, atau ketakutan yang intens.
  6. Nyeri Dada atau Kram Otot: Beberapa orang yang mengalami hiperventilasi mungkin merasakan nyeri dada atau kram otot sebagai respons terhadap perubahan kadar CO2.
  7. Mengantuk atau Lemah: Meskipun tidak umum, beberapa orang mungkin merasa mengantuk atau lemah sebagai hasil dari hiperventilasi.
  8. Mulut Kering atau Kesulitan Menelan: Perubahan dalam pola pernapasan dapat menyebabkan mulut kering atau kesulitan menelan.
  9. Tremor atau Gemetar: Peningkatan pernapasan dapat menyebabkan tubuh mengalami tremor atau gemetar.

Jika seseorang mengalami gejala-gejala hiperventilasi, langkah pertama yang dapat diambil adalah mencoba untuk mengendalikan pernapasan dengan cara mengambil napas perlahan dan dalam, serta menghembuskannya secara perlahan.

Jika gejala terus berlanjut atau memburuk, segera cari pertolongan medis. Penting untuk mencari bantuan jika seseorang mengalami hiperventilasi yang disertai dengan nyeri dada atau kesulitan bernapas yang berat.

Cara Mengatasi Hiperventilasi

1. Bernapas dengan Mengerucutkan Bibir

Bernafas dengan bibir membantu mengatasi sindrom hiperventilasi. Anda melakukan ini dengan mengerucutkan bibir sama seperti ketika meniup lilin ulang tahun.

Tarik napas dari hidung, bukan melalui mulut. Lalu buang napas melalui celah kecil di antara bibir. Ulangi sampai anda merasa lebih baik.

2. Bernapas Perlahan dengan Bantuan Kantong Kertas

Cara lainnya yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi hiperventilasi adalah bernapas dengan menggunakan kantong kertas.

Metode ini sangat efektif karena udara menumpuk di dalam tas sehingga Anda bisa bernapas lagi. Namun, jika tidak ada kertas atau kantong plastik, Anda juga bisa memegang tangan seperti mangkuk untuk menahan napas.

3. Bernapas Dalam-dalam

Untuk membantu diri Anda agar lebih tenang saat mengalami hiperventilasi, cobalah untuk bernapas dalam-dalam.

Cobalah bernapas dalam-dalam melalui hidung dan tahan selama 10 hingga 15 detik sebelum menghembuskan napas melalui mulut.

4. Akupunktur

Akupunktur bisa menjadi salah satu pengobatan yang cukup efektif untuk mengatasi sindron hiperventilasi. Jika anda menderita hiperventilasi setiap kali Anda panik, cari ahli akupunktur untuk terapi.

Dikutip dari Healthline ada sebuah penelitian yang menemukan bukti bahwa akupunktur membantu mengurangi kecemasan dan keparahan hiperventilasi.

5. Obat-obatan

Tergantung pada tingkat keparahannya, dokter biasanya akan meresepkan berbagai obat untuk mengatasi kekambuhan kondisi ini. Beberapa obat yang biasanya diresepkan untuk pengobatan hiperventilasi adalah:

  • Alprazolam (Xanax)
  • Doxepin (Silenor)
  • Paroxetine (Paxil).

Sebaiknya, coba semua cara dan temukan cara mana yang kira-kira paling efektif untuk Anda.

Diagnosis Hiperventilasi

Diagnosis hiperventilasi biasanya didasarkan pada riwayat klinis dan gejala yang dialami oleh pasien. Dokter mungkin melakukan serangkaian pertanyaan dan pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah seseorang mengalami hiperventilasi. Beberapa langkah yang dapat diambil dalam mendiagnosis hiperventilasi melibatkan:

1. Wawancara Medis (Riwayat Kesehatan)

Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami pasien, termasuk jenis dan durasi gejala, serta faktor-faktor pemicu atau pemberat.

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi kondisi umum pasien, termasuk pernapasan, detak jantung, tekanan darah, dan gejala-gejala lain yang dapat terkait dengan hiperventilasi.

3. Tes Darah

Tes darah dapat membantu menilai tingkat oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Peningkatan kadar oksigen dan penurunan kadar karbon dioksida dapat menjadi indikator hiperventilasi.

4. Pemeriksaan Paru-paru

Jika diperlukan, tes fungsi paru-paru dapat membantu mengevaluasi bagaimana pasien melakukan pernapasan dan apakah ada kelainan yang memengaruhi pernapasan.

5. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)

Ini mungkin diperlukan untuk mengecualikan masalah jantung atau gangguan irama jantung yang dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan hiperventilasi.

6. Pemeriksaan Neurologis

Dalam beberapa kasus, pemeriksaan neurologis mungkin diperlukan untuk mengecualikan gangguan neurologis sebagai penyebab gejala.

Penting untuk mendiskusikan gejala dan riwayat kesehatan secara terbuka dengan dokter untuk membantu dalam proses diagnosis.

Jika dokter mencurigai adanya kondisi lain atau jika gejala berlanjut atau memburuk, pemeriksaan lanjutan atau konsultasi dengan spesialis mungkin diperlukan.

Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika Anda atau seseorang mengalami gejala yang mencurigakan atau membutuhkan perhatian medis segera.

Pencegahan Hiperventilasi

Hiperventilasi dapat dicegah dengan cara mempelajari beberapa teknik pernapasan dan juga realaksasasi seperti meditasi, latihan pernapasan (latihan pernapasan alternatif, pernapasan perut bagian dalam, pernapasan seluruh tubuh), latihan mental atau fisik (Tai Chi, yoga), dan olahraga teratur.

Jika terkena gejala hiperventilasi, tetaplah tenang dan mulai penanganan dengan melakukan perawatan di rumah lebih dulu.

Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa penyakit mungkin memerlukan perawatan medis jika hiperventilasi sebenarnya disebabkan oleh kondisi tertentu.

Demikianlah penjelasan tentang Hiperventilasi dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa.

Baca juga artikel lainnya :