Pengertian Evaluasi Pembelajaran – Sebagai guru, pekerjaan khusus Bapak/Ibu ialah mengajarkan. Aktivitas evaluasi yang sudah diadakan, selalu harus dipelajari supaya dapat menjadi bahan pembaruan pada evaluasi seterusnya. Nach, pada artikel berikut Website akan mengulas penilaian evaluasi untuk Bapak/Ibu. Silahkan, baca ulasannya.
Pemahaman Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran ialah proses untuk memperoleh data dan info yang dibutuhkan dalam tentukan seberapa jauh dan bagaimana evaluasi yang sudah jalan supaya bisa membuat penilaian (judgement) dan pembaruan yang diperlukan untuk mengoptimalkan hasilnya.
Pengertian di atas dilandasi oleh opini Mahrens dan Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013, hlm. 3) yang mengatakan jika penilaian ialah sesuatu proses berencana, mendapat dan sediakan info yang dibutuhkan untuk membikin alternative-alternatif keputusan.
Istilah penilaian evaluasi kerap disamaartikan ujian. Walau benar-benar terkait, namun tidak meliputi keseluruhnya arti penilaian evaluasi yang sebetulnya. Ujian atau test hanya salah satunya jalan yang bisa dilakukan untuk jalankan proses penilaian.
Beberapa Istilah Evaluasi Pembelajaran
Untuk menghindar dari beragam mispersepsi yang umum terjadi dalam penilaian, berikut pemahaman istilah atau terminologi yang umum dipakai dalam penilaian dan pengukur, mencakup: test, pengukur (measurement), penilaian, dan asesmen (assesment) menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk, 2015, hlm. 3).
1. Test
Istilah yang paling sempit pengertiannya dari ke-4 istilah yang lain, yakni membuat dan ajukan beberapa pertanyaan yang perlu dijawab. Sebagai hasil jawabnya didapat sebuah ukuran (nilai angka) dari seorang.
2. Pengukur
Pengertiannya jadi lebih luas, yaitu dengan memakai pengamatan rasio peringkat atau alat yang lain membuat kita bisa mendapat info berbentuk jumlah. bermakna pengukur secara berdasar pada score yang didapat.
3. Penilaian
Proses pelukisan dan pembaruan info yang bermanfaat untuk memutuskan alternative. Penilaian dapat meliputi makna test dan pengukur dan juga bisa bermakna di luar ke-2 nya. Hasil Penilaian dapat memberikan keputusan yang professional. Seorang bisa menilai baik sama data kuantitatif atau kualitatif.
4. Asesmen
Dapat dipakai untuk memberikan diagnosis pada problem seorang. Dalam artian dia ialah persamaan kata dengan penilaian. Tetapi yang penting ditegaskan di sini jika yang bisa dipandang atau dipelajari ialah watak dari seorang, terhitung kekuatan akademis, kejujuran, kekuatan untuk memburu, dll.
Selainnya sesuatu proses untuk menyaksikan performa evaluasi, penilaian berperan sebagai pembikin keputusan. Proses penilaian bukan hanya menghitung seberapa jauh arah terwujud, tapi dipakai untuk membikin keputusan (Cornbach dan Stufflebeam dalam Arikunto, 2016, hlm. 3).
Pemahaman Evaluasi Pembelajaran Menurut Beberapa Pakar
Lalu sebenarnya apa penilaian itu? Berikut beberapa opini pakar berkenaan pemahaman penilaian evaluasi.
1. Arikunto
Penilaian sebuah proses penghimpunan data untuk tentukan seberapa jauh, dalam soal apa, dan sisi mana arah pendidikan bisa terwujud (Arikunto, 2016, hlm. 3).
2. Rina Febriana
Penilaian evaluasi ialah sesuatu proses berkesinambungan mengenai penghimpunan dan pengartian info, dalam memandang (assessment) keputusan yang dibikin untuk membuat sesuatu mekanisme evaluasi (Febriana, 2019, hlm. 1).
3. Zainal Bijakin
Menurut Bijakin (2017, hlm. 2) penilaian ialah sesuatu bagian utama dan tahapan yang perlu dilakukan oleh guru untuk ketahui keefektifan evaluasi.
4. Ralph Tyler
Tyler dalam Arikunto (2016, hlm. 3) mendeskripsikan jika penilaian evaluasi sebuah proses penghimpunan data untuk temukan seberapa jauh, dalam soal apa, dan sisi mana arah pendidikan telah terwujud.
5. Norman E. Gronlund
Menurut Gronlund (1976) dalam (Purwanto, 2013, hlm. 3) penilaian ialah sesuatu proses yang struktural untuk tentukan atau membuat keputusan sampai seberapa jauh tujuan-tujuan evaluasi sudah diraih oleh pelajar.
6. Wringth
Wringht dkk memiliki pendapat penilaian pendidikan ialah penaksiran pada perkembangan dan perkembangan pelajar ke tujuan-tujuan atau beberapa nilai yang sudah diputuskan dalam kurikulum (Wringth dkk dalam Purwanto, 2013, hlm. 3).
Posisi Penilaian Dalam Evaluasi
Lantas apa dan bagaimana sebenarnya posisi penilaian dalam evaluasi? Untuk ketahuinya, kita dapat mengarah pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 mengenai Mekanisme Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1 yang mengatakan jika “penilaian dilaksanakan dalam rencana pengaturan kualitas pendidikan secara nasional sebagai wujud responsibilitas pelaksana pendidikan ke beberapa pihak memiliki kepentingan, salah satunya pada peserta didik, instansi dan program pendidikan”.
Hingga posisi penilaian pendidikan meliputi semua elemen, proses penerapan dan produk pendidikan secara keseluruhan, dan didalamnya minimal terakomodir tiga ide, yaitu: memberikan pemikiran (judgement), nilai (value), dan makna (worth).
Arah Penilaian Hasil Belajar
Arah dari penilaian hasil belajar tentu saja sama bergesekan dengan arah penilaian belajar dan evaluasi yang dilakukan. Penilaian sebagai aspek khusus yang menjadi satu diantara parameter kesuksesan proses evaluasi.
Maka dari itu, penting untuk betul-betul ketahui arah penilaian, supaya hal yang ingin diraih pada proses penilaian bisa terjadi. Arah penilaian hasil belajar menurut Bijakin (2017, hlm. 15) ialah seperti berikut.
- Ketahui tingkat kepenguasaan peserta didik pada materi yang sudah diberi.
- Ketahui kemahiran, motivasi, talenta, ketertarikan dan sikap peserta didik pada program evaluasi.
- Ketahui tingkat perkembangan dan kecocokan hasil belajar peserta didik standard kapabilitas dan kapabilitas dasar yang sudah diputuskan.
- Menganalisis keunggulan dan kekurangan peserta didik dalam meng ikuti aktivitas evaluasi.
- Penyeleksian, yakni pilih dan tentukan peserta didik yang sesuai tipe pendidikan tertentu.
- Tentukan peningkatan kelas.
- Tempatkan peserta didik sesuai kekuatan yang dipunyainya.
Arah Penilaian Evaluasi
Disamping itu, arah penilaian dalam evaluasi menurut Nana Sudjana (2017, hlm. 4) ialah seperti berikut.
- Menggambarkan kemahiran belajar beberapa pelajar hingga bisa dijumpai kekurangan dan keunggulannya dalam beragam sektor study atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
- Ketahui kesuksesan proses pendidikan dan edukasi di sekolah, yaitu sejauh mana keefektifannya dalam mengganti perilaku beberapa pelajar ke arah pendidikan yang diharap.
- Tentukan tindak lanjut hasil penilaian, yaitu lakukan pembaruan dan pembaruan dalam soal program pendidikan dan edukasi dan taktik realisasinya.
- Memberikan pertanggungjawaban dari faksi sekolah ke beberapa pihak yang memiliki kepentingan.
Peranan Penilaian Evaluasi
Selainnya beragam arah di atas, keutamaan penilaian dalam evaluasi bisa disaksikan dari peranan atau manfaat yang dipunyainya. Menurut Bijakin (2017, hlm. 15) peranan atau manfaat yang dipunyai oleh penilaian evaluasi ialah seperti berikut.
1. Peranan Formatif
Untuk memberikan operan balik ke guru sebagai dasar untuk membenahi proses evaluasi dan melangsungkan program remedial bila dibutuhkan untuk peserta didik.
2. Peranan Sumatif
Yakni tentukan nilai perkembangan atau hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan ke beragam faksi, penetapan peningkatan kelas, dan penetapan lulus tidaknya peserta didik.
3. Peranan Diagnostik
Untuk pahami background mencakup latar psikis, fisik, dan lingkungan peserta didik yang alami kesusahan belajar, yang hasilnya bisa dipakai sebagai dasar dalam pecahkan kesusahan-kesulitan itu.
4. Peranan Peletakan
Yakni tempatkan peserta didik pada kondisi evaluasi yang pas (misalkan dalam tentukan program spesialis) sesuai tingkat kekuatan peserta didik.
Dalam pada itu peranan penilaian menurut Sudjana (2017, hlm. 3) digolongkan jadi tiga peranan, yaitu seperti berikut.
- Alat untuk ketahui terwujud-tidaknya arah perintahonal.
- Operan balik untuk pembaruan proses mengajar-belajar.
- Dasar dalam membuat laporan perkembangan belajar pelajar ke beberapa orang tuanya.
Konsep Evaluasi
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 mengenai Standard Penilaian Pendidikan pasal 5, diterangkan jika konsep penilaian atau penilaian hasil belajar diantaranya ialah seperti berikut.
- Sah, yang bermakna penilaian didasari pada data yang menggambarkan kekuatan yang diukur.
- Obyektif, bermakna penilaian didasari pada proses dan persyaratan yang terang, tidak dikuasai subjektivitas penilai.
- Adil, bermakna penilaian tidak memberikan keuntungan atau bikin rugi peserta didik karena berkebutuhan khusus dan ketidaksamaan background agama, suku, budaya, tradisi istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
- Terintegrasi, bermakna penilaian sebagai salah satunya elemen yang tidak terpisah dari aktivitas evaluasi.
- Terbuka, bermakna proses penilaian, persyaratan penilaian, dan dasar proses pengambilan keputusan bisa dijumpai oleh faksi yang memiliki kepentingan.
- Lengkap dan berkaitan, bermakna penilaian meliputi semua faktor kapabilitas dengan memakai beragam tehnik penilaian yang sama sesuai, untuk mengawasi dan memandang perubahan kekuatan peserta didik.
- Struktural, bermakna penilaian dilaksanakan dengan merencanakan dan setahap dengan meng ikuti beberapa langkah baku.
- Beracuan persyaratan, bermakna penilaian didasari pada ukuran perolehan kapabilitas yang diputuskan.
- Akuntabel, bermakna penilaian bisa dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, proses, tehnik, tehnik, atau hasilnya.
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Disaksikan dari elemen evaluasi, pendekatan penilaian bisa dipisah dua, yakni pendekatan tradisionil dan pendekatan mekanisme.
1. Pendekatan Tradisionil
Menurut Bijakin (2017, hlm. 85-86) pendekatan penilaian tradisionil fokus pada praktek penilaian yang sudah jalan sejauh ini di sekolah yang diperuntukkan pada perubahan faktor cendekiawan peserta didik. Aspek ketrampilan dan peningkatan sikap kurang memperoleh perhatian yang serius.
Dalam kata lain, peserta didik cuma dituntut untuk kuasai mata pelajaran. Beberapa kegiatan penilaian lebih diprioritaskan pada elemen produk saja, sedangkan elemen proses condong diacuhkan. Hasil pengkajian Spencer cukup memberikan deskripsi begitu keutamaan penilaian evaluasi.
2. Pendekatan Mekanisme
Penilaian pendekatan mekanisme ialah penilaian yang sudah dilakukan lewat mekanisme atau totalitas dari beragam elemen yang sama-sama terkait dan keterikatan. Elemen penilaian yang diartikan mencakup elemen keperluan dan feasibility, elemen input, elemen proses, dan elemen produk (Bijakin, 2017, hlm. 86).
Stuffebeam mempersingkatnya sebagai CIPP, yaitu context, input, process, product. Beberapa komponen ini harus jadi dasar pemikiran dalam penilaian evaluasi secara struktural. Berlainan lewat pendekatan tradisionil yang cuma sentuh elemen produk saja.
Gampangnya pendekatan ini bukan hanya pertimbangkan penilaian kognitif atau kepenguasaan mata pelajaran saja. Tetapi mengikutsertakan semua elemen yang terdapat, misalkan keaktifan, afeksi, watak, atau beragam elemen yang lain diperlukan pada suatu evaluasi.
Tipe Evaluasi dalam Pembelajaran
Mengulas tipe penilaian sebenarnya sangat tergantung dari pembanding atau dikotomi apakah yang dipakai dalam membandingkan macamnya. Tetapi, secara umum penilaian dalam evaluasi biasa dibagi dari sisi tehnik lebih dulu. Selanjutnya, masing-masing tehnik akan mempunyai penilaian dan alat penilaian yang beda juga.
Menurut (Arikunto, 2016, hlm. 41) Tehnik penilaian dipisah jadi dua, yaitu tehnik test dan tehnik non-tes. Berikut penuturannya.
1. Penilaian Test
Test sebagai sesuatu alat pengumpul info, tapi bila dibanding beberapa alat lainnya, test memiliki sifat lebih sah karena sarat dengan batasbatasan. Test memiliki peranan double, untuk menghitung peserta didik dan untuk menghitung kesuksesan program edukasi.
Menurut Heaton (dalam Bijakin, 2017, hlm. 118) membagikan test jadi empat sisi, yaitu test prestasi belajar, test kepenguasaan, test talenta, dan test diagnostik.
Untuk lengkapi pembagian tipe test itu, Brown menambah satu tipe test kembali yang disebutkan test peletakan. Masing-masing keterangan berkenaan tipe test itu sama dengan keterangan peranan penilaian yang sudah diterangkan awalnya di atas.
Penilaian tipe test sendiri bisa dipisah minimal jadi dua tipe, yaitu: test rincian (esai), dan test obyektif. Berikut paparannya.
2. Test Wujud Rincian (Esai)
Disebutkan wujud rincian, karena menuntut peserta didik untuk merinci, mengordinasikan dan mengatakan jawaban dengan ucapannya sendiri berbentuk, tehnik, dan style yang beda satu sama yang lain. Disaksikan dari luas atau sempitnya materi yang dipastikan, wujud test rincian bisa dipisah jadi dua tipe, yaitu seperti berikut.
- Rincian Terbatas
Dalam menjawab masalah wujud rincian terbatas ini, peserta didik harus menyampaikan beberapa hal tertentu sebagai batasan-batasnya.
Meskipun kalimat jawaban peserta didik itu beragam macam, harus tetap ada pokok-pokok penting yang ada dalam klasifikasi jawabnya sesuai batasan-batas yang sudah ditetapkan dan diinginkan dalam masalahnya.
- Rincian Bebas
Peserta didik bebas untuk menjawab masalah dengan dan klasifikasi sendiri. Peserta didik bebas menyampaikan opini sesuai kekuatannya. Maka dari itu, tiap peserta didik memiliki langkah dan klasifikasi yang berbeda. Tetapi, guru harus tetap memiliki referensi dan dasar dalam koreksi jawaban peserta didik kelak.
3. Test Obyektif
Test obyektif ialah pengukur yang berdasar pada penilaian atas kekuatan pelajar dengan masalah menerangkan jawaban yang betul atau yang keliru masalah dengan berat nilai permanen. Dalam test ini subjektivitas guru saat lakukan pemberian nilai tidak turut mengambil sisi atau turut punya pengaruh. Terdapat bermacam jenis test obyektif mencakup beberapa macam berikut ini.
- Test Opsi Alternative. Wujud test opsi alternative diikuti oleh butir masalah yang di ikuti oleh dua penilaian. Dari 2 opsi pelajar disuruh pilih salah satunya yang dipandang paling tepat.
- Test Opsi Double. Test tipe opsi double ialah sesuatu wujud test dengan jawaban ada atas 3 atau 4 dan pilihan opsinya dan cuman satu jawaban yang akurat.
- Test Obyektif Memasangkan. Masalah wujud memasangkan atau memasang terbagi dalam sesuatu premis, sesuatu daftar adanya kemungkinan jawaban, dan sesuatu panduan untuk memasangkan masing-masing premis itu dengan sesuatu adanya kemungkinan jawaban. Umumnya nama, tanggal/tahun, istilah, phrase, pengakuan, sisi dari grafik, dan semacamnya dipakai sebagai premis.
- Test Wujud Betul atau Salah. Betul Test salah benar ditegaskan memiliki kandungan atau tidak kebenaran dalam pengakuan yang akan dipandang peserta didik. Peseta didik menjawab dengan memutuskan apa pengakuan yang dihidangkan itu benar atau salah dalam makna memiliki kandungan atau mungkin tidak memiliki kandungan kebenaran.
4. Penilaian Non Test
Menurut Hasyim (dalam Zein dan Darto, 2012, hlm.47) penilaian non tes ialah penilaian yang menghitung kekuatan peserta didik langsung dengan beberapa tugas yang riel. Penilaian non test mempunyai karakter yang semakin lebih mendalam, maknanya bisa dipakai untuk memandang beragam faktor dari pribadi hingga bukan hanya untuk memandang faktor kognitif, tapi juga faktor afektif dan psikomotorik, yang dipandang saat proses pelajaran berjalan (Sudjana. 2017, hlm. 67).
Beberapa macam penilaian non test menurut Arikunto (2016, hlm. 41) ialah seperti berikut.
- Rasio Bertingkat. Rasio memvisualisasikan sesuatu nilai yang berwujud angka pada suatu hal hasil pemikiran. Seperti Oppenheim menjelaskan “Peringkat gives a numerical nilai to some kind of judgement” karena itu sesuatu rasio selalu dihidangkan berbentuk angka.
- Angket. Angket ialah sebuah lis pertanyaan yang perlu diisikan oleh orang yang hendak diukur (informan). Angket sebagai instrument penilaian nontes yang berusaha menghitung diranah afektif dalam kelas atau di luar kelas.
- Daftar Pas. Yaitu jejeran pengakuan (yang umumnya singkat-singkat), di mana informan yang dipelajari tinggal membubuhkan pertanda pas (√ ) di tempat yang telah disiapkan.
- Interviu. Sebagai sesuatu langkah yang dipakai untuk memperoleh jawaban dari informan dengan tanya-jawab sepihak. Disebutkan sepihak karena saat interviu ini informan tidak dikasih peluang benar-benar untuk ajukan pertanyaan.
- Penilaian atau Pengamatan. Penilaian atau pengamatan ialah tehnik penilaian yang sudah dilakukan oleh pengajar dengan memakai indra langsung. Penilaian atau pengamatan merupaka sesuatu aktivitas yang sudah dilakukan untuk menyaksikan seberapa jauh penerapan sesuatu perlakuan sudah dilakukan dan untuk menilai keakuratan perlakuan yang sudah dilakukan. Penilaian dilaksanakan langkah memakai instrument (formulir) yang telah direncanakan awalnya.
Faktor Evaluasi Pembelajaran
Saat lakukan penilaian, guru harus merujuk pada aspek ini.
- Faktor berpikiran, misalkan intelegensi, langkah peserta didik memproses tiap info, konsep pertimbangan, dan lain-lain.
- Hati sosial, misalkan langkah menyesuaikan pada lingkungan, langkah berbicara dengan guru atau rekan, langkah bersosial di sekolah, dan lain-lain.
- Kepercayaan sosial dan kewarganegaraan, misalkan penglihatan peserta didik mengenai keadaan Indonesia sekarang.
- Budaya dan seni, misalkan bagaimana kesayangan peserta didik pada seni atau budaya.
- Ketertarikan, talenta, dan hoby, misalkan kreasi di kelas.
Demikian artikel kali ini. Semoga artikel ini dapat membantu kamu untuk mempelajari Evaluasi Pembelajaran lebih baik lagi. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Baca juga artikel lainnya :
- Pengertian Gentamicin
- Pengertian Peta Minda
- Pengertian Globe
- Pengertian Ceramah
- Pengertian Framework
- Pengertian Sitoplasma
- Pengertian Brugada Syndrome
- Pengertian Fisura