Pengertian Bullying – Pada ketika candaan yang tidak mengasyikkan terus dilaksanakan berulang kali dan menciptakan anak tersakiti, maka candaan tersebut bisa disebut menjadi bullying. Anak-anak kita barangkali sering bercandaan dengan teman-teman lainnya.
Terkadang mengolok-olok satu sama lain ialah hal yang dirasakan biasa. Namun, tahukah anda bila tindakan itu dapat termasuk dalam kelompok bullying? Sebenarnya bullying tersebut apa, ya? Yuk, cari tahu supaya kita tidak menjadi pembully ataupun korban bullying!
Pengertian Bullying
Bullying adalah suatu perbuatan atau perilaku yang dilaksanakan dengan teknik menyakiti dalam format fisik, verbal atau emosional/ psikologis oleh seseorang atau kumpulan yang merasa lebih kuat untuk korban yang lebih lemah jasmani ataupun mental secara berulang-ulang tanpa terdapat perlawanan dengan tujuan menciptakan korban menderita.
Istilah bullying berasal dari bahasa Inggris, yakni “bull” yang berarti banteng. Secara etimologi kata “bully” berarti penggertak, orang yang mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia dinamakan “menyakat” yang dengan kata lain mengganggu, mengusik, dan menghalangi orang lain (Wiyani, 2012).
Perilaku bullying melibatkan kekuatan dan dominasi yang tidak seimbang, sampai-sampai korbannya berada dalam suasana tidak dapat mempertahankan diri secara efektif guna melawan perbuatan negatif yang diterimanya.
Bullying mempunyai pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan dampak perilaku bullying ialah depresi sebab mengalami penindasan, menurunnya minat untuk menggarap tugas-tugas sekolah yang diserahkan oleh guru, dan menurunnya minat guna mengikuti pekerjaan sekolah.
Sedangkan dampak yang dimunculkan dalam jangka panjang dari penindasan ini laksana mengalami kendala dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, tidak jarang kali memiliki kegelisahan akan menemukan perlakuan yang tidak mengasyikkan dari teman-teman sebayanya (Berthold dan Hoover, 2000).
Berikut ini sejumlah pengertian dan definisi bullying dari sejumlah sumber buku:
- Berdasarkan keterangan dari Olweus (2005), bullying ialah sebuah perbuatan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilaksanakan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari masa-masa ke masa-masa terhadap seorang korban yang tidak dapat menjaga dirinya dengan gampang atau sebagai suatu penyalahgunaan kekuasaan/ kekuatan secara sistematik.
- Menurut keterangan dari Wicaksana (2008), bullying ialah kekerasan jasmani dan psikologis jangka panjang yang dilaksanakan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang tidak dapat mempertahankan dirinya dalam kondisi di mana terdapat hasrat guna melukai atau menakuti orang tersebut atau menciptakan dia tertekan.
- Black dan Jackson (2007), bullying adalah perilaku agresif tipe proaktif yang di-dalamnya ada aspek kesengajaan guna mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, keterampilan kognitif, keterampilan, maupun kedudukan sosial, serta dilaksanakan secara berulang-ulang oleh satu atau sejumlah anak terhadap anak lain.
- Sejiwa (2008), menyatakan bullying merupakan sebuah kondisi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/ kekuasaan jasmani maupun mental yang dilaksanakan oleh seseorang/ sekelompok, dan dalam kondisi ini korban tidak dapat membela atau menjaga dirinya.
- Rigby (1994), mengatakan bullying ialah sebuah hasrat guna menyakiti yang ditunjukkan ke dalam aksi secara langsung oleh seseorang atau kumpulan yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, seringkali berulang, dan dilaksanakan secara senang bertujuan untuk menciptakan korban menderita.
Baca juga: Sosiologi : Pengertian, Sejarah, Teori, Ciri, Objek dan Fungsinya
Unsur-unsur Bullying
Berdasarkan keterangan dari Coloroso (2006), ada empat bagian dalam perilaku bullying untuk seseorang, yakni sebagai berikut:
- Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying bisa saja orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam kedudukan sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang sama. Sejumlah besar kumpulan anak yang mengerjakan bullying dapat membuat ketidakseimbangan.
- Niat guna mencederai. Bullying berarti mengakibatkan kepedihan emosional atau luka fisik, membutuhkan tindakan guna dapat melukai, dan memunculkan rasa senang di hati sang pelaku saat menonton luka tersebut.
- Ancaman agresi lebih lanjut. Baik pihak pelaku maupun pihak korban memahami bahwa bullying bisa dan bisa jadi akan terjadi kembali. Bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi sekali saja.
- Teror. Bullying ialah kekerasan sistematik yang dipakai untuk mengintimidasi dan merawat dominasi. Teror yang menusuk tepat di jantung korban bukan hannya adalahsebuah teknik untuk menjangkau tujuan perbuatan bullying, teror itulah yang adalah tujuan dari perbuatan bullying tersebut.
Jenis dan Bentuk Bullying
Berdasarkan keterangan dari Coloroso (2006), perilaku bullying bisa dikelompokkan menjadi empat bentuk, yaitu:
1. Bullying Secara Verbal
Bullying dalam format verbal ialah bullying yang sangat sering dan gampang dilakukan. Bullying ini seringkali menjadi mula dari perilaku bullying yang lainnya serta bisa menjadi tahapan kesatu mengarah ke pada kekerasan yang lebih lanjut.
Contoh bullying secara verbal antara beda yaitu: julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.
2. Bullying Secara Jasmani
Bullying ini sangat tampak dan gampang untuk diidentifikasi, tetapi kejadian bullying secara jasmani tidak sejumlah bullying dalam format lain. Remaja yang secara teratur mengerjakan bullying dalam format fisik sering adalah remaja yang sangat bermasalah dan ingin akan berpindah pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
Contoh bullying secara jasmani adalah: memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan dagangan milik anak yang tertindas, dan lain-lain.
3. Bullying Secara Relasional
Bullying secara relasional dilaksanakan dengan menyimpulkan relasi-hubungan sosial seseorang dengan destinasi pelemahan harga diri korban secara sistematis melewati pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Bullying dalam format ini sangat sulit dideteksi dari luar.
Contoh bullying secara relasional ialah perilaku atau sikap-sikap yang tersembunyi laksana pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengolok-olok dan bahasa tubuh yang mengejek.
4. Bullying Elektronik
Bullying elektronik merupakan format perilaku bullying yang dilaksanakan pelakunya melewati sarana elektronik laksana komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya.
Biasanya ditujukan guna meneror korban dengan memakai tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.
Baca juga: Microsoft Word : Pengertian, Sejarah, Manfaat, Fitur dan Ekstensinya
Ciri Pelaku dan Korban Bullying
Ciri-ciri pelaku bullying ialah memiliki dominasi yang lebih tinggi sampai-sampai pelaku dapat menata orang beda yang dirasakan lebih rendah. Berdasarkan keterangan dari Astuti (2008), ciri-ciri pelaku bullying antara lain ialah sebagai berikut:
- Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial murid di sekolah.
- Menempatkan diri ditempat tertentu di sekolah atau sekitarnya.
- Merupakan figur populer di sekolah.
- Gerak-geriknya biasanya dapat ditandai, yaitu tidak jarang berjalan di depan, sengaja menabrak, berbicara kasar, menyepelekan atau melecehkan.
Sedangkan menurut keterangan dari Susanto (2010), ciri-ciri korban bullying antara lain ialah sebagai berikut:
- Secara sosial, korban tampak lebih mempunyai hubungan yang erat dengan orang tua mereka.
- Secara mental atau perasaan, korban menyaksikan diri mereka sendiri sebagai orang yang bebal dan tidak berharga, Kepercayaan diri mereka rendah dan tingkat kegelisahan sosial mereka tinggi.
- Secara fisik, korban ialah orang yang lemah, korban laki-laki lebih tidak jarang mendapat siksaan secara langsung, contohnya bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki, korban wanita lebih tidak jarang mendapat siksaan secara tidak langsung contohnya melalui ucapan-ucapan atau bullying verbal.
- Secara antar perorangan, walaupun korban sangat mengharapkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk mengawali kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial. Anak korban bullying kurang diacuhkan oleh pembina, sebab korban tidak bersikap aktif dalam suatu aktivitas.
- Secara akademis, korban tampak lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.
Baca juga: Paradigma : Pengertian, Teori, Pergeseran, Macam dan Contohnya
Peran dan Skenario Bullying
Berdasarkan keterangan dari Salmivalli (2010), terdapat sejumlah peran terjadinya skenario bullying di sekolah yakni sebagai berikut:
- Bully yakni pelaku langsung bullying. Siswa yang seringkali dikategorikan sebagai pemimpin, dia berinisiatif dan aktif tercebur dalam perilaku bullying.
- Assisting the bully yakni orang yang mendampingi temannya mengerjakan bullying. Dia pun terlibat aktif dalam perilaku bullying, tetapi ia ingin bergantung mengekor perintah bully.
- Reinforcing the bully ialah mereka yang menyokong temannya mengerjakan bullying. Ada saat kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban, mempengaruhi bully, menyuruh siswa beda untuk menyaksikan dan sebagainya.
- Defender ialah orang-orang yang berjuang membela dan menolong korban, tetapi biasanya mereka menjadi korban juga.
- Outsider ialah orang-orang yang tahu bahwa urusan tersebut terjadi, tetapi tidak mengerjakan apapun, seakan-akan tidak peduli pada korban sebab takut menjadi korban bully selanjutnya.
- Victim ialah orang yang biasanya menjadi sasaran bully. Mereka seringkali memiliki jasmani yang lemah, dan mempunyai suatu kelemahan sehingga tidak jarang menjadi korban bully.
Alasan Seseorang Melakukan Bullying
Para pelaku bully biasa menemukan kepuasan dari menindas orang. Ia merasa lebih powerful dan lebih berkuasa, sebab ada orang yang fobia pada dirinya. Bisa juga karena ia bakal mendapat popularitas disekolah sebab ditakuti oleh murid lainnya.
Padahal sebenarnya semua pembully ini bakal tidak digemari oleh orang-orang yang tidak setuju dengan tindakannya. Dan dalil lain mereka menindas ialah karena mereka iri pada keunggulan target bullying mereka atau merasa terancam sebab kehadiran seseorang.
Namun, ada pun orang yang mengerjakan bully sebab mereka masalah yang mengakibatkan mereka menindas untuk mengalirkan amarah mereka untuk orang lain. Biasanya pada pembully tidak menyadari dampak perbuatannya, sampai-sampai tidak merasa bersalah.
Banyak berpengalaman percaya bahwa pelaku bullying dapat jadi melakukan urusan tersebut karena mereka pun pernah merasakan hal yang sama di lingkungan lain.
Demikianlah penjelasan tentang Bullying dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi kalian, sampai jumpa..