Pengertian Banjir

Posted on

Pengertian Banjir – Banjir terdahsyat yang terjadi di bumi terdaftar dalam sejarah sudah merugikan sebesar 40.5 triliun rupiah, bahkan bisa membunuh sebanyak 4 juta manusia.

Bencana alam hidrometeorologi laksana banjir paling ditakuti oleh manusia. Hal ini diakibatkan karena banjir menimbulkan akibat atau kerugian yang besar. Beberapa negara di dunia pernah merasakan bencana ini dan menimbulkan akibat yang fantastis, bahkan memakan korban jiwa sampai ratusan ribu jiwa dalam sekali kejadian banjir.

Bencana alam ini terjadi tidak hanya tanpa alasan, tetapi memang diakibatkan oleh tidak sedikit faktor, baik dari hal alam maupun dari hal manusia. Manusia sebagai di antara agen dalam terjadinya bencana banjir pun sebetulnya dapat menanggulangi masalah ini bilamana melakukan pengendalian yang tepat.

Pengertian Banjir

Banjir adalah salah satu bencana alam yang menjadikan situasi daratan tergenang oleh aliran air dalam volume yang berlebihan. Berdasarkan keterangan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi banjir ialah “berair tidak sedikit dan deras, kadang-kadang meluap, air yang tidak sedikit dan mengalir deras, serta peristiwa terbenamnya daratan sebab volume air meningkat”.

Bencana banjir tidak melulu terjadi di perkotaan, wilayah pedesaan yang mempunyai wilayah resapan air yang luas pun bisa mengalaminya. Tentunya banjir di perkotaan dan pedesaan diakibatkan oleh faktor-faktor yang bertolak belakang dan menimbulkan akibat kerugian yang bertolak belakang pula.

Di kota-kota besar laksana Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bandung, peristiwa banjir seakan telah menjadi kegiatan tahunan yang datang saat musim hujan tiba. Sedangkan banjir di wilayah pedesaan umumnya diakibatkan oleh gundulnya hutan sampai-sampai debit air sungai meluap atau dapat disebut banjir bandang.

Penyebab Banjir

Baik di lingkungan padat warga dan pedesaan, banjir pada setiap wilayah diprovokasi oleh penyebab atau hal tertentu, yaitu hal alam dan hal manusia. Bencana hidrometeorologi ini diprovokasi oleh sekian banyak hal berikut:

1. Topografi Wilayah

Kondisi topografi ialah bentuk permukaan sebuah wilayah. Wilayah dengan topografi rendah atau dataran rendah lebih berisiko merasakan banjir dibandingkan wilayah dataran tinggi. Hal ini cocok dengan prinsip air, yaitu akan tidak jarang kali mengalir ke lokasi yang lebih rendah.

Banjir lazimnya terjadi di wilayah hilir kawasan wilayah aliran sungai (DAS). Karena dipastikan wilayah hilir memiliki elevasi yang lebih rendah dibandingkan wilayah hulu.

2. Intensitas Curah Hujan

Curah hujan yang tinggi dalam jangka masa-masa yang panjang akan menambah risiko banjir. Tingginya curah hujan pun dapat diprovokasi oleh gejala El Nino.

Volume air di daratan bakal meningkat sebab tanah mempunyai tingkat kejenuhan air dalam kadar tertentu. Air hujan yang jatuh ke daratan akan mengisi saluran-saluran air, laksana sungai. Jika volume air terlampau banyak, maka sungai bakal meluap dan memunculkan bencana banjir.

3. Daerah Resapan Air

Area resapan air laksana hutan kota dan ruang tersingkap hijau sangatlah dibutuhkan khususnya di perkotaan. Area-area itu dapat menjadi wilayah resapan air dan menangkal terjadinya banjir.

Namun sayangnya, pembangunan besar-besaran dilaksanakan tanpa mempertimbangkan lokasi resapan air. Apabila permukaan tanah tertutupi oleh beton atau aspal, maka air tidak bisa meresap dan bakal menggenang.

4. Aliran Sungai

Kelancaran aliran air pada got dan sungai pun menjadi hal terjadinya banjir atau tidak. Sungai serta parit yang diisi oleh sampah yang menumpuk bakal menghambat aliran air, sampai-sampai air bakal meluap ke daratan.

5. Kondisi Hutan

Hutan memberikan tidak sedikit manfaat untuk manusia dan lingkungan, tergolong dalam mengendalikan banjir. Pohon-pohon yang tumbuh di hutan berperan untuk menyangga dan menyerap air.

Jika situasi hutan bobrok dan gundul, baik sebab alih faedah lahan dan penebangan liar, maka akan berdampak kepada volume air pada aliran sungai unsur hilir.

6. Sistem Tata Kelola

Pengelolaan wilayah aliran sungai dan tata kota yang keliru dapat mengakibatkan bencana banjir. Pemerintah mesti menata dan menindak tegas segala sesuatu yang menyerahkan efek negatif untuk lingkungan dan menambah risiko banjir, contohnya pembangunan pemukiman di bantaran sungai, pemantauan proyek waduk, dan sebagainya.

Baca juga: Pengertian Kompetensi

Jenis-jenis Banjir

Bencana banjir dapat dipisahkan menjadi sejumlah jenis. Pembagian ini menurut sumber banjir yang tidak melulu berasal dari meluapnya air saja, tetapi ada sumber penyebab lainnya.

1. Banjir Biasa

Banjir air merupakan banjir yang diakibatkan oleh meluapnya air yang berasal dari sungai, danau, parit atau got yang mengenangi distrik sekitarnya. Banjir jenis ini ialah banjir yang tidak jarang terjadi dan dirasakan masyarakat. Pada umumnya, banjir air diakibatkan oleh debit air yang meningkat dampak hujan deras dalam masa-masa yang lama.

2. Banjir Rob

Banjir rob ialah genangan air yang terjadi di area pesisir dampak pasang surut air laut. Biasanya banjir ini terjadi di wilayah pinggiran pantai yang memiliki elevasi permukaan tanah dibawah permukaan air laut.

3. Banjir Bandang

Banjir bandang adalah jenis banjir yang paling berbahaya. Ketika banjir bandang terjadi, air bercampur dengan material lain, laksana lumpur, bebatuan, dan batang pohon bakal menciptakan kehancuran parah pada daerah-daerah yang dilewatinya.

Banjir ini datang secara tiba-tiba dan disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi di wilayah pegunungan serta pengaruh situasi hutan yang gundul.

4. Banjir Lahar Dingin

Banjir lahar dingin yaitu material letusan gunung api berupa abu, kerikil, pasir, dan bebatuan yang tersapu air hujan di unsur hulu dan turun melewati lereng gunung atau sungai-sungai.

Dampak dan Kerugian dari Banjir

Seperti bencana alam lainnya, baik gempa bumi, angin topan, tsunami, dan banjir tentu memunculkan dampak untuk manusia dan lingkungan. Kerugian pelajaran dan non pelajaran yang dirasakan juga akan menyerahkan trauma dalam jangka masa-masa tertentu. Berikut ini ialah beberapa akibat dari bencana banjir, antara lain:

1. Kerugian Materi

Arus banjir yang kuat bisa menyeret apapun yang dilewatinya. Harta benda laksana kendaraan, rumah, dan materi beda dapat hanyut dan hilang terbawa arus.

2. Sarana dan Prasarana Rusak

Sarana dan prasarana publik bakal lumpuh dampak kerusakan yang dimunculkan oleh banjir. Pemadaman listrik menjadi urusan yang akan dilaksanakan oleh PLN untuk meminimalisir risiko warga terpapar sengatan listrik. Sektor-sektor pelayanan publik pun akan lumpuh dan menyebabkan tidak bergeraknya ekonomi sehari-hari.

3. Mengganggu Aktivitas Manusia

Genangan air bakal menggangu pekerjaan manusia sehari-hari. Mobilitas masyarakat bakal terganggu, perekonomian bakal lumpuh dan pekerjaan belajar melatih tidak bisa dilakukan.

4. Ancaman Penyakit

Adanya banjir akan mengotori sumber-sumber air tanah sampai-sampai tidak pantas konsumsi. Di samping itu, sampah-sampah yang hanyut terbawa arus banjir bakal menimbulkan pelbagai penyakit, laksana penyakit kulit, diare, dan gangguan pencernaan. Setelah banjir surut, genangan-genangan air yang tersisa menjadi tempat kesayangan nyamuk guna bertelur.

5. Korban Jiwa

Bencana banjir yang parah akan menakut-nakuti nyawa manusia. Misalnya pada jenis banjir bandang atau banjir lahar dingin. Material-material padat bisa menghantam pemukiman penduduk dan memunculkan korban meninggal.

Baca juga: Pengertian Radikalisme

Keuntungan dari Banjir Untuk Alam dan Lingkungan

Dalam sudut pandang lain, banjir ternyata dapat memberi manfaat untuk alam dan lingkungan. Manfaat ini nantinya pun akan dinikmati oleh manusia. Berikut ini ialah keuntungan dari banjir untuk alam dan lingkungan, antara lain:

  • Mengisi ulang air tanah
  • Menyuburkan serta menyerahkan nutrisi untuk tanah
  • Banjir meluangkan air yang cukup untuk kawasan kering dan semi-kering dengan curah hujan yang tidak menentu sepanjang tahun
  • Air banjir tawar berperan urgen dalam menyeimbangkan ekosistem sungai dan menjadi hal utama menyeimbangkan keragaman makhluk hidup
  • Banjir membawa tidak sedikit nutrisi untuk telaga dan sungai yang bermanfaat untuk industri perikanan
  • Ikan memanfaatkan banjir guna berenang menggali habitat baru
  • Burung mendapatkan manfaat dari buatan pangan yang meledak sesudah banjir surut.

Cara Mengatasi Banjir

Manusia ialah agen yang bertugas untuk menanggulangi dan mengendalikan debit air supaya banjir tidak terjadi. Upaya ini mesti didukung oleh sekian banyak pihak supaya berhasil dan memberikan guna yang signifikan, yaitu:

  • Hilangkan kelaziman membuang sampah sembarangan ke aliran air laksana danau, sungai, got dan sebagainya. Tujuannya ialah agar aliran air tidak terhambat dan dapat berlangsung lancar
  • Melakukan pengerukan pada wilayah aliran air bilamana terjadi sedimentasi. Pengerukan ini bertujuan supaya volume tampung danau, sungai dan got dapat maksimal dan sebagai pekerjaan pembersihan sampah
  • Membuat sistem pengawasan dan peringatan banjir pada daerah-daerah yang dirasakan rawan banjir
  • Melakukan reboisasi atau penghijauan pada wilayah aliran sungai. Tujuannya ialah untuk memaksimalkan lokasi serapan tanah dan menangkal timbulnya erosi yang mengakibatkan pendangkalan
  • Membangun lokasi tampungan air, laksana tanggul atau waduk. Fungsinya ialah untuk menampung debit air yang bertambah serta bisa dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air saat musim kemarau
  • Menyediakan lokasi resapan air berupa ruang tersingkap hijau, taman kota, atau hutan kota yang dapat menangkal genangan air dan menjadi limpasan
  • Membuat biopori dan sumur resapan sebagai upaya untuk menciptakan air lebih cepat terserap ke dalam tanah dan tidak tergenang di permukaan
  • Penertiban pemukiman di distrik bantaran sungai mesti dilakukan, sebab dapat mengakibatkan pendangkalan dan meminimalisir daya tampung sungai.

Pemodelan Banjir

Pemodelan banjir melewati komputer menolong para pembuat kepandaian untuk memungut keputusan supaya dampak banjir bisa ditekan. Dengan adanya teknologi dalam bidang hidrologi ini, informasi tentang banjir bakal lebih cepat diterima dan disimulasikan.

1. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Untuk memetakan daerah-daerah dengan kerawanan banjir tertentu, sistem informasi geografis bisa digunakan. SIG akan mengucapkan informasi tentang tingat kerentanan banjir, menganalisa dan mengidentifikasi daerah-daerah dengan potensi banjir.

2. Soil and Water Assesment Tools (SWAT)

Soil And Water Assessment Tools (SWAT) ialah sistem yang dipakai untuk memprediksi sekian banyak dampak pengelolaan terhadap air, sedimen dan lainnya pada area DAS. SWAT pun dapat dipakai untuk memodelkan banjir dan menjad alat guna menilai kepandaian pengelolaan DAS.

Baca juga: Pengertian Kemiskinan

Banjir Terparah di Dunia dan Indonesia

Berdasarkan sejarah, berikut ini ialah banjir terbesar yang pernah terjadi di dunia. Puluhan ribu jiwa melayang dan kerugian ekonomi menjangkau triliunan menjadi daftar kelam.

  • Banjir Lumpur di Vargas, Venzuella – Banjir ini mengakibatkan 10% populasi di kota Vargas meninggal. Banjir lumpur yang menghantam pada tahun 1999 memunculkan kerugian sampai 40,5 triliun rupiah.
  • Banjir St. Lucia, Belanda – Sebanyak 80 ribu nyawa penduduk St. Lucia, Belanda melayang saat banjir ini terjadi di tahun 2000
  • Banjir China – Pada tahun 1931 terjadi tragedi mengerikan untuk negara tirai bambu ini. Sebab, air dari sungai Yangtze dan Huai meluap secara bersamaan dampak salju yang mencair. Aliran banjir yang deras menyapu kota dan mengakibatkan 4 juta insan meninggal dunia dan 28,5 juta insan harus merasakan kerugian jasmani dan material
  • Banjir St. Marcellus 1362 – Banjir ini melanda Belanda, Jerman dan Denmark pada tahun 1362 dan menewaskan 25 ribu jiwa
  • Banjir Dam Banqiou – Banjir ini deisebabkan oleh meluapnya Dam Banqiou pada tahun 1975 di China. Sebanyak 10 juta orang merasakan kerugian dan diduga 231 ribu jiwa meninggal dunia
  • Banjir All Saints – Sebagian distrik Belanda berada dibawah permukaan laut. Hal ini menjadikan wilayahnya berisiko tinggi terpapar banjir. Pada tahun 1570, Belanda dilanda banjir mematikan yang mengakibatkan 20 ribu jiwa melayang
  • Banjir St. Marcellus 1219 – Sebelum terjadi banjir di tahun 1362, St. Marcellus pun pernah merasakan banjir pada tahun 1219 yang mengakibatkan 36 ribu nyawa melayang
  • Banjir Guatemala Timur – Badai di Pasifik yang terjadi pada tahun 1419 menciptakan Guatemala dilanda banjir besar. Korban jiwa menjangkau 40 ribu orang dan menciptakan kehancuran yang paling parah
  • Banjir Tiajin – Meluapnya sungai Haihe di China pada tahun 1939 mengakibatkan banjir aprah di Tiajin. 20 ribu orang meninggal dan 14,7 juta lain merasakan kerugian pelajaran dan non materi
  • Banjir Jerman – Pada tahun 1717, tepatnya pada malam natal Jerman dihantam banjir besar. Dalam bencana ini, 14 ribu orang diadukan tewas dan jumlah itu sekitar 30% dari populasi kota Butjadingen di Jerman
  • Banjir Bandang Bukit Lawang (2003) – Banjir bandang yang menghantam Bukit Lawang di Langkat, Sumatera Utara menjadi bukti nyata andai penggundulan hutan tersebut berbahaya. Hujan deras menciptakan longsor disertai banjir dan menciptakan apa saja yang di depannya hanyut. Banjir ini menewaskan 129 orang, tergolong 7 penduduk asing yang berwisata dan 100 orang ditetapkan hilang
  • Banjir Bandang Jember (2006) – Banjir bandang dengan korban meninggal terbanyak terjadi di Jember, Jawa Timur. Bencana ini terjadi pada mula Januari 2016 sebab luapan Sungai Denoyo dan pun Sungai Kaliputih. Akibatnya, selama 51 orang meninggal dunia dan 30 orang lainnya merasakan luka berat
  • Banjir Jakarta (2007) – Jakarta memang dikenal sebagai kota langganan banjir. Banjir yang terjadi pada tahun 2007 silam menciptakan Jakarta digenangi air sampai ketinggian melebihi 3 meter. Bencana ini terjadi dampak tingginya curah hujan serta kiriman air dari 13 sungai yang mengarungi Jakarta. Banjir ini mengakibatkan 48 orang meninggal dunia di Jakarta dan 32 meninggal di Jawa Barat dan Banten
  • Banjir Bandang Wasior (2010) – Banjir bandang besar pernah terjadi di Wasior, Papua Barat. Banjir ini terjadi dampak luapan sungai Batang Sala yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy. Banjir bandang ini mengakibatkan 158 orang meninggal dan 145 orang lain ditetapkan hilang
  • Banjir Bandang Tangse (2011) – Banjir bandang di Tangse, Aceh mengakibatkan 24 orang meninggal dunia. Rata-rata korban yang meninggal dampak gelombang besar dari air yang meluap dan membawa ratusan log kayu hasil penebangan liar.

Demikianlah penjelasan tentang Banjir dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa..