Penganiayaan lansia

Senja yang Terluka: Realita Pilu Penganiayaan Lansia

Usia senja seharusnya menjadi fase kehidupan yang damai, penuh penghargaan, dan menikmati hasil jerih payah. Namun, di balik citra ideal tersebut, tersembunyi realita kelam: penganiayaan lansia. Fenomena ini, yang seringkali tak terlihat dan tak terungkap, adalah luka nyata pada martabat mereka.

Penganiayaan lansia bukan hanya sebatas kekerasan fisik. Ia mencakup kekerasan emosional/psikologis (seperti hinaan, ancaman, isolasi), penelantaran (tidak memberikan kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan), eksploitasi finansial (penipuan atau penggelapan uang pensiun/aset), hingga kekerasan seksual. Para lansia sering menjadi korban karena kerapuhan fisik, ketergantungan pada pengasuh, isolasi sosial, atau bahkan stigma usia yang membuat mereka dianggap lemah dan tidak berdaya.

Dampak penganiayaan sangat menghancurkan. Tidak hanya luka fisik yang terlihat, tetapi juga trauma psikologis mendalam, depresi, kecemasan, hingga hilangnya rasa percaya diri dan martabat. Kondisi ini memperburuk kesehatan mereka dan seringkali mempercepat penurunan kualitas hidup.

Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi mereka. Penting untuk meningkatkan kesadaran, mengenali tanda-tandanya (perubahan perilaku, luka yang mencurigakan, ketakutan berlebihan), dan berani melaporkan jika menemukan kasus. Dukungan komunitas, keluarga, dan pemerintah melalui layanan perlindungan lansia adalah kunci untuk memastikan setiap lansia dapat menjalani sisa hidupnya dengan aman, damai, dan bermartabat, bebas dari segala bentuk kekerasan. Mari jadikan usia senja sebagai waktu yang dihormati, bukan ditakuti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *