Jalan Berbayar Paksa: Jerat Pemalakan Sopir Truk
Di balik setiap roda truk yang berputar mengangkut logistik bangsa, tersimpan kisah pahit para sopir yang kerap menjadi korban pemalakan. Fenomena ini bukan hal baru, namun terus menjadi duri dalam daging yang mengancam keselamatan dan kesejahteraan mereka.
Praktik pemalakan umumnya terjadi di titik-titik rawan seperti daerah sepi, perbatasan antar wilayah, atau bahkan di pos-pos bayangan yang sengaja dibuat. Para pelaku, yang sering berkelompok, memanfaatkan intimidasi, ancaman, hingga kekerasan fisik jika permintaan mereka tidak dituruti. Mereka memaksa sopir menyerahkan sejumlah uang, rokok, atau bahkan sebagian muatan dengan dalih "uang keamanan" atau "retribusi ilegal".
Dampak bagi sopir sangat besar: kerugian finansial yang signifikan, tekanan psikologis akibat rasa takut dan trauma, serta ancaman keselamatan jiwa. Lebih jauh, praktik pemalakan ini turut menaikkan biaya logistik, yang pada akhirnya membebani konsumen dan menghambat kelancaran distribusi barang.
Pemalakan sopir truk adalah luka lama yang terus menganga, membutuhkan perhatian serius dan tindakan tegas dari aparat penegak hukum, serta kesadaran kolektif untuk memberantasnya. Demi terciptanya jalanan yang aman dan berkeadilan bagi pilar ekonomi bangsa.