Dampak Psikologis Korban Kejahatan Kekerasan terhadap Keluarga

Luka Tak Kasat Mata: Dampak Psikologis Kejahatan Kekerasan pada Keluarga Korban

Kejahatan kekerasan meninggalkan luka yang dalam, tak hanya pada korbannya, tetapi juga menyebar ke lingkaran terdekat mereka: keluarga. Seringkali terlupakan, anggota keluarga menjadi "korban sekunder" yang menanggung beban psikologis tak terlihat, namun sama menghancurkannya.

1. Gelombang Trauma Sekunder
Keluarga menyaksikan penderitaan orang yang dicintai, baik secara fisik maupun emosional. Ini memicu respons stres yang kuat pada mereka, seperti kecemasan berlebihan, ketakutan kronis, depresi, bahkan gejala Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) sendiri. Rasa tidak berdaya dan kekhawatiran konstan akan keselamatan atau pemulihan korban menjadi beban mental yang sangat berat.

2. Pergeseran Dinamika dan Beban Emosional
Dinamika keluarga dapat berubah drastis. Peran bisa bergeser (misalnya, anak menjadi pengasuh orang tua), komunikasi terganggu, dan ketegangan meningkat. Beban merawat korban, baik fisik maupun emosional, seringkali menyebabkan kelelahan ekstrem, isolasi sosial, dan bahkan masalah keuangan yang memperparah stres.

3. Hilangnya Rasa Aman dan Kepercayaan
Rasa aman yang dulu dianggap pasti runtuh. Dunia terasa lebih berbahaya, memicu kewaspadaan berlebihan dan kesulitan mempercayai orang lain atau bahkan sistem hukum. Ini dapat mengikis fondasi kepercayaan dalam hubungan dan lingkungan sekitar, menciptakan dinding emosional yang sulit ditembus.

Dampak psikologis kejahatan kekerasan pada keluarga korban adalah kompleks dan berlapis. Penting bagi mereka untuk mendapatkan dukungan psikologis yang komprehensif, tidak hanya untuk korban utama, tetapi juga untuk setiap anggota keluarga. Pemulihan sejati membutuhkan penyembuhan kolektif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *